Bahu

144 5 0
                                    

Malam,
Hari ini aku tidak tau harus menceritakannya dari mana.
Semua datang bertubi tubi dan membuat dadaku terlalu sesak untuk sekedar bernafas.
Lidahku seolah kelu dan tubuh ini rasanya membatu.
Hati ku rasanya di selimuti kegelapan pekat yang membuat kesesakannya menjadi memuncak.

Seandainya aku bisa membaginya, aku ingin meneriakannnya kuat kuat hingga menembus awan malam yang pekat.
Biar seluruh jagat raya ini tercekat.
Namun seketika aku bisu.
Ini tidak seperti aku.

Suaraku tidak lagi terdengar bahkan untuk sekedar di telingaku.
Di hatiku terlalu banyak hal hingga aku tidak tau bagaimana meramunya dan mengeluarkannya sebagai sebuah suara yang utuh.
Rasanya ambigu, Melagu sampai lalu pun rasanya tidak dapat mengurangi kelabu yang merajai sendunya hatiku.

Aku kesal untuk menangis lagi.
Namun satu satunya perasaan yang teramu di saat hati ini pilu hanyalah tetesan air dari mata yang aku harap bisa mendeskripsikan semua kata yang tidak terucap.

Malam,
Purnamanya kini tertutup awan kelabu.
Membawa segala rasa yang akan segera pergi berlalu bersama musim purnama itu.

Malam,
Bisakah kau menjelma sebentar menjadi mahluk padang yang tidak semu bayangnya?
Aku mau pinjam bahu.
Sayapku patah satu.

Bisakah sebentar saja bersamaku?

KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang