"Apa seharusnya kita mengadopsi anak?" pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulutku setelah kupendam sekian lamanya.Calum menatapku dalam.Pandangan kita saling beradu,membuat keheningan satu sama lain.Hingga akhirnya aku mengalihkan pandangan darinya.
"Tunggu dan bersabar.Kita sama-sama menginginkan anak itu." ucapnya dingin.
Aku hanya mengerucutkan bibir dan tak membalas ucapannya.Ah,lebih baik memandang pemandangan yang indah dari kaca pesawat ini saja.
"Australia masih jauh ya?" tanyaku.Yang kutanya pun hanya tertawa menyebalkan.
"Eliz,kita baru meninggalkan bandara 30 menit yang lalu.Tentu masih jauhlah.." ucapnya dengan gaya bicara meledek.
Ah,lamanya.Padahal aku sudah tidak sabar untuk bertemu Mum!
"Cal.."
"Hm?"
"Kasus itu sudah terjadi 4 tahun lalu.Kenapa baru diselesaikan sekarang?" tanyaku penuh penasaran.
Calum terdiam untuk beberapa saat.Lalu tiba-tiba ia menggenggam tanganku erat.
"Alat itu..alat itu baru ditemukan sekarang.Di dalam mobilnya!" raut wajahnya terlihat muram.Pandangannya kosong,bibirnya pucat pasi.
"Alat...alat apa,Cal?"
Ia menghela nafas berat."Alat setrum."
***
"Aaaaaaaa....!!! Sydney,I'm coming."
Aku berteriak kegirangan saat telah keluar dari bandara itu.Bagaimana tidak? Akhirnya setelah 4 tahun di negara orang,akhirnya aku bisa kembali ke negara kelahiranku.
Haha,I'm so excited!"El,kau mau makan di-"
"Aku mau makan dirumah." Ucapku lantang menolak tawaran Calum.
Ia pun hanya mengangguk sambil kembali menyeret trolley.
Mataku tak luput dari sejengkal pun pemandangan Sydney siang ini.Aku merindukan segalanya disini.Dan tentunya aku sangat merindukan keluargaku.Terutama...
Ah,hujan!"Eliz,hujan,ayo kita segera ke mobil." Perintah Calum dengan genggaman erat tangannya padaku.
"Kenapa harus buru-buru? Kita nikmati saja hujan ini.Lagipula aku sudah tidak pernah hujan-hujan setelah sekian lama." Ucapku santai sambil menengadahkan wajahku ke langit.
"Apa? Kita? Nanti kalau aku sakit bagaimana?" Calum terkekeh.
Aku menaikkan sebelah alisku sambil menatapnya tajam."Suami jahat! Lebih baik aku menikah dengan-"
"Dengan siapa?" Sahutnya cepat.
Aku tersenyum iblis.Mataku melirik kearahnya yang sepertinya sedang memendam amarah.
"Hmm...siapa ya? Ah,itu rahasia,hanya aku dan dia yang tau!" Jawabku penuh teka teki.
Calum menghentikan langkahnya.Kembali menatapku tajam.
"Siapa?""Hmm...aku tidak akan memberitahumu!" Ucapku dengan tawa yang kutahan.
"Baik,kalau itu maumu."
Calum melangkah dengan cepat meninggalkan aku yang sekarang sedang mendorong trolley nya.Hmm..kurasa ia marah padaku.
"Cal..Calum! Aku hanya.....bercanda." teriakanku melemah saat melihat punggungnya semakin jauh.
Hey! Aku hanya bercanda,kenapa ia bisa sesensitif itu?
Argghh...!Astaga,hujannya bertambah deras.
Ya Tuhan,trolley ini lumayan berat.Aku tidak akan sampai ke mobil dengan cepat kalau begini.Tidak peduli,aku harus mendorongnya dengan secepat yang ku bisa.
BUKK..!
"Ahh..kenapa kopernya harus jatuh sih!"
Tiba tiba ada suara langkah orang yang datang kearahku.
"Akan kubantu..." ucap seorang pria bertopi sambil mengangkat koperku yang terjatuh.
"Ahh terima kasih." Ia pun segera berdiri sambil wajahnya menatapku.
Tubuhku kaku,mataku terbelalak melihat pria itu,tenggorokanku tercekat saat manik matanya menatapku dalam.
Tidak! Ini tidak mungkin.."Welcome,Elizabeth!" Ucapnya lirih sembari tersenyum dibawah derasnya hujan.
Haee gaiss...
Kok gue ngerasa ini kek sequel ya bukan bonchap😂
Vmmntpls :)))
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance | Calum Hood
Fanfiction"Kupastikan calum sedang berlumur darah saat menulis surat itu"-Luke