Chapter 22 : Ini tentang Hati

5K 313 13
                                    

Carent's POV

205. Itu adalah kelas sejarah.
Dan aku sekarang duduk disamping Jezky. Bagaimana bisa ada seseorang yang lebih memukau daripada dia? Tidak, tidak ada cowok seoke dia.

"Boleh pinjam pulpen?" bisiknya, aku tersentak, sedikit.
"Eh? Iya.."
"Kamu imut deh kalau lagi malu-malu gitu." katanya, mau tak mau aku makin tersipu mendengar pujiannya.

Guru kami, Mrs. Lucy menjelaskan tentang sejarah vampire. Bagaimana kami bisa menjadi makhluk abadi yang memiliki bakat.

"Bisa dibilang, ini anugerah sekaligus kutukan." katanya.

Jezky memberiku secarik kertas.

Aku sudah pernah mendengarnya.

Aku membacanya, lalu tersenyum.

Benarkah? Kuharap kau tidak memutuskan untuk pergi dari kelas. (;

Aku memberi balasan, dan kini dia yang tersenyum.

Apa kau bercanda? Pergi dari kelas dan meninggalkanmu sendirian dikelas sejarah? Aku tidak sekejam itu. (:

Mrs. Lucy menjelaskan, tapi kami malah sibuk membalas celotehan kami tentang betapa membosankannya pelajaran sejarah.

"Bakat kita muncul karena kemampuan pengendalian indra kita yang meningkat seiring dengan menyebarnya venom yang tercampur dalam darah kita. Sejarah kita mencatat setelah generasi vampire pertama, terdapat puluhan bahkan ratusan vampire baru. Itu meresahkan, apalagi kelakukan mereka yang tidak dapat dikontrol. Akhirnya, lahirlah dewan pertama yang mengatur para vampire itu." jelasnya, "Pembunuhan vampire secara besar-besaran juga harus terjadi. Itulah kenapa kami diwajibkan menekan kalian. Jangan ada vampire baru lagi, kalian boleh berburu, tapi pastikan dia mati, jangan biarkan mereka bangkit tanpa sepengetahuan kita dan--"
"Maaf, mam. Tapi kami jadi sangat bosan. Bisakah anda tinggalkan kelas saja? Cari udara segar atau semacamnya?" kata Jezky tenang. Mendengarnya bicara barusan aku memandangnya ngeri. Bagaimana dia bisa seberani itu?
Mrs. Lucy menatap Jezky, agak lama sampai akhirnya dia mengangguk. Whoa.. Mengangguk?
"Baiklah, kalau itu mau kalian. Aku akan keluar dan mencari eh.. mencari sesuatu." dia terlihat bingung tapi tetap saja pergi meninggalkan kelas.

Baiklah, Jezky memang anggota kerajaan, tapi benar dia boleh melakukan itu pada guru?

Semua anak heran, lalu memandang Jezky, "Apa? Kalian tidak suka? Ini artinya kita bebas beberapa menit kedepan guys!" beberapa detik kemudian semua anak riuh bersorak akan kemerdekaan kami dari kelas sejarah.
Jezky merapikan tasnya sambil tersenyum penuh kemenangan lalu bangkit berdiri sementara aku masih kebingungan, "Sampai jumpa lagi, Care." katanya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

***

Setelah kesadaranku pulih, aku bergegas menuju kantin, berharap bertemu dengan Frezey. Tapi bukannya Frezey, aku justru bertemu dengan Alex.
"Hi, uhm.. Alex." sapaku.
"Hi." jawabnya singkat.
"Apa kau bertemu dengan Frezey?" kataku sambil duduk dikursi bersebrangan dengannya.
"Iya, terakhir aku bertemu dia berada di perpustakaan." dia melihat kesekitar, "Sekarang dia ada di taman seberang gedung ini."
Aku mengikuti arah pandangannya, "Mana? Aku tak melihatnya."
Dia tertawa, "Tentu kau tidak bisa melihatnya. Dia terlalu jauh untukku. Dan terlalu sedih sepertinya."
"Bagaimana kau bisa tau?"
"Tanyakan pada hukum vampire yang aneh." aku mengerti. Itu bakatnya, "Apa yang terjadi padanya?"
"Aku juga tidak tahu. Pagi tadi dia tak mau mengatakan apapun padaku." aku menatapnya, lalu dia balas menatapku.
"Kau terpana atau apa?" katanya sambil menyeringai.
"Hah! Tidak. Aku hanya berfikir mungkin kau bisa membantunya."
"Aku? Kenapa kau berfikir begitu?"
"Entahlah.. Sepertinya kalian cukup dekat, kan?"
"Tidak sedekat itu. Aku hanya akan membuatnya tidak nyaman."
"Coba saja, tidak ada salahnya kan?" kataku. Bell berbunyi setelahnya. "Aku punya kelas setelah ini. Aku harus pergi."
Aku bergegas pergi, lalu menengoknya lagi sambil berkata, "Jangan lupa Frezey suka darah rusa!"
Dia tak berekspresi, aneh rasanya bercengkrama didekatnya. Setelahnya, aku melesat pergi.

Vampire High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang