Frezey’s POV
Entah apa yanng membuatku patuh, aku merasa setiap selku begitu menurut padanya. Memasuki gedung utama sinar lampu membutakan mataku sesaat. Namun, tidak seperti cahaya menyilaukan lainnya, cahaya ini begitu tenang dimataku. Walau sempat menyilaukan, tapi dengan cepat cahaya ini juga menenangkan. Terutama bagi para Vampire –Mata kami sangat sensitive- Membuka tudung jaketku, aku masih terkagum dengan gedung ini. Besar, rapi terang yang menenangkan, dan penuh orang. O..Ow.. Berdiri didepan pintu masuk membuatku menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang disekitarku, terutama dengan rambut putih menyalaku.
“Ms. Heater?” Serunya tak jauh dariku
“Iya?” Jawabku. Tiba-tiba kakiku seperti robot, bergerak otomatis melawan keinginanku untuk melihat-lihat dan malah menurut perintah wanita itu. Wanita itu membawaku melewati setiap detail gedung ini, hingga berhenti didepan sebuah pintu
CLASSIFICATION ROOM
Apa itu klasifikasi? Pengelompokan?
"Silahkan masuk..” Wanita itu mempersilahkanku, ini pertama kalinya ia berbicara dengan ramah, percakapan kami sebelumnya lebih seperti buronan yang mengikuti kepala penjara, sangat kaku.
Aku memasuki ruangan itu, dan tiba-tiba wanita itu menutup pintu dengan kasar. Membantingnya dibelakangku, dasar menyebalkan. Aku akan menarik bahwa dia adalah wanita yang ramah, tidak, dia tidak ramah sama sekali, dia menyebalkan. Suara pintu itu cukup membuat seisi ruangan memandangiku dengan tatapan aneh. Aku benci perasaan ini, aku benci menjadi pusat perhatian.
“Ms. Heater?” Suara berat milik seorang Pria ditengah ruangan membuatku semakin nervous.
“Yes, I am..” Kataku ragu.
“Come closer..” Katanya sambil mengambil selembar kertas “Frezey Heater.” Semua orang tertawa mendengar namaku. Hey, apanya yang lucu? Baiklah, namaku memeang konyol, tapi.. huh.. Menyebalkan. Aku mendekat, ruangan ini lebih luas dari perkiraanku, dengan langit-langit yang tinggi dan lantai menyerupai lantai basket. Apa seperti ini ruang klasifikasi itu? Ini lebih mirip Gym, hanya saja tanpa alat-alat olahraga. Ada semacam balkon disisi lainnya. Sebuah kaca hitam membingkai dinding yang sejajar dengan balkon. Semakin mendekat, pria yang memenggilku tampak lebih buruk dengan kumis yang menggantung dibawah hidungnya, tubuh coklat kekarnya, pandangan yang mampu menghentikan jantung. Dia sepertinya orang Asia, tak banyak orang seperti itu dikotaku.
“Kau terlambat?” Tanyanya
“Terlambat? Tidak.. Tidak..” Aku melirik jam tanganku “Ya ampun.. tadi aku yakin tiba tepat waktu”
“Apa kau juga yakin segera masuk setelah tiba disini?” Pertanyaannya membuatku membeku
“Eh.. Aku hanya sebentar” I roll my eyes, mencoba membela diri “Maksudku, seorang siswa baru memiliki hak untuk melihat-lihat sekolah barunya” Pria itu memandangku tanpa berkedip, menatapku dengan tajam. “Baiklah.. Orang-orang disini memang tidak memahami masa orientasi siswa” AKu mengangkat bahuku, mencoba acuh. Melihat pria itu sama seperti membiarkan pedang menancap langsung dijantungmu.
“Give me your hand!” Perintahnya “Your right hand”
“What?” Aku terkejut “What for?”
“Just give it to me..” Nadanya meninggi “Now..!!” Dengan gemetar, aku mengulurkan tanganku padanya. Apa ini? Sejenis Shakehand? Yang benar saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire High School
VampirosSaat takdir memaksamu menjadi sesuatu yang lain. Antara cinta, keluarga dan masa depan.