Alex's POV
"Kenapa kau menyembunyikan bakatmu?" Ia gemetaran, aku dapat melihat kristal-kristal dibawah kakinya.
"Eh.. Aku.. E.." Dia terbata-bata, aku tau dia sedang sangat sangat gugup.
"Aku Alex" Kusodorkan tanganku "Alex Campbell"
Ia memegang tanganku, lalu terdiam sebentar.
"Kau apa?" Aku mengerutkan dahi.
"Vampire, tentu saja." Ia melepas tanganku
"Maksudku, kau Vamp?"
"Aku Alex Campbell" Sangkalku "Tapi.. ya.. Aku anggota Vamp"
"Oh, iya.. Itu maksudku" Senyumnya menawan. Semestinya dia tidak cocok dengan bakat esnya, karena senyumnya terlihat hangat.
"Tidak banyak yang tertarik buku seperti ini.." Kataku
"Eh, aku menemukannya dibawah rak buku.." Jawabnya ragu
"Bisa aku mengambilnya sekarang?" Aku mengamati buku itu sekali lagi, lalu memberikannya padanya.
"Terima kasih.." Ia menerimanya lalu tersenyum "Aku akan membacanya disana" Ia menunjuk ke tempat disebelah dinding.
Tepat sebelum ia berbalik, aku berkata, "Aku akan menemanimu."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Frezey's POV
Menemaniku? Dia?
Kalian tau, ini tak semestinya terjadi. Tapi aku merasa jantungku berdetak lagi, bahkan lebih cepat dari sebelumnya.
"Uhmm.. Wow.. That's great.." Jawabku sekenanya.
Kami duduk berdua, dengan awkward -aku tepatnya. Huruf huruf dibuku ini hanya melayang layang didepan mukaku, kepalaku berdenyut-denyut, sepertinya sesuatu saling bertubrukan diotakku, tak ada satu kalimatpun yang kupahami, bahkan kalau saja bukan karena metabolisme Vampire berhenti, aku berani bertaruh wajahku sudah sangat merona.
"Vampire pertama berasal dari Rumania sekitar 2000 tahun yang lalu, berasal dari manusia. Sulit menyimpulkan manusia itu kawan atau lawan" Aku tersentak.
"Ah.. Pembaca pikiran" Tebakku
"Tidak, aku sudah pernah membacanya" Jawabnya santai.
"Ya.. tentu saja.." Aku tersenyum menutupi rasa malu atas perlakuan sok tau-ku.
"Tapi ini abad 20" Kata-katanya memelan "Keadaan sudah berubah."
"Berbeda?" Aku terkejut "Apanya yang berbeda?"
"Manusia?" Nada prihatin menggantung disana "Mereka berubah, jika diperlukan mereka mampu membunuh sesamanya" Kegetiran menyelimutinya.
"Bukankah sama?" Belaku "Kudengar Vampire tidak jauh berbeda.. Mereka membunuh sesamanya." Alex tersenyum, senyum yang sungguh misterius.
"Manusia membunuh untul harta, tahta dan pernak pernik dunia" Katanya ringan "Tapi kita, kita harus bertahan hidup, Frezey.." Caranya menyebutkan namaku membuatku gemetar, ada sensasi aneh yang kurasakan.
"Aku harus pergi.." Kata kata itu berhamburan begitu saja. "Senang bertemu denganmu.."
Beranjak dari tempat dudukku, aku terburu buru ke meja petugas, menunggunya menerbangkan bolpoint untuk mengisi kartu pinjam buku perpustakaanku. Saat aku bilang menerbangkan, itu benar benar terjadi. Bolpoint terbang sementara petugas sibuk membaca buku novelnya. Tenggelan dalam novelnya, sampai wajahnya tak terlihat. Yang kutau wanita subur ini mengenakan setelan baju yang kontras dengan roknya yang terlihat kebesaran. Style para vampire makin hancur akhir-akhir ini. Bolpoint berhenti dan aku mengambil buku beserta kartunya.
Hari hampir sore, aku keluar dari perpustakaan itu, membawa buku itu, mencengkeram lebih tepatnya. Sampulnya yang semerah darah segar menarik perhatian setiap vampire yang lewat, seolah ingin mengambil dan akan menggigitinya -kalau aku tidak cepat-cepat menyembunyikannya. Lalu aku mulai berlari.
Perpustakaan sudah jauh dibelakangku, Alex juga. Tapi entah mengapa aku merasa Alex tetap ada didekatku. Dan dengan mata penuh misterinya, mengikuti setiap ayunan kakiku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hai.. I'm come backk.. :D
Thanks buat yang udah mau nunggu crita abal-abal ini :)
Kritik, saran dan Vote-nya aku tunggu ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire High School
VampireSaat takdir memaksamu menjadi sesuatu yang lain. Antara cinta, keluarga dan masa depan.