Frezey's POV
Aku mengambil jaket tebalku, kacamata hitam dan tak lupa mengoleskan krim agar kulitku tak iritasi dibawah sinar matahari.
"Sesiang ini, kau mau kemana sayang?" Ibu mengintrogasiku, memasuki kamarku, lalu duduk ditepi ranjangku.
"Perpustakaan" Jawabku "Kuharap sedang sepi sekarang.." Ibuku memandangku aneh
"Haruskah sesiang ini sayang?" Ia tampak mengkhawatirkanku
"Thank apa mom.. percayalah.." Aku berusaha tersenyum. Seperti biasa, ibuku terlalu kolot. Mengkhawatirkanku seakan aku anak lemah, maksudku.. hey.. Aku kan Vampire sekarang? "Aku benci keramaian, ini waktu yang sempurna"
"Baiklah.." Ia bangkit lalu mendekatiku "Tapi berhati-hatilah.." Ia mengecup keningku setelahnya.
"Pasti.." Setelahnya aku melesat pergi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Perpustakaan kota tak jauh dari rumahku, hanya butuh beberapa detik untuk sampai kesana. Dan begitu sampai disana, tepat sepertti dugaanku, perpustakaan sedang sepi. Melangkah memasuki gedung ini membuatku kikuk, aku sering melewati gedung ini, tapi baru pertama kalinya aku benar-benar memasukinya.
Secara fisik bisa dikatakan perpustakaan ini sama dengan perpustakaan pada umumnya, hanya saja kau akan menemui orang orang yang tak lazim disini.
Rak-rak buku menjulang sangat tinggi melebihi kepala, mungkin 4-5 kali tinggi badanku. Untunglah ini siang hari, perpustakaan sepi di jam-jam seperti ini, jadi aku tidak perlu merasa rikuh bila melepas tudung jaketku untuk melihat-lihat buku-buku yang luar biasa banyak ini.
Aku melepas tudung jaketku dan mulai berjalan diantara rak-rak buku mencari-cari buku tentang Manusia, masa laluku dulu yang entah mengapa aku tidak dapat mengingatnya sama sekali. Jariku mulai menyentuh buku-buku yang tertata rapi dirak, menelusuri judul-judulnya dan berhenti pada judul buku yang terlihat cukup menarik. Aku menarik buku itu keluar.
Sejuta Pesona Manusia.
Aku membukanya dengan rasa tidak sabar, namun begitu mulai membacanya, tiba-tiba hatiku panas. Vampire gila macam apa yang punya fikiran sempit dan radikal seperti ini? Manusia pembunuh? Pembantai vampire? Omong kosong macam apa ini? Dengan perasaan kesal kututup buku itu dan menjejalkannya lagi pada tumpukan buku. Entah karena terlalu kesal atau memang rak buku ini butuh pembaharuan, buku itu tak dapat masuk kembali ke rak dengan sempurna. Begitu kupaksa, buku itu malah terjatuh. Oh, buku sial. Rutukku
Aku menundukkan badanku, hendak mengambil buku itu. Tapi mataku menangkap sebuah buku yang lain, terjatuh jauh dibawah rak buku tersebut. Penasaran, aku berusaha menjangkaunya.
"Ahh.. sial.." Tangannku terlalu pendek untuk menjangkaunya "Ayolah.." Dengan kesal kuhentakkan tanganku agar bisa mencapainya. Alih-alih menjangkau buku itu, tanganku justru mengeluarkan kristal-kristal bening seperti es yang memanjang dan mendorong buku itu melewati bawah rak buku ini.
"Hah..?" Aku terkejut. Aku melakukannya lagi. Aku melihat kanan-kiriku, memastikan tak ada yang melihatnya. Dengan terburu-buru aku menaruh buku Sejuta Pesona Manusia pada tempatnya -walau sulit, lalu beranjak mengambil buku tadi disisi rak yang lain.
Ketika memutari rak dan hendak menghampiri buku itu, aku melihat seorang pria berdiri dan memegang sebuah buku. Kacauu.. Saat kusadari siapa pria itu, aku terkejut. Bukannya dia si pria tampan, eh.. maksudku pria yang dulu kulihat pertama kali saat masuk sekolah. Dia memandangku, disaat seperti ini berbalik hanya akan membuatku tampak seperti orang bodoh, jadi entah bagaimana aku menemukan keberanian untuk melangkah maju.
"Ehh.. kau membawa bukuku" Kataku sambil menghancurkan sisa-sisa kristal bening yang mencuat keluar dari bawah rak buku dengan kakiku, mengusahakan agar dia tak melihatnya. Dia tersenyum. Ya Tuhan, senyumannya. Bibirnya yang penuh itu menggugah gadis manapun untuk mengecupnya. Dan matanya -Mata birunya, mata yang sama yang menghipnotisku kemarin.
"Kenapa kau menyembunyikan bakatmu?" Ia menatap bawah kakiku, lalu tertawa renyah.
"Eh.. Aku.. E.." Lidahku kelu, rasanya aku sudah lupa bagaimana caranya berbicara.
"Aku Alex" Katanya menyodorkan tangan, reflek.. aku menggenggamnya "Alex Campbell"
Pikiranku belum sempurna mencerna semuanya, sampai aku ingat sesuatu. Alex mau aku mengantarkan ini.
Tunggu dulu, jangan-jangan??
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Thanks udah mau nunggu ;)
Jadi semangat kalo banyak yang mengapresiasi..
Thanks buat semua.. :*
Next Chappie tinggal matengin aja kok :)
Keep Stay on Vampire High School
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire High School
Про вампировSaat takdir memaksamu menjadi sesuatu yang lain. Antara cinta, keluarga dan masa depan.