Sam's POV
Aku tersentak dalam tidurku, dan bangun seketika. Tapi, aku bukan lagi ada di cekungan pohon dalam hutan, aku sudah berada di sebuah kamar nyaman dengan selimut membungkus tubuhku.
"Where am I?" tanyaku, entah pada siapa. Tak lama kemudian seseorang memasuki kamarku.Dia.
"Hei, kau sudah bangun, tukang tidur!" sapanya dengan senyuman.
"K-kau.. Bagaimana aku bisa sampai di sini?" tuntutku.
"Aku menggendongmu, membawamu ke sini." Dia tersenyum, aku dapat melihat senyuman yang sama yang dia lakukan di mimpiku.
"Frezey.." panggilku.
"Iyaa.." jawabnya.
"Katakan, sebelum jadi vampire, apa yang terjadi padamu?"***
Frezey's POV
Aku terkejut dengan pertanyaannya. Apa dia tidak bisa basa basi dulu, mengatakan terimakasih kek atau menanyakan kabar, atau sesuatu seperti itu? Apa dia sungguh-sungguh ingin tau?
Well, sebenarnya, aku tidak tau apa yang terjadi padaku sebelum aku jadi vampire. Aku tidak terlalu ingin tau, karena pasti kenangan itu sangat buruk.
"Kenapa? Kenapa kau ingin tau?" tanyaku.
Ia membenahi posisi duduknya, "Aku bermimpi sesuatu.." kali ini aku penasaran dengannya, aku duduk di tepi tempat tidurnya. "Aku pikir aku melihatmu.."
"Kau? Melihatku?" tanyaku skeptis.
"Entahlah, aku tak terlalu jelas." jawabnya.
"Kenapa kau melihatku?" tanyaku lagi, "Dan apa yang kau lihat?"
Sam mengkerutkan keningnya, berfikir, "Mengerikan. Aku melihat segerombolan orang yang membunuh warga. Lalu aku melihat mereka menyeretmu."
"Apa?" aku terkejut, "Apa yang terjadi padaku?" selaku.
"Itu yang ingin kutanyakan padamu," katanya sambil memandangku, lalu memajukan kepalanya, "Mungkinkah itu ada kaitannya dengan kelahiran vampiremu?"
Aku hanya menatapnya, tanpa sepatah katapun yang keluar.Aku lalu bangkit berdiri tiba-tiba, "Akan kubuatkan kau sarapan." lalu menghilang dari hadapannya.
***
Kepalaku terasa berdenyut-denyut, segerombolan orang menyeretku. Mungkinkah itu ada kaitannya dengan kelahiran vampiremu?
"Hei.." Tegur Sam, aku terlonjak, terkejut. "Wow.. Aku pikir vampire tidak bisa terkejut."
"Tidak." jawabku cepat.
Ia menyerngit, "Tapi kau terkejut."
"Tidak, aku tidak terkejut." belaku.
"Kau terkejut." sangkalnya.
Aku menghela nafas, "Terserah.."
"Hei.." kata Sam melembut, "Eh.. Terima kasih.."
"No problem." jawabku ringan.Udara di dapur jadi dingin, angin masuk melalui jendela di dekatku, dan saat itu juga aku mencium bau Sam.
"Celaka.." seruku tiba-tiba.
Sam mengerutkan dahi, "Ada apa?"
Aku mengeluarkan botol bening berisi cairan merah darah, "Aku lupa memberimu ini.""Wow.." dia terkejut lalu mundur selangkah menyiagakan diri, takut kalau-kalau ini zat berbahaya atai sebagainya, "Jangan bilang itu darah!"
"Tidak, entahlah.." sebenarnya, aku tidak tau pasti, "Maksudku.. Aku pikir ini mungkin dapat menyamarkan bau badanmu."
Ia menatapku skeptis.
"Memangnya aku bau?" jawabnya setelah agak lama.
Aku memutar bola mataku, "Demi vampire buyutku, tentu bukan itu maksudku!" nadaku meninggi dan dia malah tertawa. Aku menatapnya sinis, "Apa?"
Ia tetap tertawa, "Kau lucu sekali tadi." setelah aku melayangkan pandangan -akan kuhajar kau- baru dia menghentikan tawanya.
"Oke, oke.. Tapi perlu kuakui, cairan itu menjijikkan." akunya.
"Yang penting kasiatnya, kalau kau mau bertahan di dunia kami, kau tidak punya pilihan." Sam menatapku cemberut.
"Kau yang membuatku dalam posisi seperti ini, kan?"
Aku memprotes, "Hei, aku menyelamatkanmu!"
"Kau membuatku terjebak juga, jangan lupakan itu!" katanya lagi.
"Terima kasih kembali!" jawabku coba mengalihkan pembicaraan. "Sekarang, minum!"
Ia masih menatap ramuan ini dengan jijik, tapi tangannya perlahan bergerak mengambilnya. Tak sabar, aku menyodorkan tanganku terlebih dulu sehingga ramuan itu menyentuh tangannya lebih cepat.
"Cepatlah!" perintahku. Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menurut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire High School
VampirosSaat takdir memaksamu menjadi sesuatu yang lain. Antara cinta, keluarga dan masa depan.