Sam's POV
Tidak ada kata yang dapat diungkapkan saat aku melihat Frezey, beberapa hari tak bertemu dan aku sangat merindukannya. Oke, aku kelihatan lebay banget. Tapi, serius, cuma dia satu-satunya yang aku punya di sini.
Setelah menemaniku makan, Frezey menemaniku duduk-duduk di halaman belakang rumahnya, tinggal beberapa menit lagi dia harus segera pergi.
"Jadi.. Kapan kau akan mengunjungiku lagi?" tanyaku membuka percakapan.
"Uhm.. Aku tidak tau, Sam." Frezey terdengar tidak yakin, "Kau tau aku beruntung kali ini Jezky mau menolongku. Aku tidak tau apa dia mau menolongku lagi nanti."
"Uhm.. No problemo! Aku bisa mengatasinya, kok." kataku sambil memberikan senyuman terbaikku. Sebenarnya, aku bakalan merindukan cewek yang satu ini.
"Hei Freze, boleh aku bertanya?"
Frezey memandangku, "Tentu."
"Mystiqcloud? Nama kota ini Mystiqcloud kan?" Frezey menggangguk, "Kenapa dinamakan Mystiqcloud?"
Frezey tampak berfikir, "Uhm, itu sedikit sulit. Aku baru dua tahun disini, belum terlalu paham sih." Frezey tersenyum malu, beneran dia imut kalau kayak gitu. "Tapi seingatku, ini adalah kota yang tak terlihat di peta bahkan satelit manusia. Mystiqcloud, mungkin karena kota ini dihuni makhluk mistis yang disamarkan awan tebal sehingga tak terlihat manusia." Frezey tersenyum lagi, "Penjelasanku sangat konyol ya?" Lalu dia tertawa, membuatku tertawa bersamanya juga.
"Tidak, itu masuk akal. Toh, penduduk kota ini sama konyolnya." Lalu tawa kami pecah lagi, "Hei Freze, ceritakan padaku tentang vampire."
Frezey memandangku aneh, "Kenapa kau pengen tau?"
"Ya karena kayaknya kalian keren banget. Bakat kalian macem-macem. Apa memang kayak di film twilight?" Frezey tertawa saat aku menyebutkan twilight.
"Ya Tuhan, Mr.Swan kau ini lucu sekali."
Aku mengerutkan keningku, "Ayo jawab, Mrs. Cullen."
"Baiklah, hentikan. Rasanya aneh dengan Cullen-Swan family." Dia mencoba mengatur suaranya, "Begini, yang kau lihat di twilight tidak sepenuhnya benar. Kami tidak berkilauan, dan aku tidak ingin membayangkan diriku berkilauan." Aku tertawa mendengarnya, "Kami peka, sangat peka pada cahaya. Itu sebabnya kami jarang keluar pada siang hari. Cahaya matahari menyakiti mata kami dan sinarnya membuat kulit kami iritasi. Pokoknya, semenjak jadi vampire indra kami jadi super sensitif."
"Tapi kayaknya kau oke-oke aja, tuh! Maksudku saat pergi disiang hari kau tidak terlihat terbakar."
Frezey mengambil sesuatu dari tasnya, "Karena ini.." dia mengeluarkan sebotol cairan, "Cairan ini melindungi kulit kami. Jadi, kami tidak perlu khawatir." Frezey tersenyum.
Cairan itu mengingatkanku pada lotion yang diberikan Nick untukku agar vampire tidak dapat melacakku.
"--Bagaimana?" tanya Frezey. Apa tadi aku melamun, apa maksudnya dengan bagaimana?
"Apanya?" tanyaku balik.
"Kau pasti tidak menyimak pertanyaanku." katanya sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya, "Aku bertanya, duniamu sekarang bagaimana?"
"Oh.." aku tertawa melihat ekspresi kesal Frezey, "Kalau yang kau maksud benar-benar sekarang ini, aku tidak tau. Aku kan terperangkap disini, tapi sejauh yang kulihat Mystiqcloud tidak ketinggalan jaman, kok!"
Frezey tertawa, "Kau ini, seperti apa teman-temanmu? Apa yang kalian lakukan saat kalian lagi berkumpul?"
Aku memandangnya aneh, masa iya dia tidak tau, bukannya dia juga pernah jadi manusia.
"Memangnya kau tidak pernah jadi manusia?"
Frezey tersenyum malu, "Eh, bukan begitu.. Aku tidak dapat mengingat masa laluku."
"Sama sekali?" Frezey menggelengkan kepalanya, "Bagaimana bisa?"
"Kau ini, kan aku yang bertanya duluan." sahutnya kesal, aku jadi tertawa lagi, "Jadi, bagaimana manusia sekarang?"
"Iya iya.. Harus kuakui aku salah tentang kalian. Tadinya kupikir kalian seperti yang digambarkan twilight, kalian tua, ketinggalan jaman, tidak mengikuti mode--"
"Tunggu, tadi kan aku bertanya tentang manusia!" potong Frezey.
"Hei, biarkan aku melanjutkan ceritaku dulu.." protesku.
"Oke, baiklah."
"Yah, intinya.. Ternyata kami manusia malah lebih ketinggalan jaman daripada kalian para vampire."
Mata Frezey berbinar aneh, "Kau kenapa?"
Frezey terkesiap, "Ah, tidak. Aku hanya senang mendengarnya."
Aku menyeringainya, "Tapi bukan berarti aku lebih suka vampire ya.. Aku tetap bangga menjadi manusia."
Frezey juga tersenyum, tulus, "Aku tidak bermaksud begitu. Tapi kupikir Swan menyukai menjadi vampire, tapi kau tidak?"
Aku terkekeh, "Tidak. Bella itu cewek labil. Aku bahagia jadi manusia, tak sekuat kalian, sih.. Tapi aku menghargai takdir yang Tuhan berikan padaku."
Frezey tertawa terbahak-bahak setelahnya.
"Hei apa yang lucu?" protesku.
Dia terlihat memaksakan diri menahan tawa, "Aku baru mendengar jawaban sediplomatis itu."
"Yah, aku jujur kan?" sangkalku.
"Baiklah, aku tidak bisa disini terlalu lama. Satpam itu akan segera kembali." Nah, akhirnya saat yang kubenci. Tidak bisa apa tinggal lebih lama lagi?
"Tidak masalah." bohong.
"Tenanglah Sam, aku tidak akan melupakan janjiku." aku tersenyum. Dia berdiri lalu mengambil tasnya dalam sekali kedipan, serius, sekali kedipan. "Sampai jumpa Sam." Aku melambaikan tanganku melihatnya menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire High School
VampirosSaat takdir memaksamu menjadi sesuatu yang lain. Antara cinta, keluarga dan masa depan.