7. Lari

194 23 4
                                    

Fulbert terus memacu kudanya lebih cepat membelah hutan dan bukaan. Hanya cahaya bulan setengah yang menjadi sumber cahaya malam itu. Untung saja kudanya sangat pintar hingga mereka tidak sampai menabrak pohon.

Fulbert tau bahwa tidak jauh dibelakangnya ada yang mengikuti. Dan dari perkiraan Fulbert ada lebih dari satu makhluk yang mengikutinya di belakang. Entah apapun itu yang jelas makhluk itu bukanlah makhluk yang ramah.

Sudah cukup lama Fulbert berkuda saat dia mendengar seruan aneh dari arah belakang kudanya. Hal itu membuatnya lebih waspada dan lebih was was. Beruntung sekali sampai saat ini dia masih bisa selamat. Setidaknya dia berhasil memberikan jarak antara makhluk itu dengan dirinya. Dia tidak ingin mengambil resiko untuk menghadapinya.

Jika boleh jujur, Fulbert merasa dirinya seperti pengecut yang lari dari medan perang. Jika bukan permintaan ibunya mungkin dia sudah berada di sana sekarang. Membantu mempertahankan istana. Tapi apa daya, dia harus lari karena menurutnya dirinyalah harapan terakhir yang dimiliki oleh Vozelon. Dan untuk itu ia tidak boleh mati konyol sekarang. Dia harus selamat agar bisa menyelamatkan kerajaannya.

Tiba-tiba saja sebuah batang pohon jatuh mengenai kudanya. Kuda itu meringkik kaget sambil mengangkat kedua kaki depannya hingga membuat Fulbert terjatuh.

"Sial.." umpat Fulbert saat dia merasakan sakit pada bagian bokongnya. Kuda itu langsung berlari tanpa memikirkan tuannya yang baru saja terjatuh. Dan sempurnalah hidup Fulbert sekarang. Sendiri di tengah hutan tanpa cahaya dan tidak jauh di belakangnya ada makhluk yang haus akan darahnya. Sungguh, ini adalah saat yang paling sempurna dari semua hal yang pernah dia alami.

Fulbert berdiri dari jatuhnya. Memperhatikan keadaan sekitar yang gelap gulita jika saja malam itu adalah malam bulan baru. Tapi beruntung baginya karena setidaknya meskipun bukan bulan purnama, cahaya bulan itu cukup membantu.

Terdengar suara bedebam dan ranting patah dari arah belakangnya. Tangan Fulbert sudah meraih pangkal pedangnya dengan sikap waspada. Matanya memperhatikan sekitar dengan tajam. Ia memelankan irama nafasnya agar tidak menggangu pendengarannya.

Lalu, tak lama kemudian terlihat sesuatu bergerak dalam kegelapan. Awalnya Fulbert tidak bisa melihatnya dengan jelas, hanya gerakan mereka yang menandakan mereka ada di sana. Hingga mereka sampai di tempat yang terkena sinar bulan dan terpampanglah tubuh makhluk itu dengan jelas.

Tingginya kurang lebih dua meter setengah. Seluruh tubuhnya seperti manusia yang memiliki volume otot yang kelewat besar hingga membuatnya seperti bengkak. Matanya sipit dan wajahnya sempit alias kecil. Kulitnya sangat tebal dan mereka berwarna hijau kecoklatan. Dan yang paling membuat Fulbert khawatir adalah mereka membawa pentungan yang dikelilingi oleh duri yang besar-besar.

Jika dirinya terkena pukulan itu pasti dia...

Fulbert menelan salivanya sendiri dengan susah payah. Ia menggelengkan kepalanya.

'Tidak Fulbert, apa yang kau pikirkan? Tadi kau ingin ikut mempertahankan kerajaanmu dan sekarang kau takut pada pentungan. Yang benar saja,' batinnya.

"Hallo," kata Fulbert akhirnya dengan suara lemah yang sontak membuat ke-3 ogre itu membeku di tempatnya. Mereka memperhatikan Fulbert seakan dia adalah makhluk paling aneh yang pernah mereka temui. Jika saja ada cermin, mereka pasti akan berubah pikiran.

"E, hai. Apa kalian yang namanya ogre itu?" tanya Fulbert. Ketiga ogre itu menatapnya bingung. Jika saja kulitnya tidak tebal pasti keningnya sudah berkerut sangat dalam menghadapi keanehan makhluk yang berada di depannya.

Salah satu ogre itu menggeram.

"Baiklah, baik. Aku tau jika kalian sudah tidak sabar untuk memangsaku. Tapi sayangnya aku tidak sudi menjadi makanan kalian. Asal kalian tau saja, kalian terlihat jelek sekali." Seratus untuk Fulbert karena setelah itu dia berhasil membuat ketiganya menggeram marah dan tau-tau sudah melompat ke arahnya.

History of Florean : The Return Of The King MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang