39. Penyelamatan

81 9 3
                                    

Kalena masih terus mencari sambil berbaur dengan yang lainnya. Sudah beberapa tempat ia datangi tapi masih belum ada petunujuk tentang keberadaan mereka. Entah dimana Zoikatras menahan Callysta dan Emery. Malam sudah semakin larut, itu artinya ia harus berusaha semakin keras untuk menemukan mereka.

Fulbert. Tiba-tiba Kalena ingat dengan Fulbert. Semoga tidak terjadi sesuatu padanya. Anak itu seringkali melakukan hal-hal ceroboh saat marah dan dalam kemarahan ini Kalena sungguh tidak bisa membayangkan apa yang dilakukan oleh anak itu. Bisa saja dia dengan sengaja mencoba maju dan menebas kepala Zoikatras sekarang juga dan malah justru kepalanya sendiri yang terpenggal. Kelana bergidik memikirkan hal itu.

"Tidak. Fulbert tidak akan bertindak bodoh seperti itu. Dia pasti akan lebih berhati-hati," bisik Lalena pada dirinya sendiri.

Dengan bantuan sinar bulan Kalena melihat sesuatu dalam kegelapan. Ada sesuatu yang terlihat menempel pada sebuah tebing. Butuh beberapa saat untuknya mengetahui benda apa itu hingga ia sadar jika itu mungkin adalah sebuah pintu. Ada dua penjaga yang menjaga di setiap sisinya.

Kalena sadar jika sepertinya pintu itu bukanlah pintu yang akan digunakan sebagai ruang istirahan atau hal yang lainnya. Terlalu usang dan terlihat tidak terawat tapi kenapa ada prajurit penjaga di depannya jika memang tempat itu tidak menyimpan sesuatu yang penting. Pasti ada sesuatu yang berharga dalamnya sehingga membutuhkan penjagaan dari prajurit seperti itu.

Pintu itu terlihat tidak menarik dan jika digunakan untuk menyimpan harta tidak akan butuh penjagaan seperti itu karena Kalena yakin kebanyan orang akan melewatinya tanpa menoleh kembali. Tapi jika memang bukan benda mati maka... 'Penjara bawah tanah' pekik Kalena dalam hati.

Itu mungkin memang digunakan untuk menahan seseorang yang jika dilihat dari luar hampir bisa dipastikan jika ruangannya mengarah menuju ke dalam bumi. Sekarang Kalena sudah menemukan keberadaan mereka dan selanjutnya adalah bagaimana caranya dia bisa masuk ke dalam sana.

Kemudian ia melihat dirinya. Akankah baju pelayan ini membantunya? Tidak ada jalan lain dan otak Kalena terlalu tumpul untuk berpikir saat ini. Apa yang harus ia lakukan untuk membebaskan mereka berdua?

Salah satu pelayan wanita terlihat berjalan menjauh dari ruang persediaan khusus yang mereka dirikan di sini. Melihat arah yang di tuju oleh pelayan membuat Kaleba berinisiatif untuk bergerak dan menahan kepergiannya.

Pelayan itu tersentak saat Kalena menariknya menuju kegelapan dan membungkam mulutnya. Matanya membelalak kaget melihat Kalena.

"Stt... Jangan takut, oke. Aku tidak akan menyakitimu." Kalena berusaha menenagkan pelayan yang masih shock tersebut. "Aku akan melepaskan tanganku tapi kau harus berjanji kau tidak akan berteriak. Jika kau berteriak maka bukan hanya aku yang akan berada dalam masalah tapi kau juga. Kau tidak ingin mandormu itu memukulimu, bukan? Jadi ikuti perkataanku!" Pelayan itu mengangguk cepat.

Kalena melapaskan tangannya. "Kemana kau akan pergi?" tanya Kalena dalam bisikan.

"A... Aku disuruh mengantarkan minuman ini untuk penjaga yang ada di sana," jawabnya gemetar sambil menunjukkan teko dan dua buah gelas di atas nampan yang ia bawa.

"Baik. Biar aku yang melakukannya," ucap Kalena sambil merebut nampan itu hingga terlepas dari genggaman si pelayan.

"Jangan!" Pelayan itu menahan lengan Kalena. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku tidak melakukan tugasku dengan baik. Aku takut jika mereka akan tahu."

"Jangan takut. Untuk sementara bersembunyilah sampai waktunya kau merasa harus kembali. Katakan pada yang lain jika kau telah melakukan tugasmu dengan baik. Tidak akan ada yang tahu tentang hal ini," ujar Kalena menenagkan. "Tapi aku membutuhkan hal yang lain. Bisakah kau memantuku mengambilkannya?"

History of Florean : The Return Of The King MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang