30. Paras Gilderyn dan Calyns Istora

141 9 2
                                    

"Kau tidak bisa membangunkannya dengan cara seperti itu." Tiba-tiba sebuah suara menginterupsi kegiatan yang sedang mereka lakukan. "Jika kau mau aku bisa membantumu."

Fulbert menatap pria yang baru saja datang itu. Pria tua itu memakai jubah panjang berwarna abu-abu yang menutupi hingga mata kakinya. Rambutnya terlihat pajang keabuan. Sekilas dia terlihat seperti seorang penyihir.

"Siapa kau?" tanya Fulbert waspada.

Pria itu turun dari kuda yang ia ditunggangi. "Namaku Paras Gilderyn. Bolehkah aku melihat temanmu yang pingsan itu?"

Fulbert tidak beranjak dari duduknya.

"Atau mungkin kau bisa mengatasi masalahmu sendiri," lanjut Paras melihat Fulbert yang tidak beranjak dari tempatnya.

Barulah saat Paras mau naik kembali ke atas kudanya Fulbert bersuara. "Tidak! Tolong jangan pergi! Aku mohon, bantulah dia."
Ucapan Fulbert ini sukses membuat Kalena dan Emery kebingungan karena melihat Fulbert mudah percaya pada orang asing yang bahkan tidak pernah mereka kenal sama sekali.

"Aku mohon, bantulah dia!" ujar Fulbert memohon.

Paras menghentikan kegiatannya dan kembali menatap Fulbert. "Baiklah jika itu keinginanmu."

Fulbert segera menyingkir saat Paras mendekati tubuh Callysta yang tergolek di hadapannya. Matanya membulat saat ia melihat wajah Callysta dari dekat. Ia segera memeriksa denyut nadi dan pernapasannya.

"Dia seorang illyad," ucap Paras terkejut.

"Iya. Dia seorang illyad," jawab Fulbert.

"Aku harus membawanya ke pondokku."

"Baiklah. Di mana pondokmu?" tanya Fulbert terlihat semakin khawatir saat melihat perubahan dalam raut wajah pria itu.

"Bantu aku! Naikkan dia ke kudaku!" perintah Paras.

Ia segera menaiki kudanya sementara Fulbert mengangkat Callysta dan memberikannya pada Paras. "Ikuti jejak kaki kuda ini dan kalian akan menemukan kami!" Paras segera memacu kudanya dan menghilang dari pandangan.

"Apa kau gila? Kau menyerahkan Callysta pada orang yang bahkan kau tidak tahu siapa dia?" Emery terlihat sangat heran dengan kelakuan Fulbert saat ini. Bagaimana mungkin Fulbert bisa mempercayai orang yang baru mereka kenal beberapa menit yang lalu.

"Aku tidak bisa berpikir jernih. Callysta ada di sini karena aku. Aku tidak bisa membiarkannya mati sia-sia," ucap Fulbert dengan pandangan kosong. Ia masih terguncang dengan kejadian uang baru saja terjadi. Callysta menjadi seperti ini karena ulahnya.

"Dengan menyerahkannya pada orang asing? Aku tidak percaya," balas Emery.

"Sudahlah! Tidak ada gunanya kalian berdebat sekarang. Sebaiknya kita segera menyusul mereka sebelum terlalu jauh." Kalena yang jengah dengan tingkah Fulbert dan Emery segera melerai perdebatan mereka berdua.

Fulbert, Kalena dan Emery segera berlari sambil terus mengikuti jejak kaki kuda yang membawa Callysta pergi. Letak pondok itu memang tidak jauh, tidak lama mereka segera menemukan sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu berdiri sendiri di tengah hutan. Siapa sebenarnya lelaki itu yang mau hidup sendiri di tengah hutan seperti ini?

Saat mereka sampai, mereka hanya melihat kuda yang tadi ditunggangi oleh Paras.

"Ajaib. Bagaimana caranya menurunkan Callysta sendiri dari atas kuda?" gumam Emery yang tidak ditanggapi oleh Fulbert dan Kalena. Ia segera mengikuti Fulbert dan Emery masuk ke dalam pondok tersebut.

Mereka menemukan Paras yang sedang mengobati Callysta di ruang pengobatan. Ruangan itu penuh dengan alat-alat pengobatan dan tumbuhan yang sering dijadikan sebagai bahan ramuan. Mereka tidak berani menganggu Paras yang sedang mengobati Callysta di balik tirai tipis.

History of Florean : The Return Of The King MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang