34. Tiga cermin

105 8 0
                                    

Jalan yang mereka lalui lumayan sulit karena menurut Stobard-pimpinan para kurcaci-jalan tersebut sudah sangat jarang dilalui sejak puluhan tahun yang lalu. Mereka menganggap jika mereka menutup jalan tersebut maka tidak ada yang tahu soal keberadaan gua tersembunyi yang sangat megah itu. Oleh karena itu, mereka menutup jalurnya untuk alasan keamanan.

Setelah interogasi yang diberikan oleh Gesfier-kurcaci yang pernah menginterogasi mereka-dan Stobard, semua warga kurcaci di Dwarlion langsung menyambut mereka dengan suka cita. Meskipun ini bukanlah suatu kemenangan, tapi kedatangan mereka ternyata memang sesuatu yang cukup melegakan bagi kaum kurcaci. Setidaknya harapan yang mereka kira tidak akan pernah datang telah muncul di hadapan mereka.

Selesai Callysta dan yang lainnya mengisi perut dan beristirahat sebentar, mereka memutuskan untuk secepatnya melanjutkan perjalanan ini. Sudah terlalu banyak waktu yang terbuang dan mereka tidak ingin menyia-nyiakannya lagi sekarang.

"Sekarang sudah menjelang pagi. Aku rasa sebaiknya kita tuntaskan masalah ini secepatnya," ujar Callysta yang diiringi anggukan dari yang lainnya.

Dengan usul itu, sekarang mereka telah berjalan cukup jauh dengan menyusuri perbukitan. Setelah jalanan naik beberapa saat akhirnya jalan itu berubah menjadi menurun. Jalan yang dulu sangat sering dilalui tersebut telah penuh oleh rerumputan dan semak berdiri sehingga cukup menghambat perjalanan mereka.

Fulbert berada di depan untuk membuka jalan sementara Stobard dan Gesfier di belakangnya untuk membantu mereka menemukan arah yang benar. Tak jarang baju dan kulit mereka sendiri yang tergores oleh duri-duri tersebut.

"Apa kau tidak bisa membuat mereka menyingkir dulu Callysta? Itu mungkin saja bisa membuat perjalanan kita menjadi lebih mudah." Terdengar Fulbert yang berjalan paling depan bertanya pada Callysta.

Sebenarnya itu sempat terpikirkan oleh Callysta, tapi itu terlalu menguras energi. Terlebih setelah berjalan jauh dan mengingat jika dirinya bukan berada di Lonaria membuat Callysta harus berpikir dua kali. Tempat ini tidak dirancang untuknya dan dirinya terlalu lemah untuk bisa bertahan. Ia juga masih harus menyimpan sebagian besar energinya untuk ia gunakan pada saat-saat tertentu saja.

"Tidak. Selama kita melakukannya tanpa sihir aku tidak ingin menggunakannya." Callysta menjawab pertanyaan Fulbert.

"Kenapa? Bukankah akan lebih cepat jika kau menggunakan sihir?" Kali ini Kalena yang bertanya.

Callysta menggeleng. "Mungkin akan lebih cepat, tapi aku tidak menjamin jika setelah itu semuanya akan baik-baik saja."

Kalena yang sebenarnya masih bingung akhirnya hanya bisa diam. Ia tidak ingin terlihat menekan Callysta dalam hal ini karena ia sama sekali tidak tahu apapun soal sihir. Manusia hanya dibekali dengan kekuatan fisik bukan magis.

"Tidak perlu menggunakan sihir," kata Stobard. "Perjalanan kita tidak sejauh itu. Tinggal beberapa ratus meter lagi dan kita akan sampai."

Semuanyapun kembali diam dan menikmati perjalanan mereka dalam keheningan sembari menaksir jarak yang harus mereka tempuh. Callysta merasa jika tubuhnya berpendar halus. Mungkin ini pertanda jika waktunya telah semakin dekat. Ya, tidak lama lagi semua ini akan berakhir. Entah dengan kekalahan atau kemenangan.

Callysta mendongak menatap langit. Illyad dan elf memiliki keterikatan yang kuat dengan kelahiran mereka. Waktu dimana mereka dilahirkan menunjukkan kekuatan dan sifat yang mereka miliki meskipun itu tidak selamanya benar. Dan keterikatan itu yang membuat Callysta sangat mencintai bintang dan benda langit lainnya. Tak disangka jika menurut beberpa orang ia dianggap sebagai penjelmaan dari ketiga bintang penjuru.

"Sudah sampai," Gesfier mengumumkan.

Semuanya langsung berkumpul mengelilingi pintu gua yang tertutup tersebut.

History of Florean : The Return Of The King MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang