36. Pertemuan tak terduga

69 9 0
                                    

Fulbert mendesah pelan. "Dimana bukit cahaya itu?"

"Tidak jauh. Letaknya berada di balik bukit monster. Tempat kediaman Zoikatras."

Fulbert kembali terdiam, ia menatap Stobard dan Gesfier. "Kalau begitu bantu kami. Kami tidak akan bisa menghadapi mereka sendiri. Jika tempat itu memang sangat dekat dengan Bukit Monster itu artinya mereka dengan mudah menghimpun kekuataan. Dan lagi, memang itu tujuan mereka, bukan? Mengalihkan kekutan yang diberikan oleh Para Putri Alam untuk diri mereka sendiri. Zoikatras tidak mungkin hanya sendiri."

"Memang," kata Stobard. "Tapi percayalah, Zoikatras tidak akan membawa bala tentara monsternya naik ke atas bukit. Bukit itu tempat yang suci dan hanya bisa didatangi oleh mereka yang terlahir secara alami dari alam ini. Monster tidak pernah jadi bagian dari itu."

"Tapi bagaimana dengan pasukan hitam yang selalu menyerang kami selama ini?" tanya Kalena. "Jumlah mereka tidak sedikit."

"Tidak. Itu tidak benar. Mereka tidak lebih dari empat orang saja."

"Apa yang kau maksud?" tanya Fulbert tidak mengerti. "Mereka telah menyerang kami berkali-kali dan jumlah mereka sangat jelas lebih dari empat."

Fulbert sangat bingung dengan perkataan Stobard. Sudah sering sekali mereka bertemu dan berhadapan dengan pasukan hitam itu dan jelas sekali jika jumlahnya lebih dari empat. Entah penglihatannya yang salah atau Stobard yang terlalu mengada-ada.

"Mereka tidak lebih dari emoat orang," tegas Stobard. "Dan yang menyerang kalian selama ini hanyalah ilusi. Bukan diri mereka yang sebenarnya. Aku yakin Callysta tahu soal ini."

Fulbert dan Kalena begitu tercengang dengan fakta yang baru saja mereka ketahui ini. Jadi selama ini mereka lari dari ilusi. Ilusi yang hampir membunuh mereka berkali-kali dan tidak pernah mereka sadari. Tapi jika mereka memang ilusi dan Callysta mengetahuinya kenapa dia tidak memberitahu mereka?

"Jika mereka ilusi dan Callysta mengetahuinya lalu kenapa dia tidak memberitahu kami sebelumnya?" tanya Kalena setelah pulih dari keterkejutannya.

"Karena itu tidak akan mengubah apapun. Ilusi atau bukan mereka akan tetap bisa melukai kalian bahkan membunuh."

"Tapi jika itu memang benar ilusi bukankah kita bisa mengalahkannya dengan membunuh si penciptanya? Dan aku tidak pernah menemukan hal yang aneh dengan mereka. Mereka benar-benar terlihat sama," ujar Fulbert.

Stobard mengangguk. "Ya, itu benar. Tapi akan beda ceritanya jika yang membuat ilusi itu tidak ada bersama mereka."

"Sungguh tidak bisa dipercaya," desah Fulbert masih dengan pandangan tidak percayanya. Fakta ini terlalu mengejutkan. Harus berapa banyak lagi kejutan yang harus ia hadapi.

Stobard menepuk bahu Fulbert seakan mencoba untuk menguatkannya. "Kami percaya padamu putra Azexton."

Fulbert menatap Stobard. Ia tidak mengatakan apapun. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai hal. Hidup telah memberi tanggung jawab yang besar untuknya. Entah apa yang istimewa darinya hingga ia begitu dipercaya mengamban tugas berat ini. Yang ia tahu sekarang adalah bahwa dirinya tidak akan pernah bisa mundur.

"Baiklah. Tidak ada jalan lain. Sudah tidak ada banyak waktu lagi yang tersisa." Fulbert bangun dari duduknya. Ia menatap kalena dengan pandangan sayu. "Kalena, sekarang pilihan berada di tanganmu. Aku yang menerima tanggung jawab ini dan kau tahu jika dirimu tidak diharuskan untuk selalu ikut bersamaku. Jadi aku pikir kau akan aman jika..."

"Hentikan!" sentak Kalena. Kalena menatap Fulbert dengan pandangan menilai. Tidakkah Fulbert tahu jika dirinya telah mengabdikan dirinya untuk Fulbert selama ini? Bukan hanya sebagai seorang wanita yang mencintainya tapi sebagai pelayannya karena bagi Kalena Fulbert sama berkuasanya dengan seorang raja.

History of Florean : The Return Of The King MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang