21. Bukit Monster

104 11 0
                                    

Tempat itu dingin, gelap dan mencekam. Sebuah aula besar, berdinding kelabu dan bercahaya mini menambah kesuraman dalam suasananya. Tak ada cahaya yang dapat menaklukan kegelapan itu. Mereka menyukainya dan mereka memujanya.

Di atas singgasana hitam dengan ukiran emas, duduk seseorang dengan berbalut kain hitam. Seluruh tubuhnya tertutup, hanya sedikit bagian wajah dan tangan pucatnya yang terlihat. Jelas sekali jika hawa dingin menusuk ini berasal dari dirinya. Aura dingin kematian.

Lalu, kedua pintu itu terbuka. Seorang berpakaian serba hitam dengan penutup wajah hingga hanya ke dua matanya saja yang terlihat masuk. Dia bukan ninja, dia seorang panglima. Panglima besar dari pasukan hitam. Di punggungnya terdapat Azorul. Pedang terkutuk yang sangat ditakuti oleh seluruh makhluk karena bukan raga yang mereka hancurkan, tapi jiwa.

"Kemarilah, Zackrash. Katakan, berita apa yang kau bawa kali ini," ucap orang yang berada di singgasana. Suara dinginnya terdengar lembut dan tenang, namun ada dasar yang menghanyutkan dalam ketenangan suaranya.

"Kami berhasil menguasai beberapa daerah hari ini seperti Erios, Perlizar, dan Afros. Sekarang seluruh dunia akan mengetahui kembalinya anda yang mulia," jawab Zackrash.

Zoikatras tersenyum. Itu bukan senyum yang menyenangkan, itu adalah senyuman dingin yang akan membawa kematian.

"Bagus. Sekarang seluruh dunia akan tahu siapakah raja yang sebenarnya," ujarnya puas.

"Tapi ada sedikit masalah yang mulia. Fulbert Dynelios dikabarkan berhasil lolos dari kejaran pasukan. Dia tengah mengembara untuk mencari sebuah Klan elf yang bernama elfanorth. Mereka mengira jika Klan elf itulah memegang kunci tentang kejatuhan anda."

"Mereka kau bilang?" suara dinginnya terdengar berbahaya.

"Iya. Fulbert dan ketiga temannya tengah melakukan perjalanan demi menjatuhkan anda," jawab Zackrash tenang.

"Siapa ketiga orang itu?"

"Emery Prescad dan Kalena Wingart. Mereka adalah anak-anak bangsawan dari kerajaan Vozelon. Sedangkan yang satu lagi bernama Callysta Fosateri, puteri dari kerajaan Lonaria."

Zoikatras menegang. "Illyad dan manusia bersatu," ucapnya lirih. "Dengan bantuan mereka tujuanku akan segera tercapai. Ikuti mereka, beri sedikit teror, tapi jangan membunuhnya. Biarkan mereka mencapai tujuannya."

"Bagaimana dengan pangeran?" tanya orang itu lagi.

"Anak bodoh itu," ucap Zoikatras lagi. "Tetap awasi."

"Baik." Kemudian, orang itu mohon diri dan keluar dari ruangan.

"Tinggal sebentar lagi dan aku akan mendapatkan kemenanganku."

*****

"Menurutmu kenapa kita baru melihat hal itu sekarang?" tanya Fulbert sembari mengintip sedikit ke arah perbukitan yang berada jauh di hadapannya. Bukit yang nyaris bersih tanpa pepohonan. Tepat di atasnya terdapat sebuah bangunan besar yang serupa dengan benteng dibandingkan istana. Meskipun mereka hanya melihatnya dalam versi yang sangat kecil karena letaknya yang sangat jauh.

Tepat di belakang bukit itu terdapat bukit yang lain dengan pemandangan yang berbeda. Bukit itu dipenuhi oleh pepohonan yang terlihat membiru.

"Tempat itu sangat terlarang. Para elf menutupnya dan memberinya batas agar tidak ada seorangpun yang berani datang ke sana. Mereka menghilangkannya dari pandangan agar tidak ada yang tertarik untuk datang ke sana. Sekarang, batas itu telah hilang. Ini bukan hal yang baik," jelas Callysta. Matanya menatap tajam pada bukit itu. Tidak, bukan bukit itu yang menarik perhatiannya, tapi bukit yang berada di baliknya.

History of Florean : The Return Of The King MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang