43. Akhir yang Bahagia

183 11 4
                                    

Fulbert mematut dirinya di depan cermin dengan raut wajah gembira. Hari ini adalah hari penting yang hanya akan terjadi sekali dalam hidupnya. Sungguh, Fulbert sangat bahagia karena akhirnya setelah sekian lama menunggu hal ini bisa terwujud juga.

"Akhirnya, setelah satu tahun menunggu kita akan bersama untuk selamanya," ujarnya menatap cermin di hadapannya sambil tersenyum.

"Kau terlihat sangat bahagia."

Fulbert berbalik untuk menyambut kedatangan kakak sepupunya, Ralley, yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan pangeran Rallian. Setelah peristiwa mengerikan itu terjadi, Ralley kembali tinggal di istana dan membantunya untuk membangun kerajaannya kembali. Bagi Fulbert ini adalah hal yang sangat luar biasa. Ia kehilangan dua orang yang sangat dicintainya dan dua orang lain datang menggantikannya.

"Tentu saja. Ini adalah hal yang paling aku tunggu sejak lama."

Ralley memperhatikan Fulbert dengan sayang. Ia menepuk bahu Fulbert. "Aku meninggalkanmu beberapa tahun dan saat aku kembali kau sudah tumbuh menjadi pria dewasa."

Fulbert hanya tersenyum menanggapi ucapan Ralley tersebut. Betapa ia sangat senang bisa bersama dengan saudaranya yang satu ini. Andai saja semuanya akan terus begini maka mungkin Fulbert akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Namun manusia hanya bisa berangan-angan saja karena pada nyatanya keinginan seperti itu tidak akan pernah terwujud.

"Apa yang akan kau lakukan jika Callysta tidak juga bangun pada hari ini?" Ralley bertanya.

Tanpa keraguan Fulbert menjawab, "Maka aku akan tetap menikahinya. Aku tidak peduli bagaimana keadaannya, tapi darah kami memang telah menyatu sejak awal. Tidak ada keraguan tentang siapa identitas kami yang sebenarnya."

"Callysta memang tidak salah mencintai orang seperti dirimu, Yang Mulia."

Fulbert dan Ralley mengalihkan pandangan pada Raja Thaddeus yang baru saja memasuki ruangan tersebut. "Kau orang yang sangat tepat untuk menjadi pelindung bagi putriku."

Fulbert tersenyum mendengar perkataan dari sang Raja. "Aku sungguh merasa terhormat bisa menjadikan Callysta sebagai permaisuriku."

Melihat Raja Thaddeus, Ralley mengerti jika dirinya tidak seharusnya berada di sini. Ia pun mohon pamit dan keluar dari ruangan meninggalkan menantu dan mertua itu bersama.

"Kesetiaanmu pada Callysta, aku sangat senang dengan hal itu. Aku berharap kau akan tetap bisa diandalkan untuk seterusnya. Meski terlihat kuat tapi sebenarnya Callysta sangat rapuh. Kekuatannya hampir hilang sepenuhnya dan aku rasa kau sudah tahu itu. Tolong, jangan biarkan dia kembali terluka." Raja Thaddeus terlihat berkaca-kaca saat menyampaikan perkataannya tersebut. "Dia adalah kesayangan kami."

Dengan lembut, Fulbert memegang lengan Raja Thaddeus. Fulbert dapat melihat kesedihan dalam matanya. Tiba-tiba ia merindukan tatapan itu. Tatapan yang hanya bisa diberikan oleh kedua orang tuanya. Hal ini memunculkan sebuah percikan emosi untuk menjaga apa yang masih dimiliki oleh Callysta. Hal-hal yang telah hilang dari kehidupannya.

"Aku berjanji akan selalu menjaga Callysta hingga akhir. Tidak peduli bagaimanapun keadaannya dan kekurangannya, aku akan tetap berada di samping Callysta," ucap Fulbert mantap.

Raja Thaddeus tersenyum puas. Ia mengangkat tangannya dan menepuk kepala Fulbert sayang. "Aku tidak peduli kau seorang raja, kau akan tetap menjadi menantuku."

Fulbert hanya tertawa untuk menganggapi hal tersebut. Hatinya senang karena ia bisa merasakan kehangatan sebagai seorang anak kembali. "Kalau begitu aku akan sangat senang jika anda mau menganggapku sebagai putramu."

"Tentu saja. Kau adalah putraku." Raja Thaddeus memeluk Fulbert. "Terima kasih atas semua yang kau lakukan. Seluruh Florean berhutang budi pada kalian."

History of Florean : The Return Of The King MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang