Chapter 3

81K 7.3K 76
                                    

Budayakan vote (klik bintang) sebelum membaca. Budayakan pula tinggalkan jejak komentar kalian tentang part ini setelah membaca. Thank you, happy reading.

***

Gadis di depannya menghentikan langkahnya membuat Nathan juga segera menghentikan langkah agar tidak menabrak gadis itu.

"Lo kenapa telat Nat?"

"Kepo!"

Adisty memutar bola matanya lalu bersidekap menghadap Nathan.

"Gue serius! Biar gue bisa pilihin hukuman yang sesuai."

"Terserah mau hukum gue apaan!"

"Gimana kalau hukuman lo...."

"Apa?!"

Adisty tersenyum manis di depan Nathan yang membuat cowok tersebut menatap jengah ke arahnya.

"Lo berhenti jadi berandalan kayak gini."

Nathan menaikkan satu alisnya meminta penjelasan lebih kepada gadis di hadapannya.

"Lo jadi anak baik-baik, lo nggak boleh ikut tawuran, nggak boleh bolos, pokoknya jadi anak teladan kayak...."

"Kayak Kudanil maksud lo?! BIG NO!"

Nathan segera pergi meninggalkan gadis itu dengan emosi yang sudah berada di ubun-ubun.

"Padahal gue mau bilang jadi anak teladan kayak gue."

Adisty menghela napas memerhatikan Nathan yang berjalan meninggalkannya.

Nathan berbelok menuju tempat biasa dia dan teman-temannya menghabiskan waktu menunggu jam mata pelajaran yang tak disukai mereka selesai.

Nathan membanting tubuhnya di meja lalu berbaring dengan tas sebagai bantalnya.

"Kenapa lo Nat? Urusan sama Kudanil lagi?"

"Bukan, sama pacarnya Kudanil."

"Apa?! Kudanil punya pacar?" teriak Leon yang segera menegakkan tubuhnya menghadap Nathan.

"Siapa Nat pacarnya Kudanil? Budanil?"

Kali ini celetukan Leon mendapat pukulan keras oleh Bryan yang duduk di sampingnya.

"Nenek lampir," jawab Nathan sekenanya.

"Gue nanya serius elah!"

"Gue lupa namanya."

Baik Bryan maupun Leon saling bertatapan, ada sesuatu yang jelas-jelas disembunyikan oleh Nathan lagi dari mereka.

Menjadi sahabat Nathan hampir lima tahun membuat Bryan tahu banyak hal tentang Nathan yang sama sekali tidak Nathan beritahukan langsung padanya.

Berbeda dengan Leon yang baru mengenal sosok Nathan kurang dari dua tahun. Kepolosan dan tingkah konyol Leon yang walaupun terkadang membuat Nathan sering kesal namun hal itu menjadi pelengkap persahabatan mereka bertiga.

"Lupa?" tanya Leon menelisik lebih jauh melalui tatapan bak laser milik Nathan.

"Apa sih lo?!" bentak Nathan pada Leon yang membuat kedua sahabatnya itu tertawa terbahak-bahak.

"Lupa berarti pernah ingat," jawab Leon yang segera mendapat sebuah jitakan dari Bryan.

"Salah gue apa Bry?"

"Lupa berarti dulu pernah tahu! Ah lo otaknya sama aja kayak Nathan!"

"Maksud lo apa nih?!"

"Santai bos. Gue tadi bercanda," jawab Bryan sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk V pada Nathan.

ELNATHANIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang