Nathan tahu gadis satu-satunya di ruangan itu sangat tidak nyaman dengan asap rokok yang memenuhi gudang.
Adisty tampak sibuk menutup-nutupi hidungnya ketika kepulan asap lewat di depan hidung mungil tersebut.
Nathan segera membuang ke lantai rokok di tangannya lalu menginjak dengan kaki kanannya agar puntung rokok tersebut mati.
"Ikut gue!"
Tanpa menunggu perintah selanjutnya, Adisty segera mengikuti Nathan keluar dari gudang tersebut.
Tanpa disadari Adisty, Nathan memerhatikannya yang menepuk-nepuk dada karena sedikit sesak napas akibat asap rokok tadi.
"Lo bawa motor atau mobil?"
"Iya, gue bawa mobil."
"Bagus deh. Gue tunggu di depan gerbang sekolah."
Tanpa menghiraukan apa jawaban Adisty, Nathan segera berlalu menuju halaman parkir sepeda motor di sebelah utara. Sedangkan Adisty dengan wajah pasrah segera bergegas menuju halaman parkir mobil di sebelah selatan.
Dari kejauhan terlihat sosok Nathan yang duduk santai di atas motor sport hitamnya dengan helm full face hitam yang membuatnya semakin tampak misterius.
Adisty menghentikan mobilnya tepat disebelah motor Nathan. Nathan menatap ke arah dalam mobil Adisty sejenak lalu menstarter motornya.
Adisty tampak uring-uringan mengikuti kelihaian Nathan menguasai jalanan. Beberapa kali Nathan mampu menerobos kemacetan jalanan sedangkan Adisty terpaksa mengklakson terus-menerus sehingga kendaraan di depannya memberikan sumpah serapah pada gadis itu.
Setelah melewati kemacetan, Adisty melihat motor Nathan berhenti di trotoar jalan seakan menunggu dirinya.
Baru saja Adisty menghentikan mobilnya untuk beristirahat sejenak dari acara kebut-kebutan yang baru saja dia selesaikan, Nathan segera menstarter kembali motornya meninggalkan tempat tersebut.
Kontan hal itu membuat Adisty geram. Dengan kemarahan yang sudah memuncak, dia berhasil menyejajari motor Nathan dan segera berteriak dengan suara lantang.
"Woee!! Bisa pelan sedikit nggak sih?! Gue bukan pembalap!"
Bukannya mengurangi kecepatan, Nathan malah semakin menambah kecepatan hingga jarum spedometernya menanjak ke atas.
"Shit! Anjing gila!!"
Spontan kata-kata kasar dan sumpah serapah keluar dari mulut Adisty tatkala melihat motor Nathan kembali lihai memasuki gang sempit untuk menghindari kemacetan.
Adisty bersyukur mobilnya bukan tipe mobil sport dengan body mobil yang besar sehingga tak terlalu kesulitan ketika keluar masuk gang.
Hanya butuh waktu dua puluh menit bagi Nathan dan Adisty sampai di depan sebuah rumah yang tampak luas dan mewah.
Adisty mengikuti Nathan memasukkan kendaraannya ketika seorang satpam telah membukakan pagar untuk mereka.
Adisty keluar dari mobil dan menyejajari Nathan berjalan menuju pintu rumah tersebut.
"Oke juga kemampuan lo," ucap Nathan tanpa menatap ke arah Adisty sedikitpun.
"Lo gila! Gue hampir mati jantungan karena lo ajak kebut-kebutan, mana pakai diteriakin sumpah serapah dari banyak orang lagi."
Keluh kesah Adisty membuat Nathan menyunggingkam senyum miringnya.
"Ini rumah lo?"
"Bukan."
Adisty menatap halaman rumah tersebut yang tampak rapi dan terlihat sejuk. Terdapat sebuah air mancur berbentuk dua dewa yunani dengan pahatan yang begitu memesona di tengah-tengah halaman taman depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELNATHANIAL
Teen FictionNathanial, ketua OSIS yang banyak disukai orang karena sikapnya yang baik. Namun sayangnya, Adisty yang dia cintai tidak menaruh hati padanya. Melainkan Adisty malah mencintai Elnathan, adiknya yang terkenal dengan segala kebiasaan buruknya. Elnatha...