Chapter 16

63.9K 5.6K 190
                                    

Pagi yang riuh tercipta di SMA Nusantara. Sebuah pengumuman tertempel di dinding mading dan di corner information.

Berdasarkan surat peringatan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
Tim Basket Putra SMA Nusantara
TIDAK DIIKUTSERTAKAN dalam
National Basketball Competition tahun ini.
Hal ini dikarenakan beberapa atlet basket SMA Nusantara terlibat dalam tawuran yang terjadi kemarin.

Sekian,
Terimakasih.

Kekecewaan para siswa baik atlet basket maupun para supporter tidak dapat mereka sembunyikan.

Telah empat tahun berturut-turut tim basket SMA Nusantara menjadi juara umum turnamen kompetisi tersebut dan kali ini mereka tak dapat mengikutinya akibat tawuran dadakan kemarin.

Sama halnya dengan keadaan koridor dan ruang kelas, beberapa orang di dalam gudang memukul maupun menendang meja dan kursi untuk melampiaskan kekesalan mereka.

Leon, Bryan, Sam, dan beberapa atlet basket SMA Nusantara yang lain tak dapat menyembunyikan wajah kacaunya. Sedangkan Nathan hanya terdiam membisu.

Basket adalah separuh dari bagian hidup Nathan. Bagi dirinya, bola basket adalah sahabat paling setia, lapangan basket merupakan rumah kedua, dan ring basket adalah tempat bersandar paling nyaman.

Sejak kecil, basket sudah mendarah daging pada diri Nathan. Dan kali ini, dia harus menelan kekecawaan akibat tidak dapat mengikuti kompetisi yang sudah dia tunggu-tunggu selama satu tahun terakhir.

Nathan berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju rooftop. Untuk pertama kalinya, Nathan berjalan dengan menundukkan kepala. Kontan hal itu membuat beberapa orang yang melihatnya langsung mengetahui betapa sedihnya kondisi Nathan sekarang.

Sesampainya di rooftop, Nathan merebahkan tubuhnya di tempat biasa. Ia mencoba menutup mata dan mengontrol emosi dalam tubuhnya.

Sebuah sentuhan dingin mengena di pipi kiri Nathan membuat cowok tersebut membuka matanya. Sebuah kaleng softdrink berada tepat di depan matanya.

Adisty tersenyum sambil menggoyang-goyangkan kaleng tersebut pelan. Nathan duduk lalu mengambil kaleng tersebut diikuti Adisty yang juga duduk di sampingnya.

"Mendung tapi nggak hujan." Ucapan Adisty tak mendapat respon sedikitpun dari Nathan.

"Gue suka banget udara seperti ini, suasana kayak gini, rasanya tenang, damai, dan entah kenapa setiap gue ngerasain suasana ini kayak tiba-tiba setiap potret masa lalu gue muncul secara bergantian."

Adisty benar, hal itu pula yang dirasakan Nathan kali ini. Potret ia mulai mengenal basket, mencintai olahraga tersebut, mengikuti berbagai kompetisi, menjuarai banyak pertandingan, menjadi top scorer, dan mengangkat piala bersama-sama dengan rekan setimnya. Semua kenangan itu seakan seperti sebuah film pendek yang terputar secara apik di pikirannya.

"Nat," panggil Adisty membuat Nathan menatap gadis di sampingnya tersebut.

"Kalian menang di kompetisi itu kan tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya?"

Nathan mengangguk menanggapi pertanyaan Adisty.

"Oke deh, gue duluan ya." pamit Adisty meninggalkan Nathan.

Dengan spontan Nathan menangkap salah satu lengan Adisty, membuat gadis itu membalikkan tubuhnya.

"Kenapa Nat?"

ELNATHANIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang