Adisty turun dari taksi lalu memasuki gerbang sekolah dengan langkah kaki yang ringan dan penuh senyum karena dua alasan.
Pertama karena dia mendapat pesan dari mamanya bahwa papa sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Kedua karena Adisty sudah menceritakan pada Nathan rahasia yang selama ini tidak pernah dia beritahukan pada orang lain, bahkan termasuk Naura dan Cindy.
Adisty mengintip melalui jendela kelas Nathan namun cowok tersebut tidak terlihat sama sekali padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit.
Tatapan mata Adisty bertemu dengan Leon yang langsung melambaikan tangannya dan memberikan kode pada gadis itu agar masuk ke dalam.
"Nathan mana?" tanya Adisty sambil berjalan menuju bangku Leon.
"Lo kan tahu sendiri Dis dia kalau nggak telat ya bolos." jawab Leon santai sambil bermain game di handphonenya.
"Ya udah deh gue ke kelas duluan ya."
Adisty sama sekali tidak menemukan Nathan di sepanjang koridor bahkan juga di rooftop. Adisty memutuskan segera ke kelasnya dan menyandarkan kepalanya di bahu Cindy.
"Kosong Cin? Kok belum masuk sih?" tanya Adisty dengan sedikit tidak semangat.
"Entah Dis, lo kenapa sih?"
"Nathan kayaknya bolos sekolah lagi deh." Cindy terkekeh mendengar jawaban sahabatnya.
"Lo kan tahu sendiri kebiasaan Nathan, kayak nggak hafal aja lo sama tabiat pacar lo itu."
Adisty menegakkan tubuhnya lalu menangkup dagu dengan kedua tangannya di atas meja.
"Kapan tuh anak insyaf ya Cin?"
"Bukannya lo sendiri yang bilang sama gue kalau lo sayang sama dia apa adanya."
"Iya juga sih."
Naura masuk ke dalam kelas dengan napas terengah-engah. Sedikit berlari Naura mendekat ke meja Cindy dan Adisty.
"Lo kenapa Nau?"
"Bete banget gue." jawab Naura menggerutu.
"Buruan cerita!"
"Gue mau pindah ke Jogja." Adisty dan Cindy melongo mendengar penjelasan Naura.
"What the?!"
"Masih semester genap besok Cin, tapi orang tua gue mau gue serius belajar biar nilai bagus jadi gampang nyari sekolah baru di sana." Cindy sudah siap memberondong Naura dengan banyak pertanyaan namun guru mereka sudah memasuki kelas lebih dulu.
***
Nathan mengunci diri di kamarnya seharian. Sejak pulang dari kantor polisi dia sama sekali tak keluar dari kamarnya.
Beberapa kali Vanessa mengetuk pintu kamar anak bungsunya tersebut namun tak pernah ada sahutan dari Nathan.
Di dalam kamarnya Nathan terduduk di samping ranjang. Dia satu-satunya yang mengetahui kebenaran di balik kejadian dua belas tahun silam.
Beban yang berat tengah dia pikul sendirian, melawan kebenaran masa lalunya dan kelanjutan masa depannya.
Nathan meraih handphone yang terakhir kali dia lempar di sudut kamar. Beruntung handphone itu tidak rusak seperti kejadian sebelum-sebelumnya.
Tertera enam belas misscall dan notifikasi pesan dari Adisty. Namun kali ini Nathan mengabaikannya. Dia memilih membuka applikasi LINE lalu mengetik beberapa kata di grup chat dengan sahabatnya.
[LINE]
Leon: my partner, my boss, my atm koo tadi nggak berangkat? :(Nathan: skip
Bryan: your atm(?)
KAMU SEDANG MEMBACA
ELNATHANIAL
Teen FictionNathanial, ketua OSIS yang banyak disukai orang karena sikapnya yang baik. Namun sayangnya, Adisty yang dia cintai tidak menaruh hati padanya. Melainkan Adisty malah mencintai Elnathan, adiknya yang terkenal dengan segala kebiasaan buruknya. Elnatha...