Kabar diperbolehkannya tim basket Nusantara untuk ikut serta dalam turnamen basket tahun ini telah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Tidak hanya anggota tim basket saja yang kini sibuk berlatih, namun para cheerleaders dan lainnya juga sibuk mempersiapkan diri untuk mendukung tim basket kesayangan mereka.
Kini pulang pada siang hari hanya sekedar mitos untuk mereka. Pasalnya, mereka baru keluar dari lingkungan sekolah menjelang malam bahkan terkadang pukul delapan malam mereka baru selesai latihan.
Bukan para anggota basket yang mengeluh karena mereka harus pulang malam, melainkan pacar anggota basket masing-masinglah yang terkadang mempermasalahkan hal tersebut.
Namun karena sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun kalau latihan basket Nusantara memang terkenal ketat, mereka yang kini duduk di kelas sebelas tentu sudah pernah merasakan pelatihan saat mereka masih berada di kelas sepuluh.
Hanya perlu membiasakan diri lagi jika menjelang turnamen latihan menjadi super ketat seperti sekarang ini.
"Nat," panggil Adisty dari pinggir lapangan futsal. Nathan yang melihat kekasihnya melambaikan tangan padanya segera mendekat. Nathan segera meninggalkan gerombolan teman setimnya dan mendekat ke arah Adisty.
"Lo belum pulang?" tanya Nathan sedikit bingung karena jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.
"Tadi gue, Naura sama Cindy pergi ke toko buku buat beli novel terus gue balik ke sini deh. Nih, minum dulu gih!" Nathan meraih sebotol air minum isotonik dari tangan Adisty.
"Ya udah gue pamit ke yang lain dulu deh baru gue antar lo pulang."
"Nggak usah Nat, gue bisa pulang sendiri kok."
"Gue nggak nerima penolakan." Setelah mengatakan hal tersebut, Nathan segera berlari ke arah teman setimnya lalu kembali ke pinggir lapangan dan mengajak Adisty pulang.
Seperti biasa, Nathan melajukan motornya dengan kecepatan gila-gilaan. Beberapa kali Adisty harus menarik jaket Nathan agar dia tidak terjatuh dari boncengan. Nathan hanya menyeringai kecil di balik helm full face-nya.
Nathan kembali menambah laju motornya hingga terpaksa Adisty memeluk cowok tersebut dari belakang.
"Udah sampai, masih mau meluk?" tanya Nathan membuat Adisty blushing seketika.
"Makasih," ucap Adisty lalu berbalik meninggalkan Nathan yang masih duduk di motor di depan pagar rumahnya.
Nathan menarik lengan Adisty pelan agar gadis itu mengurungkan niatnya meninggalkan cowok tersebut karena godanya barusan.
"Besok gue udah mulai turnamen, bakalan nggak ada waktu buat kita jalan bareng."
Adisty tahu akan hal itu, selama seminggu lebih Nathan akan fokus pada turnamennya dan tentu saja Adisty akan merasa kesepian tanpanya. Namun tentu saja hal itu tidak akan dia tunjukkan di hadapan Nathan.
"Bukannya itu udah jadi risiko pacar kapten tim basket?" goda Adisty yang ditanggapi Nathan dengan smirk-nya.
"Wait for me, I'll give my best for you. Jangan coba selingkuh sama cowok lain!"
Bagaimana Adisty tidak semakin jatuh cinta pada Nathan jika cowok tersebut selalu punya cara sendiri untuk membuatnya blushing tiba-tiba.
"Gue janji dan lo juga harus janji kalau tim basket Nusantara bakalan naik ke podium teratas!" Adisty mengacungkan jari kelingkingnya lalu Nathan balas mengaitkan jari kelingking kirinya pula.
"I promise. Gue balik dulu, lo masuk sana!" Adisty mengangguk lalu melambaikan tangan pada Nathan yang mulai menjauh dan menghilang di tikungan depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELNATHANIAL
Teen FictionNathanial, ketua OSIS yang banyak disukai orang karena sikapnya yang baik. Namun sayangnya, Adisty yang dia cintai tidak menaruh hati padanya. Melainkan Adisty malah mencintai Elnathan, adiknya yang terkenal dengan segala kebiasaan buruknya. Elnatha...