Chapter 27

58.8K 4.5K 142
                                    

Nathan meraih pergelangan tangan Adisty dan memegang kedua bahu gadis itu kuat.

"Gue janji gue bakalan jelasin semuanya ke lo. Tapi nggak sekarang... besok setelah final. Gue nggak pernah ngelanggar janji gue sendiri."

Adisty tahu Nathan orang yang selalu memegang janjinya. Adisty juga tahu fisik Nathan sangat lelah karena pertandingan tadi jadi dia tidak ingin membuat pikiran Nathan juga lelah karena dirinya.

Adisty mengangguk pelan lalu tersenyum simpul pada Nathan, "gue kekanakan ya?" tanya Adisty dengan sedikit manja.

"Nggak... cuma moody aja. Herannya, kenapa gue bisa sayang sama lo ya? Padahal masih banyak cewek yang dewasa dan nggak moody yang mau sama gue." jawab Nathan membuat Adisty berdecak kesal.

"Ya udah sama tante-tante girang aja sana!" ucap Adisty meninggalkan Nathan menuju mobil cowok tersebut.

"Hahaha... cemburu bilang aja!" goda Nathan sambil mengacak rambut Adisty ketika sudah menyejajari gadis itu.

"Nggak! Ngapain cemburu sama tante-tante."

Tak urung Nathan terkekeh geli melihat ekspresi Adisty yang tampak lucu meski sedikit kekanakan.

***

Hari pertandingan final antara SMA Sendana melawan SMA Nusantara telah tiba. Para penonton maupun supporter berdatangan sambil membawa berbagai alat pendukung mereka.

Sedangkan para pemain sudah sampai di gelanggang olahraga sejak satu jam yang lalu. Kini pertandingan dimulai dengan perebutan juara ketiga, yaitu antara SMA Mutiara dengan SMA Garuda.

Para pemain dari SMA Nusantara maupun SMA Sendana berada di ruang tunggu pemain masing-masing. Beberapa kali Nathan melirik ke arah pintu ruangannya namun sosok yang dia harapkan tak kunjung datang.

Sebuah ketukan pintu terdengar dan seseorang masuk setelahnya. Namun bukan seperti harapan Nathan, sosok yang muncul adalah Pak Widoo,
coach mereka.

"Anak-anak!" Panggilan Pak Wid membuat aktivitas semua pemain terhenti lalu berfokus pada coach mereka tersebut.

"Ingat bahwa lawan kalian kali ini bukan lebih unggul di defense seperti kemarin. Lawan kalian kali ini sangat lincah di offense, sekaligus... mereka sangat licik." Beberapa pemain menganggukkan kepalanya, setuju dengan apa yang dikatakan coach mereka.

"Saya sendiri masih ragu untuk menentukan siapa yang akan menjadi line up kita kali ini. Terlebih kondisi Nathan dan Sam yang cideranya belum sembuh total."

Baik Nathan maupun Sam hanya menghela napas panjang.

"Maaf coach..." keluh Sam menyesali keadaannya.

"Ini bukan salah kamu Sam, jangan menyalahkan keadaan pula. Sekarang yang terpenting, bagaimana memasukkan Nathan dan Sam tetapi jangan sampai lawan melukai mereka."

Semua pemain berpikir keras bagaimana cara menghindari permainan licik Sendana.

"Saya tahu coach!" Teriakan Leon membuat semua orang yang berada di ruangan itu beralih menatapnya.

"Biar saya saja yang tanggung semua perlakuan kasar mereka. Setiap mereka ingin mendekat ke arah Nathan atau Sam atau pemain lain, kita pindah formasi jadi man to man. Nah setiap Nathan atau siapapun bawa bola dan ada peluang masukin bola, formasi kita berubah setiap ada pergerakan."

Keheningan terjadi untuk waktu yang cukup lama.

"Ini terlalu membahayakan diri kamu Le." ucap coach diikuti anggukan dari beberapa pemain.

ELNATHANIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang