Chapter 24

63.8K 5.8K 175
                                    

"Kok bisa Dis?! Gimana caranya? Kok tim basket Nusantara dibolehin ikut turnamen lagi?!"

"Hehe gue kan pernah janji sama lo kalau gue mau bantu tim basket ikut turnamen lagi."

"Lo waktu itu janji bantuin supaya lo nggak jadi babu gue lagi, terus sekarang lo bantuin gue supaya lo bisa berhenti jadi pacar gue?!"

Adisty sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Nathan hanya menatap gadis di hadapannya dengan tatapan bingung.

"Lo lucu Nat, lo lucu dengan cara lo sendiri."

"Gue serius Adisty! Gue nggak lagi bercanda!"

"Iya Elnathan Lazuardi. Gue nggak bakal minta berhenti jadi pacar lo. Gue bakal berada disisi lo, sampai kapanpun dan dalam keadaan apapun. Puas Tuan Elnathan?" goda Adisty pada Nathan yang membuat cowok tersebut menyeringai geli.

"Gue pegang janji lo!"

"As you want Mr. Lazuardi."

"Don't call me Mr. Lazuardi! Cause it can means you call him too!"

"Cie... cemburu?" Adisty kembali menggoda Nathan sambil menunjuk hidung mancung Nathan dengan jari telunjuknya.

"Gue? Cemburu? Recehan!" ucap Nathan sambil melipat jari telunjuk Adisty pelan.

"Ya udah bagus deh kalau nggak cemburu soalnya besok gue mau pergi berdua sama Nial."

"Gue bunuh lo berdua!" Adisty kembali menahan tawanya sedangkan Nathan menatap tajam sambil bersandar di sofa.

"Bercanda doang Nat, elah gitu aja cemburu."

"GUE. NGGAK. CEMBURU." Adisty hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil masih menahan tawa.

"Besok siang gue jemput!"

"Mau ngajak ngedate?"

"Serah apa kata lo."

"Dih.. romantis dikit gitu Nat, tanya dulu kek gue ada acara nggak besok. Terus kalau nggak ada, tanya lagi ke gue mau nggak gue ngedate sama lo... gitu kek." Adisty memanyunkan bibirnya sambil menggerutu.

"Gue nggak suka basa-basi," ucap Nathan tegas. "Dan gue nggak bisa romantis. Kalau lo mau cari cowok romantis sono sama yang lain!"

Adisty tahu bahwa menjalin hubungan dengan Nathan akan membuatnya mudah berganti emosi. Nathan memang sering membuat gadis itu kesal, namun tak jarang pula sikap Nathan membuatnya harus menahan tawa.

"Gue mau sih sama yang lain," jawab Adisty menggantung, membuat Nathan menaikkan satu alisnya menunggu kelanjutan ucapan Adisty. "Tapi gue maunya cuma lo Nat."

Kontan hal itu membuat Nathan tak bisa menyembunyikan rona kebahagiaannya. Dengan gaya cool, Nathan berdeham lalu meminum minuman di meja untuk menetralkan degup jantungnya.

***

Minggu siang, sebuah motor sport hitam sudah terparkir rapi di halaman rumah Adisty. Sang pengendara motor itu sendiri sudah duduk manis di ruang tamu bersama Ferisa, menunggu Adisty turun dari kamarnya.

"Nah itu dia Adisty, tolong jaga Adisty ya Nat." ucap Ferisa ketika Adisty sudah berdiri di samping Nathan dan berpamitan padanya.

"Iya Tante, kami pergi dulu." Nathan berpamitan pada Ferisa lalu keluar bersama Adisty setelah gadis itu mencium pipi mamanya.

Nathan menyerahkan helm yang sudah lama tersimpan di atas lemarinya. Helm yang dulu dia pilihkan untuk dipakai seseorang yang berarti untuknya.

"Pegangan! Gue nggak tanggung jawab kalau lo jatuh terus mati."

ELNATHANIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang