Bab 5

15K 446 1
                                    


teriakan Rena membuat Resta terkejut dan menyernyit heran, "Kenapa sih?"

Tok.. tok.. tok..

Suara ketukan dari luar jendela menginterupsi mereka berdua, tampak seorang polisi lalu lintas tengah berdiri di samping pintu mobil mereka, "Permisi bisa tolong buka kacanya?" ujar polisi tersebut.

Keduanya buru-buru memperbaiki posisi duduk mereka, "Anjir Ren, lagi-lagi lo ngajakin gue ketemu masalah," Resta mendesah pelan seraya memijat pangkal hidungnya.

"Ya sorry, gue kan cuma reflek teriak aja tadi," balas Rena dengan memasang wajah memelasnya berharap Resta tak lagi memarahinya.

Resta menghela napas pasrah kemudian keluar dari mobil sebelum polisi tersebut semakin mendesaknya. "Selamat siang," ujar sang polisi.

"Ya selamat siang pak, ada apa ya?" balas Resta.

Dari dalam mobil, Rena merasa gelisah. "Aduh gue ngelakuin kesalahan lagi deh?" Rena bermonolog cemas lalu mengikuti Resta keluar.

"Mohon maaf, adik berada pada kawasan dilarang berhenti sembarang," jelas sang polisi sembari menunjuk ke arah palang tinggi dengan tanda huruf P besar yang tercoret garis merah. Resta merutuki kesalahannya dalam hati, ini bukan sepenuhnya kesalahan Rena.

"Iya maaf pak, tadi kami hanya istirahat sebentar," ujar Resta berbohong.

"Lalu sedang apa kalian berdua di dalam mobil saling berhadapan dan tiba-tiba mbaknya berteriak?" selidik sang polisi. Resta menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal, memikirkan alasan yang tepat agar polisi tersebut tidak salah paham.

"Jadi begini loh pak, saya kan lagi duduk tenang dalam mobil dia dan kami dalam perjalanan mau ke Monas, terus ada sesuatu yang bergerak di kaki saya, waktu saya liat ternyata ada kecoak pak. Saya panik dong, emang mobil dia jarang dibersihin sih pak. Udah gitu saya refleks teriak setelah melihat kecoa itu TERBANG ke rambut saya, nah karena kaget dan ikut panik akhirnya teman saya ini bantu saya untuk membunuh kecoa itu, jadi begitu pak kronologinya," Rena akhirnya selesai menjelaskan panjang lebar sampai berbusa. Pak polisi dan Resta hanya bisa terdiam mencermati penjelasan gadis ini.

"Nah gitu pak, kami bukan bermaksud aneh-aneh kok," sambung Resta untuk meyakinkan polisi tersebut. Meskipun raut wajahnya tak menampilkan perasaan puas atas penjelasan Rena, tetapi akhirnya polisi tersebut percaya.

"Baiklah kali ini akan saya biarkan, tapi lain kali kalian tidak boleh berhenti sembarangan dan harus mematuhi rambu-rambu yang ada," Rena dan Resta akhirnya dapat bernapas lega karena mereka berhasil menghadapi masalah kali ini.

"Baik pak," jawab mereka serempak.

"Dan kamu, meskipun laki-laki ini temanmu. berhati-hatilah terhadapnya, kalau terjadi sesuatu teriak saja seperti tadi," bisik sang polisi pada Rena.

Rena tertawa kecil mendengarnya,"Sip pak," jawab Rena sambil menganguk mantap.

"Baiklah, saya permisi dulu," pamit sang polisi meninggalkan kedua siswa SMA itu.

"Dahh bapak! hati-hati ya! jangan ngebut, pake helmnya, jangan terobos lampu merah," Rena berteriak begitu motor sang polisi melaju meninggalkan mereka.

"Sumpah yaa, untung kali ini kita bisa lolos, lo jangan bikin gue terjebak dalam masalah mulu please udah cukup Nana!!" Resta menggeram gemas sembari mengacak-acak rambut gadis yang berada di sebelahnya itu. Rena mengerucutkan bibirnya sambil membalas, "Kan bukan keinginan gue juga kena masalah kayak tadi, lagian yang ngajakin gue jalan-jalan sebagai permintaan maaf kan lo,"

Resta menghela napas pasrah dan segera kembali masuk ke dalam mobil, "Ya udahlah, ayo,"

〰➰〰

🎀Sahabat Jadi Cinta🎀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang