Aku mengembangkan senyumku, melihat semua hasil perbuatanku. Gadis yang aku benci tengah koma diruangan sana, berjuang untuk hidup dan matinya. Keluarga yang selalu membuatku iri sejak kecil pun sudah mendapatkan yang aku mau. Kesedihan dan air mata.
Bukan kan ini yang aku impikan dari dulu?
Membalaskan semua kesedihanku berbelas-belas tahun kepada mereka semua. Mereka harus paham apa arti kehilangan. Tetapi kenapa mereka sangat berlebihan! Mereka semua menangis seakan akan hanya mereka yang tersiksa!!
Pernahkah kalian melihat kearah ku?!
Akulah korban dari keegoisan kalian semua!!Aku kehilangan keharmonisan keluarga ku sejak kecil!
Keluarga ku hancur karena persaingan perusahaan keluarga wanita biadab itu!
Ibu meninggalkan aku, ayah, dan kakak karena kemiskinan mendatangi kami!
Kak Denia yang bunuh diri karena cintanya direbut oleh anak mu yang tidak tahu diri itu!
Dan ayah...yang juga ikut pergi menyusul kak Denia karena tak sanggup dengan beban yang ia hadapi...
Tinggallah aku sendiri, berjuang untuk hidup sampai detik ini untuk bisa membalaskan semua hal yang aku dapatkan!
Tetapi...kenapa aku tidak sama sekali merasa puas?
Apa karena, tanpa ku sadari orang yang aku sayang juga ikut terluka karena kesalahan ku?
Lelaki yang ku cinta juga berakhir di kondisi yang sama dengan wanita yang ku benci, mereka sama-sama koma. Memang pasangan sejati.
Dan keluarga satu-satunya yang ku miliki, sepupu ku...dia juga jadi harus merasakan akibat dari ulahku.
Mengapa diriku hanya bisa membuat orang menderita?
KENAPA ENGKAU TIDAK PERNAH MEMBERIKU KEBAHAGIAAN TUHAN!!
Mengapa?
Mengapa hanya aku yang merasakan kesepian ini....
Tubuh ini rasanya tak kuat lagi tuk berdiri, dan aku hanya bisa terduduk lemas dilantai sambil memandang jauh keluarga itu menangis melihat anggota keluarganya sedang koma.
Sedangkan aku? Orang yang peduli dengan kondisiku saja tidak ada...
"Mbak? Kenapa mbak duduk disini? Tubuh mbak terluka, mari saya obati agar lukanya tidak segera infeksi" seorang suster tiba-tiba berlutut dihadapanku. Ck, apa ini salah satu kebaikan yang dapat aku terima atas segala kejahatan yang sudah ku perbuat?
Akhirnya aku mengikuti suster ini ke sebuah ruangan perawatan. Dia mengobati luka di tubuhku yang aku dapat dari kecelakaan itu. Tetapi tidak separah ketiga korban lainnya.
"Nama mbak siapa?" Tanya nya. Aku diam sejenak, enggan untuk menjawab tapi pada akhirnya bibirku juga mengatakannya.
"Divia," jawabku singkat. Perih dari obat merah yang menyentuh kulitku tidak seperih luka dihatiku.
"Kenapa bisa luka-luka seperti ini? Mbak kecelakaan?" Aku pun mengangguk.
"Astaga, apakah administrasinya sudah diurus mbak? Keluarga mbak dimana?" Pertanyaan nya membuat aku tertawa dalam hati. Aku sampai lupa apa arti keluarga.
"Saya gak punya keluarga," jawab ku singkat. Raut wajah suster itu seperti merasa tidak enak setelah mendengar jawabanku. Kemudian ia tersenyum tulus.
"Mbak wanita yang kuat ya, terus seperti itu ya mbak" ucapnya, membuat aku mengerutkan dahi.
"Kenapa?"
"Iya karena gak mudah untuk melanjutkan hidup seorang diri tanpa keluarga, sepertinya nasib kita sama mbak. Saya juga sudah kehilangan orang tua saya, awalnya saya sangat terpukul dan terpuruk. Tetapi saya selalu ingat bagaimana orang tua saya menyayangi saya dulu, saya gak mau terus terusan terpuruk.
Akhirnya saya bangkit, saya meraih mimpi saya dan orang tua saya. Karena dulu orang tua saya mau saya bisa berguna buat banyak orang, dan menurut saya menjadi perawat adalah hal yang sudah cukup untuk mewujudkan mimpi itu. Semua saya lakukan demi harapan keluarga saya"
Tanpa sadar air mataku jatuh begitu saja. Apa katanya tadi? Harapan keluarga?
Dulu ayah sangat ingin melihatku menjadi dokter yang hebat. Tapi sekarang? Anaknya ini hanya akan hidup dalam penyesalan.
Semua luka ku telah diobati dan diperban.
"Terimakasih sus, saya harus pergi dulu. Dan terimakasih atas ceritanya," akupun segera meninggalkan ruangan itu. Kaki ku perlahan bergerak mendekati ruangan yang selama ini hanya ku pandang dari jauh.
Ya, aku harus menebus semua kesalahan ku. Meskipun tidak akan sebanding dengan apa yang telah kuperbuat.
Dari jauh aku bisa melihat kedua orang tua Rena, ibunya Resta, dan bibi, Ibu dari sepupuku, Iqbal. Tatapan mereka sangat berbeda beda ketika melihatku.
"KAMU?! WANITA JALANG UNTUK APA KAMU KEMARI HAH?!" Bentak tante Fira, ibunya Resta. Wanita yang dulunya adalah calon mertuaku yang sangat membangga-banggakan ku, kini amat sangat membenciku.
"Fira! Tenang...ini rumah sakit, jangan sampai kamu mengganggu pasien yang lain!" Ucap wanita yang pernah ku benci, mencoba menenangkan tante Fira.
"Kenapa kamu disini Divia?! Kamu sudah puas dengan apa yang sudah kamu perbuat?! Lihat semua menderita karena kamu!" Aku kembali menangis, benar kata Bibi, semua orang menderita karena aku.
"Saya kesini mau meminta maaf atas semua perbuatan saya...saya tahu saya sudah kelewatan melakukan hal jahat itu pada mereka, tetapi sekarang saya sadar akan semua kejahatan saya selama ini..."ucapku mengaku.
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi ku, dari tante Fira. Ya, aku pantas mendapatkannya.
"Saya udah salah menilai kamu! Permintaan maaf kamu tidak akan menjamin keadaan Resta saat ini!!" Ucapnya.
"Fira, sudah kamu duduk dulu. Biar saya yang bicara padanya." Tante Ana mendekatiku. Tatapannya sangat kecewa kepadaku, tapi dia tidak marah dan membentakku.
"Kamu sadar dengan apa yang telah kamu buat? Kamu juga harus meminta maaf pada Resta, Rena, dan Iqbal. Dan saya harap kamu melakukan hal yang bisa membuat kamu menyesali perbuatanmu." Ucapnya tegas, aku mengangguk. Memang sudah ada dipikiranku, aku pantas mendapatkan hal itu untuk membalas kejahatan ku.
"Ya, saya akan langsung pergi dan menebus kesalahan saya. Dan akan segera meminta maaf pada Rena, Resta, dan Iqbal." Aku pun segera pergi dari tempat itu, menuju tempat yang sudah seharusnya jadi tempatku.
Sebelumnya, aku telah menulis surat permintaan maafku pada mereka. Ku harap mereka membacanya ketika sudah sadar dan membaik.
Huft...rasanya lebih lega setelah meminta maaf. Dan tibalah aku pada sebuah bangunan berwarna gelap dihadapanku.
Tempat yang pastinya akan menerimaku.
"Pak, saya mau menyerahkan diri. Saya pelaku kecelakaan di jalan Kenanga 2 hari lalu,"
"Baik, ayo ikut saya." Ucap polisi tersebut lalu memborgol tangan ku. Ya ini lebih baik, daripada akan terus-terusan menderita diluar sana.
#
Ini jawaban atas semua pertanyaan kalian selama ini tentang keberadaan Divia setelah kecelakaan.
Udeh kan udeh??
Tuh Divianya dah tobat, udh gosah dihujat lagi ya kasian nak orang nangis ntar.
Divia : Sembarangan! Gue bukan cewek lemah yang bisanya nangis doang ya!
Author : Iye iye maap elah
Divia : Btw buat semuanya, maafin atas segala kesalahan gue ya, baik yang sengaja dibuat author maupun yang tidak segaja, mohon maaf lahir dan batin 🙏
Oh iya Divia aja udh minta maaf, author jg mau minta maaf buat readers yang selalu setia bersama SJC 🙏🙏
Jangan lupa author tunggu bagi-bagi THR nya gaiss 💕DAN JANGAN LUPA BUAT TRS BACA DAN VOTE BESTOREMY YA GAISS
KAMU SEDANG MEMBACA
🎀Sahabat Jadi Cinta🎀
Teen Fiction[END] warn! Ketikan masih berantakan, males direvisi guys :) ~^~ Kadang keterkaitan hubungan sahabat dapat mengekang segala hal, apa lagi sahabat antara cewe dan cowo, terkadang itu menyakitkan -ARA. Seandainya gue n...