5.6

12.7K 393 108
                                    

# Maaf kalau pendek part ini 🙏

"Saraf mata pasien mengalami kerusakan akibat benturan yang keras, sehingga menyebabkan akibat yang cukup fatal yaitu kebutaan." Ucap dokter itu memberi keterangan kepada Satrio dan Ana setelah memeriksa Renata beberapa menit yang lalu.

Tentu keduanya sangat syok, mendengar anaknya tidak dapat menikmati warna warni dunia lagi. Ana sedari tadi bahkan sudah sesegukan menahan tangis, dan Satrio merangkul istrinya dan juga menenangkannya.

"Apa gak bisa disembuhkan dok anak saya? Saya akan bayar berapapun asalkan anak saya bisa kembali melihat dok" tanya Satrio. Dokter itu diam beberapa saat.

"Sebenarnya jika tidak terlambat, pasien masih bisa mendapatkan harapan kembali melihat. Namun yang kita butuhkan disini adalah pendonor mata yang bisa mendonorkan matanya secepatnya. Tetapi hal itu tentu tidak mudah" dokter itu kembali menjelaskan. Ana langsung duduk tegak kembali, setidaknya Tuhan masih memberi dia dan suaminya sedikit harapan.

"Saya mohon lakukan yang terbaik dok, apa yang bisa kami lakukan untuk menyembuhkan Renata dok?"

Sang dokter menatap sepasang suami istri ini secara intens. "Mencari pendonor itu tidak lah mudah, mana mungkin secepat itu ada orang yang mau merelakan matanya untuk orang lain. Dan lagi pula, mencari pendonor yang persyaratannya cocok juga cukup sulit, jadi harapan ini akan sangat sulit." Keduanya kembali diam membisu. Benar kata sang dokter, apakah masih ada orang sebaik itu di jaman yang sudah seperti ini?

~^~

"Ren, kamu mau makan apa? Aku kupasin apel ya? Atau kamu mau makan bubur aja?" Tawar Iqbal seraya mengambil apel ditangan kirinya dan mangkuk berisikan bubur ditangan kanan nya. Iya menawar kan mana yang mau Rena makan, kemudian ia tersadar, gadis itu tak lagi dapat melihat dirinya.

Rena pun menggelengkan kepalanya pelan. Pandangan nya hanya bisa menatap langit-langit ruangan serba putih ini.

"Aku cacat ya bal? Apa akan selamanya jadi orang cacat? Apa nanti aku gabisa liat gantengnya kamu pakai jas hitam di atas altar?" Ucapnya sendu. Pandangannya hanya kosong, namun dalam pikirannya banyak sekali pertanyaan yang memenuhi.

Mendengarnya, hati Iqbal teriris perih. Digenggamnya erat tangan tunangannya itu, rasanya tak pernah ingin meninggalkannya.

"Jangan ngomong kayak gitu Ren, kamu pasti sembuh kok. Percaya sama aku, sekarang Mama sama Papa lagi cari cara buat nyembuhin kamu. Nanti kamu bisa liat betapa cantiknya kamu pakai gaun pengantin." Ucap Iqbal, berusaha menenangkan dan memberi sedikit harapan pada Rena.

Gadis itu menangis. Siapa yang tidak sedih saat tau dirinya memiliki kekurangan seperti ini. Sangat merepotkan pasti merawat orang buta sepertinya, itulah yang ada di benak Rena.

"Resta dimana bal? Aku dari tadi gak dengar suara dia." Tanya Rena. Bibir Iqbal kembali bisu. Jika tau Resta masih belum sadarkan diri, pasti Rena akan bertambah sedih.

"Dia masih istirahat Ren, tubuhnya masih sangat lemah, jadi belum bisa kemana-mana dulu. Sekarang kamu makan dulu ya yang banyak, biar nanti kita bareng-bareng ke ruangan Resta." Perlahan Iqbal menyuapi Rena dengan hati-hati.

"Apapun yang harus terjadi, akan aku pastikan kamu sembuh Ren. Aku janji."

~^~

Beberapa hari berlalu, kondisi fisik Iqbal semakin membaik, ia tidak perlu lagi berjalan dengan kursi roda dan beberapa hari lagi dia juga sudah diperbolehkan untuk pulang. Begitu juga Rena, kondisi tubuhnya memang semakin membaik, tetapi tidak dengan psikis nya. Bayang bayang kelam itu masih berkeliaran di dalam pikirannya. Dan sampai saat ini juga dia belum menemukan pendonor mata yang cocok.

🎀Sahabat Jadi Cinta🎀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang