Bab 10. Malam Yang Hebat

1.8K 37 4
                                    

Cu Cong ambil sikapnya ini untuk bersedia membokong musuh. Ia percaya Tong Sie terlebih lihay daripada Tiat Sie, dari itu, ia terpaksa menggunakan akal ini.

Itu waktu Siauw Eng telah kasih dengar suara kaget. Ia tanmpak sekarang, di depan bayangan yang berpekikan tak hentinya itu, ada satu bayangan lain, yang kecil dan kate. Karena tubuhnya kecil, bayangan ini tadi tidak kelihatan. 

Ia lantas lari turun ke arah orang orang bertubuh kecil dan kate itu, sebab ia segera menduga kepada Kwee Ceng. Ia berkhawatir berbareng girang. Ia khawatirkan keselamatannya bocah itu, ia girang yang orang telah menepati janji. Dan ia kemudia berlari, untuk memapaki, guna menyambut bocah itu.

Selagi dua orang ini mendatangi dekat satu dengan lain, Tong Sie si Mayat Perunggu pun telah mendatangi semakin dekat kepada Kwee ceng. Ia dapat berlari dengan cepat luar biasa.

"Inilah hebat..." pikir Siauw Eng. "Aku bukan tandingannya Tong Sie....tapi mana dapat aku tidak menolong bocah itu?" Maka terpaksa ia cepatkan tindakannya, terpaksa ia berteriak: "Bocah, lekas lari, lekas lari!"

Kwee Ceng dengar suara itu, ia lihat si nona, ia menjadi kegirangan hingga ie berseru. ia tidak tahu, di belakangnya dia tangan maut lagi menghampiri.

Siauw Mie To Thio A Seng telah menaruh hati kepada Han Siauw Eng sejak beberapa tahun, sampai sebegitu jauh belum pernah ia berani mengutarakan rasa hatinya itu, sekarang ia lihat si nona Han terancam bahaya, ia kaget dan berkhawatir, dengan melupakan bahaya, ia lari turun, niatnya mendahului nona itu, untuk memberi tahu supaya, habis menolongi orang, si nona terus menyingkir.

Lam Hie Jin semua memasang mata ke bawah bukit, mereka bersedia dengan senjata rahasia masing-masing, untuk menolong Siauw Eng dan A Seng.

Segera juga Siauw Eng sampai kepada Kwee Ceng, tanpa bilang suatu apa, ia sambar bocah itu, terus ia memutar tubuh, guna lari balik, mendaki bukit. Tiba-tiba ia rasai tangannya enteng, berbareng dengan itu, Kwee Ceng pun menjerit kaget! Bocah itu telah dirampas Tan Hian Hong, demikian bayangan yang mengejar itu.

Dengan kegesitannya, Siauw Eng lompat ke samping, dari situ ia menyerang dengan pedangnya ke iga kiri si Mayat Perunggu, tetapi ia gagal, maka ia susuli dengan tikaman ke arah mata. Dengan beruntun ia mainkan jurus "Hong Hong tiam tauw" – Burung Hong menggoyang kepala, dan "Wat Lie Kiam-hoat"-ilmu pedangnya gadis Wat.

Tan Hian Hong mengempit Kwee Ceng di dengan lengan kirinya, ia kasih lewat ujung pedang, lalu dengan sikut kanannya, ia menyampok, setelah pedang itu berpindah arah, ia meneruskan menyambar si nona dengan jurusnya "Sun swi twi couw" – Menolak Perahu Mengikuti Air. Sia-sia Siauw Eng tarik pedangnya, untuk diteruskan dipakai membabat, tanganya Hian Hong mendahulukan menepuk pundaknya, hingga seketika ia roboh ke tanah.

Tan Hian Hong tidak berhenti sampai disitu, ia memburu dan ulur tangannya yang terbuka ke ubun-ubunnya nona Han. Ia bergerak dalam jurus Kiu Im Pek-kut Jiauw yang lihay yang untuk meremukkan batok kepala orang.

Thio A Seng sudah maju tinggal beberapa tindak lagi, ia melihat ancaman bahaya terhadap si nona yang ia sayangi, ia lompat kepada si nona itu, untuk mengahalangi serangan, tetapi justru karena ini, bebokongnya mewakilkan Siauw Eng kena dijambret, hingga lima jarinya si Mayat Perunggu masuk ke dalam dagingnya. Ia menjerit keras tetapi pedangnya dikerjakan untuk dipakai menikam ke dadanya lawan! Hanya, kapan Hian Hong mengempos semangatnya, pedang itu meleset di dadanya itu. Bersamaan dengan itu, si Mayat Perunggu lemparkan tubuh musuhnya.

Cu Cong bersama Coan Kim Hoat, Lam Hie Jin dan Han Po Kie lantas lari menyusul tubuh saudaranya itu.

"Hai, perempuan bangsat, bagaimana kau?!" terdengar teriakannya Hian Hong.

Pendekar Pemanah Rajawali ( Sia Tiauw Eng Hiong )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang