Bab 25. Tipusilat "Naga Menyesal"

1.8K 30 0
                                    

Ketika itu Ang Cit Kong berkata dengan dingin kepada si nona, "Ayahmu ada mempunyai kepandaian tinggi sekali, kenapa kau masih menghendaki aku mengajari dia?"

Oey Yong terkejut, "Eh, kenapa dia mengenali ilmu silat ayahku ini, yang ayah ciptakan sendiri?" pikirnya. Lantas ia menanya: "Cit Kong, kenalkah kau dengan ayahku?"

"Tentu saja!" sahut si pengemis, temberang. "Dia Tong Shia dan aku Pak Kay! Selama beberapa tahun, entah kita sudah bertempur beberapa puluh kali!"

Oey Yong heran. Ia berpikir pula : "Dia pernah bertarung sama ayahku dan dia masih belum mati, sungguh dia berkepandaian tinggi." Lalu ia bertanya pula: "Lojinkee, bagaimana kau mengenali aku?"

"Pergilah kau kacakan dirimu!" sahut pengemis itu. "Kau lihat alismu, matamu, tidakkah itu mirip dengan alis dan mata ayahmu? Mulanya aku tidak mengenali kau, aku cuma merasa seperti mengenal, setelah melihat ilmu silatmu barusan – hm! Walaupun aku belum pernah melihatnya, tetapi aku tahu betul, ilmu itu cuma dapat dibetelori oleh ayahmu itu yang licin bagai iblis itu!"

Oey Yong tidak gusar ayahnya dikatakan sebagai iblis, sebaliknya ia tertawa. "Bukankha lojinkee hendak membilang ayahku sangat lihay?" ia menanya.

"Memang ia lihay," sahut Ang Cit Kong dingin. "Tetapi dia bukanlah yang nomor satu di kolong langit ini!"

Oey Yong bertepuk tangan, gembira sekali dia. "Kalau begitu adalah lojinkee yang nomor satu!" serunya.

"Itulah bukan," berkata si pengemis, mengaku. "Pada lebih daripada duapuluh tahun yang lampau, kita, ialah Tong Shia, See Tok, Lam Tee, Pak Kay dan Tiong Sin Thong berlima berkumpul di atas puncak gunung Hoa San, kita membicarakan tentang ilmu silat bertangan kosong dan menggunai pedang, kita telah bertanding selama tujuh hari tujuh malam, kesudahannya ternyata Tiong Sin Thong yang paling lihay, kita berempat mengakui dia adalah yang nomor satu di kolong langit ini."

"Siapa itu Tong Sin Thong?" Oey Yong menanya.

"Apakah ayahmu tidak pernah omong tentang dia?" tanya si pengemis.

"Tidak. Bahkan ayah mendamprat aku, dia tidak menyukai aku, dari itu aku minggat. Untuk selanjutnya ayah tidak menghendaki aku lagi..." kata si gadis dengan sedih.

"Ha, siluman tua itu!" Ang Cit Kong memaki. "Benar-benar dia sesat!"

Oey Yong memperlihatkan roman tidak senang. "Aku melarang kau memaki ayahku!" ia berkata.

Ang Cit Kong tertawa terkakak. "Sayang sekali orang mencela aku si pengemis melarat, tidak ada wanita yang sudi menikah denganku," katanya, "Kalau tidak, dengan adanya kau yang begini manis, pastilah tidak rela aku mengusir kau buron..."

Oey Yong pung tertawa. "Itulah pasti, lojinkee! Dengan kau mengusir aku, siapa nanti yang masaki kau sayur?"

Pengemis itu menghela napas. "Kau benar, kau benar," ujarnya. Ia berhenti sejenak, lalu ia meneruskan; "Tiong Sin Thong itu ada kauwcu, ialah kepala dari Coan Cin Kauw, namanya Ong Tiong Yang. Setelah ia menutup mata, sekarang sukar dibilang, siapakah dikolong langit ini menggantikan dia sebagai yang nomor satu..."

"Coan Cin Kauw, lojinkee bilang? Ah, bukankah disana masih ada si imam she Khu dan she Ong? Bukankah mereka itu lihay ilmu silatnya?" tanya Oey Yong lagi.

"Mereka itu ialah murid-muridnya Ong Tiong Yang. Aku dengar dari tujuh muridnya, Khu Cie Kee adalah yang paling lihay, tetapi walaupun demikian dia tidak dapat menandingi paman gurunya, Ciu Pek Thong." jawab Cit Kong.

Mendengar disebutkannya nama Ciu Pek Thong itu, Oey Yong terperanjat, hendak ia bicara tapi mendadak ia mengurungkannya.

Sejak tadi Kwee Ceng hanya memasang kuping saja, sekarang ia menyelak. "Oh, kiranya Ma Totiang masih mempunyai paman guru..." katanya.

Pendekar Pemanah Rajawali ( Sia Tiauw Eng Hiong )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang