Penutup

2.7K 55 3
                                    

Akhir-akhirnya

Oey Yong berempat tiba di kaki gunung, di sana mereka terus mencari pondokan, di mana si nona benar-benar menepati janjinya, ia membuat beberapa rupa masakan yang lezat untuk gurunya terutama. Malamnya mereka beristirahat di dalam dua kamar, Oey Yok Su bersama putrinya, dan Ang Cit Kong bersama Kwee Ceng. Hanyalah besok paginya, ketika Kwee Ceng mendusin, ia tidak melihat gurunya, melainkan di atas meja ia melihat tiga huruf yang terukir dalam: "Aku telah pergi." Teranglah itu ukiran dengan jeriji tangan. Ia menjadi heran, lekas-lekas ia pergi ke kamar mertuanya untuk memberitahukan kepergian gurunya itu.

Oey Yok Su menghela napas.

"Biarlah!" katanya. "Memang demikian sepak terjangnya saudara Cit, seperti naga sakti yang nampak kepalanya tidak ekornya....!" Kemudian ia melirik si anak muda dan gadisnya, untuk meneruskan berkata: "Anak Ceng, ibumu telah menutup mata, maka sekarang ini orang yang paling dekat dengan kamu tinggallah gurumu, Kwa Tin Ok, oleh karena itu mari kau turut aku pulang ke Tho Hoa To, di sana kau mohon gurumu itu menjadi cu-hun, agar dia merampungkan pernikahanmu dengan Yong-jie"

Kwee Ceng berduka berbareng girang, ia sampai tidak bisa membilang suatu apa, ia melainkan mengangguk berulang-ulang.

Oey Yong hendak mengatakan kekasihnya itu tolol, tetapi karena di situ ada ayahnya, ia batal, setelah melirik ayahnya, dia berdiam terus.

Tiga orang ini sudah lantas memulai perjalanan mereka pulang ke Tho Hoa To, di sepanjang jalan mereka menggunai ketika untuk menikmati keindahan alam. Mereka menuju ke tenggara. Pada suatu ahri tibalah mereka di selatan jalanan perbatasan timur dan barat propinsi Ciatkang. Itu berarti, Tho Hoa To sudah tidak jauh lagi. Begitu mereka sampai di situ, begitu mereka mendengar suaranya burung rajawali berbunyi di udara, lantas terlihatlah burungnya, satu pasang, terbang mendatang dari arah utara.

Kwee Ceng girang sekali, ia lantas mengasih dengar suaranya, atas mana kedua burung itu terbang menghampirkan, untuk menclok di pundaknya.

Ketika anak muda ini berangkat dari Mongolia, ia tidak sempat membawa burungnya, maka itu bisalah dimengerti kegirangannya. Ia mengusap-usap burung itu. Tiba-tiba ia melihat ada sesuatu di kakinya burung yang jantan. Nyata itu sehelai kulit yang digulung kecil sekali. Ia lantas membuka ikatannya, terus ia membebernya, ia mellihat ukiran huruf-huruf yang berbunyi:

"Angkatan perang kami berangkat ke Selatan dan akan menyerang kota Siangyang. Berhubung dengan itu, karena aku tahu kau sangat setia akan negera, dengan menempuh bahaya aku menyampaikan kabar ini kepadamu. Aku telah menyebabkan kematian yang sangat menyedihkan dari ibumu, aku malu untuk bertemu pula dengan kau, dari itu sekarang aku berangkat ke Barat, di daerah yang terasing, untuk tinggal bersama kakak sulungku. Untuk seumurku, tidak nanti aku kembali ke negariku. Aku harap kau merawat diri baik-baik, semoga kau panjang umur!"

Surat itu tanpa alamat dan tanda tangan tetapi Kwee Ceng tahu itulah suratnya putri Gochin Baki. Ia lantas menyalin surat itu, untuk diberitahukan Oey Yok Su dan Oey Yong, setelah mana ia tanya mertuanya, bagaimana mereka harus mengambil tindakan.

"Kita sekarang berada dekat dengan kota Lim-an," berkata Oey Yok Su, "Tetapi jikalau kita menyampaikan warta kepada pemerintah, itu artinya kita terlambat. Pemerintah pasti bertindak sangat perlahan dan kota Siangyang terancam bahaya. Kuda merah kau keras larinya, pergi lantas berangkat ke Siangyang, untuk menemui kepala perang di sana. Umpama kata dia suka mendengar nasehat, kau bantu dia, untuk bersama membelai kota itu. Sebaliknya kalau dia menentang, kau hajar mampus padanya lantas kau bertindak menggantikan dia. Kau bekerja sama dengan semua pasukan dan rakyat kota itu, kau membelainya melawan angkatan perang Mongolia itu. Aku akan pulang bersama Yong-jie, di Tho Hoa To aku menantikanmu."

Pendekar Pemanah Rajawali ( Sia Tiauw Eng Hiong )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang