Bab 24. Pengemis Dengan Sembilan Jari

1.9K 36 0
                                    

"Selama belasan tahun ayah telah mengajak aku merantau ke Timur dan ke Barat," menyahut si nona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selama belasan tahun ayah telah mengajak aku merantau ke Timur dan ke Barat," menyahut si nona. "Belum pernah kami berdiam di suatu tempat lamanya sepuluh hari atau setengah bulan. Ayah bilang, dia hendak mencari satu orang....seorang engko she Kwee....."

Perlahan sekali suara si nona, kepalanya pun menunduk.

Khu Cie Kee menoleh ke arah Kwee Ceng. "Bagaimana caranya ayahmu mendapatkan kau?" ia tanya si nona pula.

"Aku ada orang asal Gu-kee-cun di Lim-an," Liam Cu menyahut pula. "Sejak kecil aku telah tidak mempunyai ayah dan ibu, aku tinggal menumpang sama seorang bibiku. Bibi itu tidak perlakukan baik padaku, demikian pada suatu hari ia telah memukul aku serta tidak memberikan aku nasi untuk berdahar, selagi aku menangis di depan pintu, lewatlah ayah angkatku ini. Ia merasa kasihan padaku, ia bicara sama pamanku, lalu ia ambil aku sebagai anak pungut. Demikian aku diajak merantau, diajari ilmu silat. Untuk mencari engko she Kwee itu, aku turut ayah merantau. Aku mesti sering melakukan pertempuran, karena ayah telah mengibarkan benderanya, bendera untuk pibu guna mencari pasangan...."

"Nah, inilah soalnya," berkata Khu Cie Kee. "Baiklah kau mengerti, ayahmu itu bukan she Bok, dia she Yo. Selanjutnya kau baik memakai she Yo juga."

"Tidak, aku bukan she Yo, baik aku tetap she Bok," berkata si nona itu. Ia bersangsi.

"Kenapa? Apakah kau tidak percaya aku?" tanya si imam.

"Bukan aku tidak percaya, aku cuma ingin tetap memakai she Bok."

Melihat orang berkukuh, imam itu tidak memaksa. Bukankah orang baru saja kehilangan ayahnya dan hatinya sangat berduka? Ia tidak tahu, didalam hatinya, Liam Cu sudah menyerahkan diri kepada Wanyen Kang. Kalau Wanyen kang itu berayah she Yo, dia pun she Yo juga, maka kalau ia memakai she Yo, mana bisa mereka menikah?

Ong Cie It sementara itu merasakan satu kesangsian. Setelah makan dan pakai obat, ia merasa segar, sembari rebah di pembaringan, ia mendengari pembicaraan saudaranya dan nona itu. Ia ingat bagaimana si nona bertanding sama Wanyen Kang.

"Eh," tanyanya," Kau bilang kau diajari silat oleh ayahmu, kenapa buktinya kau lebih gagah daripada ayahmu itu?"

"Itulah disebabkan pada suatu hari ketika aku berumur tigabelas tahun, aku bertemu sama seorang berilmu, Liam Cu menyahut. "Untuk tiga hari lamanya dia ajarkan aku ilmu silat. Sayang otakku buta, tidak dapat aku mewariskan semua pelajaran yang diajarkan itu..." kata si nona pula.

"Jikalau ia cuma mengajarkan tiga hari, kenapa kau jauh lebih lihay daripada ayahmu?" imam itu menanya pula. "Siapakah orang berilmu itu?"

"Maaf, totiang, bukannya aku berani mendusta, sebenarnya aku telah mengangkat sumpah, dari itu tidak berani aku menyebutkan namanya."

Ong Cie It berdiam, ia tidak menanya lebih jauh. Tapi ia berpikir terus, ia mengingat-ingat ilmu silatnya si nona selama dia melayani Wanyen Kang. Sekian lama ia masih tidak mengingatnya, ia tidak dapat mengenali. Hal ini membuatnya bertambah heran.

Pendekar Pemanah Rajawali ( Sia Tiauw Eng Hiong )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang