It Teng Taysu menghela napas. Ia lantas mendahului mengundurkan diri, untuk duduk bersila.
Kata-kata Kiu Cian Jin berpengaruh sekali. Sekalipun si tukang pancing, tukang kayu, petani dan pelajar, semua mereka pernah memangku pangkat mereka, semua mereka pernah membunuh orang.
Ciu Pek Thong dan Eng Kouw saling memandang, keduanya ingat segala halnya mereka dulu hari.
Oey Yong dan Kwee Ceng turut berdiam.
Kiu Cian Jin menggunai ketikanya. Ia bertindak ke arah Kwee Ceng. Si anak muda minggir. Ia lantas menggunakan tenaganya, guna lompat melewatinya. Atau mendadak dari belakang batu besar menyambar sebatang tongkat bambu ke arah mukanya. Ia terkejut, tetapi ia bisa menangkis untuk menangkap tongkat itu, guna dirampas. Di luar dugaannya, ia gagal, bahkan tiga kali beruntun, tongkat itu menyerang terus padanya. Ia kaget akan mendapatkan setiap serangan adalah totokan ke jalan darah, hingga ia menjadi kewalahan, sedang di situ tidak ada jalan mundur. Terpaksa ia mundur ke tempatnya tadi, mendekati jurang.
Segera setelah mundur, satu bayangan lompat ke depannya.
"Suhu!" Oey Yong berteriak. Si nona mengenali gurunya, ialah Kiu Sie Kay Ang Cit Kong!
"Hai, pengemis bau!" Kiu Cian Jin mencaci, "Kenapa kau usilan? Sekarang ini masih belum tiba waktunya untuk rapat, guna mengadu pedang!"
"Aku datang untuk menyingkirkan kejahatan!" jawab Ang Cit Kong. "Siapa mau berapat mengadu pedang denganmu?"
"Bagus, orang gagah, pendekar!" Kiu Cian Jin berteriak. "Ya, aku orang jahat, kau sendiri si manusia baik yang belum pernah melakukan perbuatan busuk!"
"Memang!" jawab Cit Kong pula. "Aku si pengemis tua telah membinasakan limaratus tigapuluh satu orang, itu semuanya manusia jahat, kalau bukan pembesar rakus, mestinya hartawan dan jago jahat atau bangsa manusia tidak berbudi! Benar aku si pengemis tua sangat kemaruk hidangan lezat tetapi seumurku belum pernah aku membunuh orang baik-baik! Kiu Cian Jin, kaulah orang yang kelimaratus tigapuluh dua!"
Mendengar itu, hati Kiu Cian Jin terbangun juga.
"Kiu Cian Jin," Ang Cit Kong berkata pula, "Pangcu Siangkoan Kiam Lam dari Tiat Ciang Pang ada seorang gagah perkasa, seumurnya dia bersetia kepada negara, belum pernah dia berubah pikiran, tetapi kau, yang sama-sama jadi pangcu, kau sudah bersekongkol dengan bangsa Kim, kau berkhianat, kau menjual negara! Kalau nanti kau mati, apakah kau mempunyai muka untuk bertemu dengan Siangkoan Pangcu? Hari ini kau mendaki gunung Hoa San ini, kau memikir yang gila-gila mengharapkan kehormatan sebagai orang kosen nomor satu di kolong langit ini! Jangan kata ilmu silatmu tidak mampu menandingi yang lain-lain orang gagah, umpama kata kau benar tiada tandingan, tetapi di kolong langit ini, orang gagah yang mana yang sudi takluk kepada pengkhianat penjual negara?!"
Kiu Cian Jin berdiri menjublak. Hebat kata-kata itu. Maka teringatlah dia akan kejadian-kejadian beberapa puluh tahun yang lampau, ketika pertama kali ia menerima kedudukan sebagai pangcu, ketua Tiat Ciang Pang. Ketika itu Siangkoan Kiam Lam, pangcu yang lama, sambil rebah sakit di pembaringan, telah meninggalkan pesannya, dia dijelaskan aturan suci dari Tiat Ciang Pang, dia diwanta-wanti bagaimana harus mencintai negara dan menyayangi rakyat negeri. Ia ingat, semakin usianya menanjak, semakin lihay kepandaiannya, tetapi semakin lama, sepak terjangnya semakin jauh bertentangan dengan cita-cita partainya. Di antara anggota-anggotanya, yang jujur dan setia menjauhkan diri, yang buruk tetap berkumpul bersamanya, hingga kemudian, Tiat Ciang Pang yang suci murni itu telah berubah menjadi kotor, berubah menjadi sarang penjahat. Ia mengangkat kepalanya, ia melihat rembulan terang. Justru itu tampak sepasang mata yang bersinar tajam dari Ang Cit Kong, yang mengawasi padanya. Mendadak ia sadar, ia menginsyafi samua perbuatannya dulu bertentangan dengan Thian. Tanpa merasa, peluh membasahkan seluruh tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Pemanah Rajawali ( Sia Tiauw Eng Hiong )
FantasyAwal dari Trilogi Pendekar Rajawali karya Chin Yung Kisahnya dimulai ketika dua pahlawan, Yang Tie Xin (Yo Tiat Sim) dan Guo Xiao Tian (Kwee Siauw Thian) yang setia pada Dinasti Song ternyata dibunuh oleh pasukan negaranya sendiri atas bujukan bangs...