Bab 17. Pangeran Wanyen Kang

1.8K 40 0
                                    

Kena dihajar secara demikian, pemuda kita merasa kegelapan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kena dihajar secara demikian, pemuda kita merasa kegelapan mata. Tidak sempat ia mengempos semangatnya. Bagus untuknya, selama dua tahun ia telah peroleh latihan tenaga dalam dari Tang Yang Cu Ma Giok, walaupun ia terhajar hebat, ia tidak terluka, tidak patah tulang-tulang rusuknya, ia cuma merasakan sangat sakit. Dalam pada itu, ia sadar akan dirinya, maka tidak membuat tempo lagi, ia melakukan pembalasan, dengan tendangan beruntun Wanyoh Lian-hoan-twie, maka dalam sekejap saja, ia dapat menendang terus-terusan sembilan kali, semuanya cepat dan hebat. Inilah pelajaran yang ia wariskan dari Ma Ong Sin Han Po Kie di Malaikat Raja Kuda, dengan ilmu mana Han Po Kie pernah robohkan beberapa jago dari Selatan dan Utara. Hanya sampai sebegitu jauh, Kwee Ceng belum mendapatkan kesempurnaannya.

Kongcu itu menjadi repot, ia berklit dan berlompatan tiada hentinya. Tujuh tendangan ia bisa kasih lolos, tetapi yang kedelapan dan kesembilan, telah mengenakan kempolannya kiri dan kanan. Syukur untuknya, karena berberang ia berkelit, ia tak sampai tertendang roboh, ia cuma terjerunuk.

Karena ini keduanya menjadi terpisah. Kwee Ceng lantas aja singkirkan jubah sulam yang menungkrup kepalanya itu. Ia menjadi kaget dan mendongkol. Pertempuran itu merupakan satu pengalaman luar biasa untuknya. Mulanya di Mongolia ia menghadapi orang-orang jujur, lalu perlahan-lahan ia melihat perubahan. Ia merasa asing untuk kelakuan curang.

Kongcu itu kena tertendang, ia menjadi gusar sekali, maka dia segera maju seraya tangan kirinya dipakai menyerang ke pundaknya si pemuda.

Kwee Ceng menangkis, atau ia menjadi kaget. Tiba-tiba saja ia merasakan sakit pada dadanya. Karena ini ketika ia didesak, ia kewalahan, maka tempo kakinya disambar, dengan mengasih dengar suara "Bruk!" ia roboh memegang tanah!

Semua pengiringnya si kongcu lantas bertepuk tangan dan tertawa.

Kongcu itu tepuki kempolannya yang penuh debu, ia tertawa tawar. "Dengan kepandaian begini kau hendak mencari balas untuk orang lain?" ia mengejek. "Hm, baik kau pulang dulu untuk belajar lagi sama gurumu sedikitnya buat duapuluh tahun!"

Kwee Ceng tidak menyahuti, ia hanya menjalankan napasnya, hingga ia merasakan sakit di dadanya itu berkurang. Ia berlompat bangun kapan ia lihat orang kembali hendak ngeloyor pergi.

"Lihat kepalan!" ia berseru sambil menyerang.

Dengan mendak, kongcu itu berkelit. Kwee Ceng tidak berhenti sampai disitu, tangan kirinya menyambar ke muka orang. Si kongcu menangkis. Kedua tangan lantas bentrok, mereka saling menolak. Kelihatan nyata, tenaga dalam Kwee Ceng terlatih besar tetapi si kongcu menang latihan ilmu silatnya. Maka itu mereka menjadi berimbang.

Kwee Ceng menyedot napas, ia hendak mengerahkan tenaganya, selagi begitu ia masih tetap menolak. Tiba-tiba ia rasai tenaga lawan lenyap, tak sempat ia menahan dirinya, tubuhnya terhuyung ke depan. Ketika ia bisa menahan dirinya, dari belakangnya datang serangan. Ia sudah terjerunuk melewati lawannya, dalam keadaan sulit itu, ia menangkis dari belakang, tubuhnya sekalian diputar.

Pendekar Pemanah Rajawali ( Sia Tiauw Eng Hiong )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang