Stevano Aditya Haling ..
Mereka sekarang sudah duduk diruang tamu. Mama Vano terus memeluk Vano dengan diiringi senyum bahagianya sedangkan Papa nya hanya diam saja.
"Mama senang bisa bertemu dengan kamu Vano "ucap Mama Vano. Vano hanya tersenyum.
"Jika mama senang apalagi Vano "ucap Vano. Yang lainnya juga ikut tersenyum melihat kebahagian dari Vano dan mama nya.
"Vano ify ngeliatin kamu terus loh dari tadi "ucap Shilla yang membuat Ify dan Vano saling berpandangan.
"Iya nih neng ipy,kayaknya dia suka sama kamu Van "goda Sivia. Gabriel dan Cakka seperti merasa tidak suka dengan itu karena jika itu terjadi berarti Ify dengan mudah melupakan Rio.
"Apaan sih kalian "ucap Ify malu. Vano hanya tersenyum melihat itu.
"Vano ayo mama antar kamu ke kamar "ucap Mama Vano sedangkan Vano hanya menganggukan kepalanya saja lalu mereka berdua pun pergi ke lantai atas.
"Fy kamu suka sama Vano ?"tanya Sivia. Ify terlihat gugup.
"Ah nggak lah "ucap Ify gugup.
"Ayo kamu ngaku aja nggak usah malu malu "Shilla juga ikut ikutan menggoda Ify.
"Ih kalian udah deh "ucap Ify kesal karena Sivia dan Shilla terus terus an menggodanya dan itu semakin membuatnya salting
Gabriel dan Cakka saling menatap. Gabriel memberi kode ke Cakka agar Cakka ikut dengannya. Cakka yang mengerti itu hanya menganggukan kepalanya.
"Kita keluar dulu ya "ucap Gabriel sambil beranjak pergi diikuti oleh Cakka. Ify,Shilla dan Sivia hanya menatap Cakka dan Gabriel bingung.
"Mereka berdua kenapa "ucap Ify bingung. Shilla dan Sivia saling berpandangan lalu menepuk kening mereka.
"Heh kalian kenapa ?"tanya Ify yang bingung melihat Sivia dan Shilla.
"Waduh gawat tingkat dewa nih "ucap Shilla dan Sivia bersamaan mereka pun dengan cepat berlari menyusul Cakka dan Gabriel meninggalkan Ify yang lagi lagi menatap mereka bingung
"Yaaaa kok aku ditinggal "teriak Ify kesal namun dia dengan cepat menutup mulutnya saat menyadari jika Papa Vano masih ada disini. Ify hanya tersenyum malu ke arah Papa Vano.
"Om ke kamar dulu ya fy " pamit Papa Vano sambil beranjak pergi.
"Aduh malu banget tadi, gara gara Sivia sama Shilla nih "gumam Ify kesal.
Ify hanya terdiam sambil memikirkan Vano.
********
Vano dan Mama Vano sedang berada di kamar Rio. Vano melihat sekeliling kamar Rio yang rapi dan luas. Dia tersenyum saat melihat sebuah foto adiknya itu.
"Vano mulai sekarang kamu tidur di kamar Rio ya "ucap Mama Vano. Vano menatap mama nya ragu.
"Em tapi ma "ucap Vano. Mama Vano yang mengerti hanya tersenyum.
"Nggak apa apa sayang, lagian kalau kamu tidur di kamar Rio mungkin Rio akan bahagia di sana "ucap Mama Vano. Vano tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
"Ya udah kalau gitu mama keluar dulu ya nak, nanti mama panggil kamu "ucap Mama Vano. Vano lagi lagi hanya menganggukan kepalanya. Mama Vano pun beranjak pergi.
Setelah Mama nya benar benar pergi Vano langsung menutup pintu kamar. Dia menghela nafas nya. Dia berjalan menuju meja belajar milik adik nya itu. Disana terdapat foto adiknya. Vano mengambil foto itu . Dilihat nya wajah sang adik yang sangat mirip sekali dengan nya.
"Jadi ini wajah lo ya dek, sayang kakak nggak pernah bisa lihat wajah kamu walupun sebenarnya wajah kamu itu juga sama kayak wajah kakak "ucap Vano sambil tertawa kecil.
" Sayang ya kita nggak pernah ketemu dek, padahal kakak pengen banget ketemu "gumam Vano. Dia menghela nafasnya pelan.
"Disana tempat nya pasti indah banget ya dek, lo pasti seneng kan ada disana ? Nggak bisakah kita ketemu sekali aja. Hanya sekali kalau itu bisa. Sekali aja izinin kakak buat lihat wajah lo dek, ngobrol bareng lo, sama menghabisin waktu seharian dengan bermain sama lo. Apa itu semua nggak akan pernah terwujud dek ? Sekali aja lo dateng ke sini, apa nggak bisa ?"Vano bertanya kepada dirinya sendiri.
"Dek ini kakak "lirih Vano sambil mengusap wajah adiknya yang berada di foto itu. Matanya memanas namun dia mencoba untuk menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia tidak ingin adiknya merasa sedih jika melihatnya seperti ini.
Vano berjalan menuju tempat tidur lalu dia duduk di samping tempat tidur. Dia membuka laci meja dan menemukan selembar kertas. Vano mengambil kertas itu lalu membacanya.
Air matanya akhirnya jatuh saat membaca kertas itu yang menyatakan jika adiknya nya itu menderita kanker otak . Vano menggelengkan kepalanya ini tidak mungkin. Jadi ini yang membuat adiknya harus meninggal dan pergi meninggalkan nya.
Vano meremas kertas itu sampai rusak. Dia lalu melepaskannya ke sembarang tempat. Dia menangis sambil mendekap foto adiknya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan adiknya saat itu. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana adiknya mencoba untuk melawan penyakit itu. Dan dia tidak ada di samping adiknya saat adiknya membutuhkan semangat dari kakaknya. Dia sungguh tidak bisa membayangkan semua itu. Membayangkan saja sudah membuat dadanya sesak. Bagaiman mungkin ini semua bisa terjadi kepada adik nya ?Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Tak Sampai 2
RomanceKetika cinta meninggalkan ku, aku merasa sendiri. Dan ketika cinta yang lain datang menghampiri ku dan membuat hatiku kembali berharap tapi cinta itu malah mengabaikan ku ?.. Haruskah aku kembali berharap pada kenyataan yang pahit ?