PART TWELVE

14.5K 570 45
                                    

Assalamu'alaikum semuanya, selamat siang menjelang sore


Ada yang kangen Mr. Anthony kah? Sepertinya ada meskipun gak banyak, hahaha

Karena udah ada yang minta lanjutin cerita ini dan kebetulan part ini baru beres aku tulis, aku langsung upload part selanjutnya. Maafkan aku juga yang jarang membalas comment kalian, bukannya aku sombong tapi karna aku bingung harus bales apa permintaan Next kalian. 

Tapi aku tetep mengizinkan kalian untuk comment dan vote cerita ini kok, jangan hawatir aku tidak segalak itu kok.

Berhubung bahasa inggris aku kelewat amburadul, kalau ada penulisan yang salah mohon di koreksi yah... 

langsung aja, enjoy reading guys

====================================================================

Rena Pov

"Semangat banget sih nontonnya, lupa kalau kaki masih terkilir?"

Aku membeku mendengar kata-kata itu. Aku tidak berani menggerakan kepalaku. Perasaan ku saat ini jujur saja sudah tidak enak. Yang tahu aku terkilir hanya beberapa orang. Bahkan lea saja tidak tahu. 2 orang yang tahu aku sakit sedang berada di lapangan. Berarti satu-satunya orang yang tahu aku sakit adalah Kak Anthony.

Aku beranikan diri untuk mengarahkan kelapa ke arah sumber suara, dan ternyata benar saja. Kak Anthony duduk dengan manis disampingku.

"kakak Sedang apa disini?"

"menurut kamu saya ngapain disini?"

"nonton pertandingan basket, tapi kok bisa kakak masuk? Kan tiketnya udah gak dijual."

"Kalau saya bilang saya diundang buat nonton, kamu mau bilang apa?"

Ya tuhan mengapa kau ciptakan manusia se-menyebalkan dia tuhan. Aku nanya baik-baik kali, kenapa juga jawabnya harus senga gitu sih? Jawab baik-baik juga kan bisa. Badmood kan aku jadinya.

"Y.. ya gak gimana-gimana kak, I.. itu kan haknya kakak. Tapi kenapa harus pilih duduk disini? Kan disana masih banyak bangku yang kosong."

"Memang ada aturannya yah saya harus duduk dimana? Kalau saya maunya duduk disini, ada yang mempermasalahkan memangnya?"

"Engga ada sih kak."

Oke fix aku mending diem aja deh dibanding semakin batin ngomong sama manusia ini. Buang-buang tenaga juga kalau harus nyolot sama dia. Udah ren, biar aja lah dia mau duduk dimana. Selama gak gangguin kamu biarkan aja.

Aku kembali fokus melihat kak Arshall dan Kak Rean yang bekerjasama dengan baik dalam permainan ini. Pantas saja mereka bersahabat baik, terbukti mereka saling melengkapi satu sama lain. Tidak saling egois, tidak saling menunjukan kelebihannya masing-masing melainkan saling membantu dan menopang satu-sama lain.

Aku membayangkan jika aku bersama kak Arshall suatu hari nanti, pasti persahabatan Kak arshall dan kak rean dapat semakin kuat. Secara kalau mau ngapelin aku, bisa sekalian ketemu sahabat sekaligus. Indah bukan? Rasanya aku dan kak rean sama-sama diuntungkan jika aku dan kak Arshall bersatu. Bayangan itu membuat aku tersenyum sendirinya.

"Ran, kamu gak pulang? Pertandingan nya udah beres tuh."

Elah, ganggu banget sih ni orang. Bebas kali aku mau pulang apa engga. Emang urusan dia apa aku mau pulang atau engga.

"Iya kak, aku bareng kak Rean pulangnya. Jadi aku nunggu dia beres dulu baru pulang kak. Kalau kak Anthony mau pulang duluan juga gak masalah."

Sebodo lah dia mau ngerasa aku ngusir dia juga aku gak perduli. Aku udah males liat dia di sekitar aku. Malah kalau dia ngerasa terusir kan bagus, aku gak perlu bersikap sok hormat gitu ke dia.

Mr. AnthonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang