PART FIFTEEN (#2)

10.9K 415 16
                                    


"Jadi sebenarnya kamu takut ketinggian?"

Seketika Rena melepas pelukannya dari Anthony dan menundukan wajahnya. Ia merasa malu pada Anthony karna sudah berbohong dan malu karena memeluk Anthony secara refleks.

"Kenapa ga bilang dari awal sih ran?"

"hmm aku takut ngerepotin kakak kalau aku bilang."

Rena masih saja menundukan wajahnya, dan Anthony mengangkat dagu Rena agar ia bisa menatap wajah Rena. Perlahan Anthony menyeka keringat yang mengalir diwajah Rena, dan juga menghapus sisa air mata yang sempat keluar dari mata Rena. Rena hanya terdiam menerima perlakuan dari Anthony, matanya terpaku pada wajah antony.

Ternyata baru Rena sadari Anthony memiliki warna mata yang hitam pekat, hidungnya mancung khas daratan britainia, garis keriput di sekitar mata yang membuatnya semakin dewasa. Ditambah bulu-bulu halus di sekitar dagu dan atas bibirnya yang membuatnya terlihat Sexy sebagai pria dewasa.

"Justru dengan kamu gak bilang gini saya jadi merasa bersalah sama kamu. Sekarang kita harus turun pake flying fox ini, kamu yakin masih bisa buat turun sendiri?"

Rena tidak terfikirkan bagaimana nasibnya jika harus turun menggunakan flying fox itu, menyebrangi dua pohon saja ia sudah bergetar hebat sampai menangis. Apa lagi harus turun menukik seperti itu? Fikiran Rena berkecamuk, ia tidak tahu harus bagaimana turun dari pohon itu. Sangat tidak mungkin ia kembali menyusuri papan dan turun melalui jaring tali itu. Tapi rasanyanya untuk turun dengan flying fox pun sama tak mungkinnya. Lantas bagaimana ia turun dari pohon itu?

Anthony menarik tangan Rena untuk berdiri di depannya. Petugas outbond mulai memasang berbagai alat pegaman, Rena masih bingung dengan apa yang sedang dilakukan para petugas tersebut sehingga ia lebih memilih untuk diam.

"Mau tidak mau kamu harus menuruni pohon ini dengan flying fox ini. Saya sudah meminta petugas untuk kita turun secara tandem. Kalau kamu takut kamu cukup tutup mata kamu saja. okay?"

Rena menganggukan kepalanya tanda ia mengerti.

"ikuti aba-aba saya yah, dalam itungan ke tiga kita akan meluncur. Kamu bisa pegang pundak saya karna posisinya kita sampingan. Kamu jangan liat kebawah dulu yah, pokoknya saya akan tetap pegangin kamu apapun kondisinya. Kamu mengerti? Oke saya akan mulai menghitun yah. Satu.. dua.. tiga.."

"Aaaaaaaaa"

Suara teriakan itulah yang mengiringi proses turun Anthony dan Rena. Tangan Rena yang semula hanya memegang pundak Anthony, kini malah melingkar di leher Anthony. Dan kepala Rena berada di pundak Anthony. Tangan Anthony yang semula merangkul Rena menjadi balas memeluk tubuh Rena dengan erat.

Setelah sampai di tanah dan melepas semua peralatan nya Rena masih saja bergertar. Ia masih saja lemas dan tak sanggup berdiri, akhirnya iya didudukan anthony di sebuah batu besar dan memberinya minum yang dibawa anthony. Kedua anak kecil yang dari tadi sudah sampai pun menghampiri rena dan anthony.

"Kak rena kenapa? Kok keringetan?" tanya keysa pada kakak sepupunya itu. Tapi rena masih shock dan tak mampu berkata apapun. Hingga akhirnya ken yang bertanya pada uncle nya.

"Uncle, apakah kak rena baik-baik saja? mengapa wajahnya terlihat putih seperti itu?"

Rena tak ingin kondisinya diketahui ken dan key, akhinya ia memberi kode pada Anthony agar tidak mengatakan apapu. Tapi ken dan key adalah anak yang penuh keingin tahuan tinggi sehingga bila tidak dijawab mereka tidak akan diam.

"she's alright ken. She just feel thirsty, So don't worry kiddos." Anthony menjawab pertanyaan ken dengan tersenyum, semoga saja anak itu percaya pada ucapan anthony.

Mr. AnthonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang