PART SEVENTEEN

11.5K 428 12
                                    

Holla,,, aku kembali


Sesuai janjiku yang akan melanjutkan cerita Mr. anthony dalam waktu dekat, kini aku hadirkan kelanjutan dari Mr. anthony dan Rena. Semoga kalian menyukainya, bila aja kritik dan saran bisa langsung kalian massage aku dari wattpad atau coment di cerita ini.

cerita part ini cukup panjang, semoga kalian tak bosan membacanya.

hati-hati typo bertebaran

enjoy read guys...

=====================================================================


Rena POv

Tok Tok tok

Kaca pengemudi diketuk oleh seseorang, aku tidak begitu jelas melihat karena diluar cukup gelap. Lama aku terdiam, orang tersebut kembali mengetukan tangannya di kaca mobil. Aku masih ragu untuk membukanya, mobil ini bukanlah miliku dan juga aku takut terjadi yang tidak tidak jika aku buka pintunya. Namun orang itu masih saja berusaha dengan mengetuk-ngetuk kaca mobil samapai akhinya ia menyuarakan suaranya.

"Rana, buka pintunya ran. Ini aku, anthony."

Mendengar hal itu aku segera menekan kunci pintu otomatis di bagian pintu sang pengemudi. Dan segeralah kak anthony duduk dibalik kemudi. Meskipun kondisi di dalam mobil ini gelap, aku masih bisa melihat lebam-lebam di wajah kak anthony. Tak lupa dengan darah yang keluar dari sudut bibir serta pelipisnya. Tangannya memegang perut, aku yakin kak anthony pasti terkena pukulan bahkan tendangan dibagian perutnya.

Sungguh aku tak tega melihatnya seperti ini, dan aku putuskan untuk menggantikannya mengemudi. Aku tak mungkin membiarkannya tetap mengemudi dengan kondisi babak belur seperti ini. Aku yakin tubuhnya sakit semua,

"Kak, kita ke rumahsakit yah. Luka kakak terlihat sangat parah. Aku takut kakak kenapa-kenapa."

"Gak perlu ran, saya baik-baik saja. ini Cuma luka kecil aja, besok juga sembuh. Saya Cuma butuh istrirahat aja kok, kamu tak perlu khawatir."

"Tapi kak_"

"Saya baik-baik aja ran. Kalau kamu khawatir sama saya, tolong bawa mobil saya ran. Kamu bisa nyetir kan?"

"Bi..Bisa kak. Kakak yakin gak mau ke dokter atau klinik gitu?"

"Mungkin kalau klinik bisa dipertimbangkan."

Syukurlah setidaknya ia mau ke klinik untuk menyembuhkan lukanya. Aku segera berlari memutari mobil untuk menggantikan kak anthony mengemudi. Aku bantu ia untuk pindah ke kursi belakang, namun ia menolak. Ia ingin duduk di samping pengemudi. Dia berkata, aku bukanlah supir dirinya. Jadi akan sangat tak sopan bila ia duduk di belakan sementara aku mengemudi. Padahal maksudku membawanya ke kursi belakang agar ia bisa merebahkan tubuhnya. Tapi ya sudahlah, namanya juga kak anthony.

Tanpa menunggu lama aku segera mengemudikan mobil kak anthony untuk mencari klinik terdekat. Untung saja ada klinik yang beroperasi 24 jam di sekitar sini. Sesampainya disana aku membopong tubuh tinggi kak anthony dan mendudukannya di salah satu sofa. Aku segera mendaftarkan namanya sebagai pasien selanjutnya.

Setelah itu, aku kembali ke sofa yang diduduki kak anthoy. Ada 2 pasien yang harus ditangani sebelum kak anthony. Hampir semua mata tertuju pada kami. Jelas saja, melihat kondisi kak anthony yang babak belur sementara aku tak bisa menyembunyikan kepanikanku pastilah mereka semua curiga dengan apa yang terjadi pada kami. Tapi aku tak mau ambil pusing dengan omongan dan anggapan orang, yang harus aku fikirkan adalah kondisi kak anthony.

Mr. AnthonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang