Cuaca Jakarta hari itu cerah, seolah mengucapkan selamat pada Rafa yang akhirnya diperbolehkan untuk pulang.Rafa yang sedang terduduk di atas ranjang rumah sakit memandang ke luar jendela, pikirannya melayang memikirkan Haidar.Ia merasa kesal pada Haidar, kenapa ia tidak mengatakan padanya kalau ia sedang hamil anak kembar? Tiga pula?! Dulu memang Rafa yang meminta Haidar untuk tidak menceritakan hasil USGnya.Tapi tetap saja, Haidar bisa setega itu membiarkan Rafa mengandung tiga anak tanpa tahu apapun.Rafa jadi jengkel sendiri, apakah Haidar tidak tahu bahwa dirinya begitu lelah hingga heran sendiri kenapa kehamilan pertamanya ini begitu melelahkan.
Rafa rasanya ingin menangis, kekesalannya pada Haidar mungkin saja dipengaruhi oleh hormon seorang ibu hamil yang tidak stabil, namun tetap saja Rafa merasa sedari dulu hanya dia yang berjuang demi anak mereka.Haidar hanya membantu saat Rafa pergi ke dokter untuk periksa rutin, atau membelikan keperluan ibu hamil, sisanya Rafa masih harus melakukannya sendiri.Rafa memang sadar bahwa Haidar sibuk dengan pekerjaannya, tapi tetap saja Rafa yang sedang hamil anak pertama di usianya yang cukup muda butuh bantuan dan bimbingan orang lain. Ah sungguh, rasanya sekarang apapun yang Haidar lakukan tetap salah di mata Rafa.
Mama yang membantu Rafa membereskan barang-barangnya langsung menepuk bahu Rafa setelah melihat anak perempuannya itu melamun sedari tadi. Mama duduk di samping Rafa sambil merangkul putri satu-satunya itu. Mama seolah bisa merasakan kekhawatiran Rafa. Mama yakin, pikiran Rafa pasti sedang sibuk.
"kamu pasti baik-baik aja Fa" gumam Mama sambil mengelus tangan Rafa lembut. Rafa menjatuhkan kepalanya di atas bahu Mama, bersandar pada bahu yang sudah lebih dari 20 tahun menjadi sandaran ternyamannya. Rafa jadi bisa merasakan bagaimana sulitnya menjadi ibu. Baru hamil saja Rafa sudah banyak mengeluh, bagaimana nanti jika ia sudah seusia Mama?
"Ma, Rafa salah gak sih Ma kalo Rafa kesel sama Haidar? Rafa sadar kok kalo Rafa yang minta buat dirahasiain dari hal ini. Tapi Haidar juga harusnya ngerti, gimana berbahayanya Rafa hamil kembar tiga di usia semuda ini. Tapi Rafa juga ngerti ini sebagian salah Rafa, tapi tetep aja kan Haidar juga..." Rafa baru mengangkat kepalanya dari bahu Mama namun Mama langsung memegang pipi Rafa dengan kedua tangannya, menghentikan Rafa dari perkataannya yang berputar-putar.
"Mama ngerti sayang, kamu pasti sebel. Wajar. Kamu lagi dalam kondisi hamil besar dan hamil muda, hormon kamu juga lagi gak stabil, makanya kamu sensi dan mudah marah. Tapi coba deh direnungin lagi, kamu juga gak bisa mengambil keputusan berbahaya kayak gitu. Meskipun permintaan Haidar terdengar egois, kamu harus mau dengerin apa kata Haidar." Mama mengelus rambut putrinya yang agak kusut akibat bersandar di bahunya tadi. Tangan yang satunya lagi masih memegang pipi Rafa.
Rafa terdiam, menunduk menatap jemari tangannya yang kini bergerak kikuk. Otaknya masih berputar, mencoba menolak perkataan Mama, tapi hatinya mengatakan bahwa hal itu benar adanya. Rafa sungguh mengutuk dirinya kini, bahkan disaat seperti ini ia masih tak bisa bersikap dewasa, bagaimana nanti ia akan mengurus dan mendidik ketiga anaknya?
Mama tak mendapat reaksi dari Rafa selama beberapa belas detik. Dirinya yakin Rafa kini sedang berpikir dan memutuskan sesuatu dalam pikirannya. Ia tersenyum lalu menepuk-nepuk pipi Rafa beberapa kali.
"yaudah sekarang kita pulang aja, biar nanti urusan itu kita obrolin sama Papa" ujar Mama yang langsung beranjak dari duduknya dan mengangkat tas, yang lalu diikuti oleh Rafa.
Keduanya kini meninggalkan kamar dengan langkah perlahan, mengingat kondisi Rafa yang tak bisa bergerak cepat. Dan seolah bumi turut berjalan bersama Rafa, karena hari itu rasanya berjalan sangat lambat bagi Rafa.
-
Setibanya di rumah, Alfa dan Ivo segera menyambut kakak perempuannya itu dengan tiga buah boneka beruang berukuran besar. Alfa yang memiliki tubuh lebih besar dari Ivo memegang dua boneka sedangkan Ivo hanya memegang satu boneka, itupun dengan susah payah karena ukuran boneka itu lebih besar darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective's
Romance- Married with Mr. Detective Part 2 : Mr. Detective's Kelanjutan dari Married with Mr. Detective Baca disini https://www.wattpad.com/story/28555762-married-with-mr-detective "Jika bukan karena keegoisan diri, mungkin semuanya takkan serumit ini. Tap...