Teriknya Jakarta tak menghentikan langkah Audi yang mencoba "menyeret" sang adik untuk pergi ke rumah sakit. Audi sudah berada di depan rumah, sengaja ia tak masukkan mobilnya ke parkiran dalam rumah agar ia bisa segera memacu mobil ke rumah sakit. Ia bahkan belum melepas jas putihnya. Ia baru saja menyelesaikan jadwal jaganya dan kini ia sedang berusaha mendorong tubuh Rafa menuju mobilnya.
Rafa hari ini diminta untuk segera masuk rumah sakit. Kondisinya yang tak stabil juga membuat Rendy meminta Audi agar Rafa lebih cepat masuk rumah sakit, agar ia bisa terus memantau kondisi Rafa. Bukan apa-apa, Rendy merasa ada sesuatu yang aneh pada kehamilan Rafa. Dan Rendy tak berani mengatakan hal itu pada Audi.
"aduh kak, besok aja deh, gimana? Gue males, rumah sakit tuh bosenin" gerutu Rafa, menyeret langkahnya dengan enggan.
"Fa, lo tuh dewasa dong. Ini kan bukan cuma buat lo aja, tapi buat anak-anak lo juga nanti!" ujar Audi agak menyentak, membuat wajah Rafa berubah makin mengerut. Akhirnya Rafa menyerah dan mengikuti apa kata kakaknya.
Keduanya sudah berada di mobil yang melaju cukup kencang menuju rumah sakit kemarin. Rafa hanya menerawang ke luar jendela, pikirannya melayang memikirkan Haidar. Audi yang duduk disampingnya hanya bisa mendesah pelan melihat adiknya yang tak mengerti betapa pentingnya seorang ibu hamil kembar untuk masuk rumah sakit lebih awal. Audi hanya tak mau terjadi sesuatu pada Rafa di rumah, dan melarikannya ke rumah sakit pun butuh waktu lama. Mencegah hal tersebut adalah jalan terbaik.
Bayangan pohon-pohon yang berjajar di pembatas jalan mengenai wajah Rafa bergantian. Wajah murung itu sama sekali tak berganti. Rafa benar-benar kesal karena dipaksa pergi sekarang. Rafa tak ingin pergi sekarang.
Bukan karena Rafa takut akan rumah sakit. Ia takut, ketika ia sudah masuk rumah sakit dan dirawat disana, ia akan melahirkan anak-anaknya tanpa didampingi Haidar. Baginya, momen pertama ini harus disaksikan oleh suaminya. Ia ingin bertemu Haidar sebelum pergi ke rumah sakit. Bahkan jika perlu, Haidarlah yang mengantarnya ke rumah sakit. Menurutnya, itu adalah salah satu hal lumrah yang dilakukan oleh setiap suami.
Satu jam telah berlalu dan akhirnya mereka tiba di rumah sakit. Audi buru-buru mengambil kursi roda dan mendorongnya mendekat ke pintu dimana Rafa sedang terduduk dibaliknya. Rafa benar-benar tak berkutik, membuat Audi dengan agak jengkel membuka pintu mobilnya.
"cepet turun, biar gue yang dorong" tukasnya. Rafa masih diam sambil memanyunkan bibirnya, ogah-ogahan untuk menuruti apa kata kakaknya. Kakaknya yang melihat Rafa diam saja kemudian menarik tubuh Rafa dan mendudukkan adiknya itu di kursi roda.
"lo udah mau jadi ibu aja manja banget, gimana nasib keponakan gue nanti kalo lo yang urus" gerutu Audi sambil mendorong Rafa menuju ruangan Rendy praktik. Rafa mencubit tangan kakaknya begitu mendengar gerutuan Audi.
Keduanya tak lama pun tiba di ruang praktik Rendy. Hari itu tak banyak ibu hamil yang berkonsultasi, sehingga saat Audi dan Rafa masuk ke ruangan pun, Rendy sedang duduk santai di kursinya sambil memakan sebatang protein bar.
"eh Dokter Audi" Rendy langsung menurunkan kakinya yang bersantai di atas meja kemudian meletakkan makanannya di laci dengan tangan kirinya mencoba mengelap bukti-bukti remah makanan.
"nih gue bawa Rafa" ujar Audy yang langsung duduk di kursi, di samping kursi roda Rafa. Rendy tersenyum menyapa Rafa yang langsung dibalas senyuman ketir Rafa. Rendy mempersilakan Rafa untuk berbaring di ranjang periksanya.
Tekanan darahnya normal, detak jantungnya pun iya, tak ada kelainan pada paru-paru wanita muda ini. Rendy mencoba mendengar suara perut Rafa, yang sudah mulai diramaikan dengan tendangan dan pukulan kecil para calon bayi. Semua terlihat sehat bagi Rendy, terutama untuk ukuran ibu muda dengan anak kembar tiga dan kehamilan mencapai trimester akhir. Ia pun menyalakan mesin Ultrasonografi-nya kemudian memeriksa kandungan Rafa dengan bantuan suster. Seluruh bayinya bergerak aktif, kecuali satu bayi yang posisinya berada di paling bawah. Hal itu wajar, karena bayi yang akan menjadi anak tertua diantara ketiganya itu terbebani oleh kedua bayi di atasnya. Setidaknya, masih ada tanda-tanda kehidupan dari bayi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective's
Romance- Married with Mr. Detective Part 2 : Mr. Detective's Kelanjutan dari Married with Mr. Detective Baca disini https://www.wattpad.com/story/28555762-married-with-mr-detective "Jika bukan karena keegoisan diri, mungkin semuanya takkan serumit ini. Tap...