Aira menyandarkan punggungnya di salah satu bangku taman. Ia tutup matanya lalu ia biarkan angin berhembus melewati helaian rambutnya. Kepalanya agak pening karena otaknya berusaha mensortir kejadian sebelumnya.
Tidak mungkin kejadian sebelumnya adalah nyata. Tidak mungkin seorang mahasiswa polos cupu sepertinya bisa membuat dosen muda tenar dikampusnya sampai memeluknya seperti itu. Tapi bagaimanapun, kejadian tadi benar adanya.
Aira menghela napasnya. Ia bukan tidak ingin kejadian tadi hanya angan belaka, tapi ia merasa tidak pantas untuk bahkan bersanding dengan dosen tampan seperti Hafizh. Hafizh terlalu hebat untuk bersanding dengannya, terlebih dengan banyaknya wanita diluar sana yang jauh lebih pantas bersanding dengan Hafizh, yang juga mengidolakan sang dosen super itu.
"Ra!" seru seseorang dari belakang, membuat Aura terperanjat dan menoleh ke sumber suara. Ia mendapati seniornya, Hani, tengah berdiri sambil memegang sebotol jus.
Tapi Aira tak peduli, ia malah kembali menutup matanya dan memikirkan situasi antara dirinya dan sang dosen. Akan sangat canggung rasanya bagi Aira untuk berjumpa dengan Hafizh hari-hari selanjutnya, terlebih mereka akan sering berjumpa karena penelitian Hafizh yang tengah diasistenkan olehnya.
"heh, disapa malah diem aja" gerutu Hani yang langsung duduk disamping Aira. "ada apa? " tanya Hani.
"Mbak, aku boleh cerita gak?" tanya Aira, membuat Hani sedikit terkejut. Aira termasuk temannya yang jarang sekali menceritakan masalahnya, apalagi saat ini Aira terlihat tengah ingin menceritakan masalah pribadinya.
"ya boleh lah Ra!" seru Hani bersemangat.
"jadi-" belum sempat Aira mengutarakan isi hatinya, Hani sudah menyela pembicaraannya.
"tunggu Ra, gue mau tanya satu hal dulu. Lo jadi kan terima tawaran fast track? Ibu TU dari kemarin nanyain gue, tapi gue kan udah lama ga ketemu lo" sela Hani.
"oh, itu Mbak. Iya, lagi aku pikirin. Mumpung masih 2 minggu lagi kan batas pendaftarannya" jawab Aira tak bersemangat.
"gue saranin ambil aja sih Ra. Lumayan, peluang lo kedepannya bagus. Apalagi kan lo dapet beasiswa, bisa bagus buat CV lo nanti" ujar Hani.
"gatau nih Mbak, aku kan lumayan sibuk sama kerjaanku" timpal Aira.
"Ra, lo kan tau dulu gue sibuknya segila apa. Tapi setelah lulus S1-nya, kesibukan gue berkurang kok. Jadwal kelas S2 ngga segila jadwal kelas S1, jadi tenang aja, lo pasti bisa" balas Hani. "oh ya, tadi lo mau cerita apa?" lanjutnya.
"itu, Mbak... jadi-" lagi-lagi Aira tak sempat melanjutkan kata-katanya karena berhasil dipotong oleh Hani.
"bentar Ra, satu lagi, penting!" seru Hani.
"aduh apa lagi sih Mbak, aku kan mau cerita" gerutu Aira.
"sorry Ra, tapi ini beneran penting. Gue denger dari anak-anak kelas, lo ada affair sama Pak Hafizh? Beneran?" tanya Hani, membuat jantung Aira nyaris meloncat dari tempatnya.
"Mbak denger dari mana?" tanya Aira panik.
"lo tau kan beberapa temen gue ada yang gabung sama klub penggemar si Pak Hafizh itu, nah katanya ada yang liat lo sering keluar-masuk kantor Pak Hafizh. Makanya lo jadi bahan pembicaraan anak-anak klub itu di grup chatnya. Banyak yang nyari tau tentang lo gitu" jawab Hani.
"serius Mbak?" tanya Aira lagi, panik.
"ih, serius! Tapi untungnya lo kan gak deket sama banyak orang, jadi ngga ada yang bisa jawab itu pertanyaan di grup" jawab Hani. "tunggu deh, lo panik begini... jadi seriusan berita itu beneran?" lanjut Hani menarik kesimpulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective's
Romance- Married with Mr. Detective Part 2 : Mr. Detective's Kelanjutan dari Married with Mr. Detective Baca disini https://www.wattpad.com/story/28555762-married-with-mr-detective "Jika bukan karena keegoisan diri, mungkin semuanya takkan serumit ini. Tap...