Halo guys!
Maaaaaaaaafffff banget udah lama author ga update lagi *sad* karena kesibukan kuliah yang benar-benar menyiksa. tapi insyaallah sekarang-sekarang ini author bisa update minimal 2minggu sekali (maaf ya kalian harus menunggu lama)
sebelumnya maaf juga karena part ini cuma part sisipan yang nyeritain Hafizh sama cemcemannya *ciee*. besok-besok(re:secepatnya) author bakal lanjutin cerita Rafa dan Haidar kok! tungguin ya!
anyway, selamat bulan Ramadhan! selamat menjalankan ibadahnya! semoga selalu diberi kekuatan dan kesehatan serta kemudahan ya. jangan lupa perbanyak ibadah, termasuk vote karyanya author ini HeHeHe
okay, happy readings!
---
Kantin siang itu penuh sesak, antrean menuju meja prasmanan mengular hingga 10 meter panjangnya dari pintu masuk antrean. Hafizh yang awalnya berniat untuk membeli makan siang disana, akhirnya mengurungkan niatnya. Beberapa mahasiswi terlihat saling berbisik sambil tersenyum-senyum saat melihat Hafizh melewati mereka.
Hafizh mungkin tidak sadar akan hal itu, tapi Hafizh cukup tenar di kalangan mahasiswi. Tubuh tinggi tegap dengan wajah tampan dan bersih, membuat para gadis di kampus itu cukup mengaguminya. Hanya satu kekurangan Hafizh : usianya sudah kepala 3 dan belum berkeluarga.
Hafizh mendesah sambil meninggalkan kantin, menggaruk kepalanya yang tidak begitu gatal. Langkahnya membawanya berjalan ke depan sedangkan kepalanya ia palingkan ke arah kiri. Ia mencoba memikirkan alternatif lokasi makan siang lainnya, namun kebanyakan lokasi kantin yang lainnya cukup jauh dari lokasinya sekarang.
Brukk
"aduh sorry sorry" ujar Hafizh, kedua tangannya terangkat memberi tanda bersalah. Gadis kurus didepannya itu mundur beberapa langkah akibat gaya yang dihasilkan ketika bertubrukan tadi. Tubuh kecilnya itu tak mampu menahan dorongan tadi. Ia kemudian mendongakkan kepalanya sambil tersenyum.
"gak apa apa kok... eh, Pak Hafizh?" gadis itu segera menyapanya begitu mengenali wajah pria jangkung di hadapannya.
"loh, kamu ngapain Aira?" tanya Hafizh, dengan nada canggung yang jelas terdengar bagi dirinya, namun Aira tak menyadari hal itu sama sekali. Hafizh berusaha mengatur detak jantungnya, sebelum Aira bisa mendengar debaran jantung Hafizh yang serasa mau loncat.
"saya mau ke kantin Pak, mau makan siang" balas Aira dengan tersenyum.
"kantin penuh tuh" ujar Hafizh sambil membalikkan tubuhnya, menunjukkan kondisi penuh sesak kantin pada Aira.
"ya udah saya ikut antre aja, kebetulan saya juga lagi kosong jadwal jadi bisa nunggu lama" timpal Aira yang kemudian mengangguk bermaksud pamit pada Hafizh.
"eh tunggu" Hafizh segera menghentikan Aira yang hendak pergi dengan memegang lengannya.
"kenapa Pak?"
"gimana kalo... kita... makan di luar aja? Kamu... ada waktu kan?" tanya Hafizh dengan gugup. Act normally, act normally, gumamnya dalam hati.
"waduh, gak usah deh Pak makasih. Saya disini aja gapapa" jawab Aira sambil tersenyum.
Hafizh terdiam beberapa detik, otaknya berpikir lebih keras daripada saat ia mengerjakan disertasinya dulu. Bagaimana pun, ia harus berhasil mengajak Aira makan. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk mendekati mahasiswinya itu. Nah, that sounds so creepy. Ia bertekad untuk mendekati gadis dihadapannya.
"kamu takut ngerasa canggung ya? Gak apa-apa kok, saya cuma ingin diskusiin penelitian saya. Kalo sambil makan siang kan lebih enak aja. Lagian saya gak suka kalo makan sendirian" timpal Hafizh. Hah, so much bullshit, Fizh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective's
Romance- Married with Mr. Detective Part 2 : Mr. Detective's Kelanjutan dari Married with Mr. Detective Baca disini https://www.wattpad.com/story/28555762-married-with-mr-detective "Jika bukan karena keegoisan diri, mungkin semuanya takkan serumit ini. Tap...