Rafa sedang memainkan ponselnya di ruang tengah. Kedua adiknya baru saja berangkat sekolah satu jam yang lalu, kakak sulungnya juga baru berangkat mengajar lima belas menit yang lalu, sedangkan kakak keduanya tak pulang ke rumah sejak kemarin. Rasanya ia ingin pergi jalan-jalan, keliling Jakarta; kota yang dirindukannya selama beberapa waktu terakhir, atau sekedar berkunjung ke lapangan tempat ia dulu sering berlatih memanah. Namun kondisinya sekarang tak mendukungnya, bahkan untuk sekedar mengambil air di dapur pun ia butuh waktu yang lama.
Mama berjalan dari arah dapur membawa sepiring buah-buahan yang telah dipotong dan segelas susu. Ia segera meletakkannya di meja di hadapan Rafa. Mama langsung mengangkat gelas tadi dan menyodorkannya pada Rafa.
"anak-anakmu juga butuh nutrisi lebih loh Fa" ujar Mama, yang langsung dibalas senyuman oleh Rafa. Rafa segera mengambil gelas tersebut dari tangan Mama kemudian meneguknya hingga tak bersisa.
"tuh buahnya juga dimakan, biar kamu gak gampang capek" lanjut Mama.
"Rafa masih kenyang Ma"
"atau mau Mama jus aja? Bentar ya Mama bi–"
"gak usah Ma, kan tadi pagi Rafa sarapannya udah sampe dua mangkuk sup loh" Rafa langsung memotong Mama dan menghentikan Mama yang sudah akan beranjak.
"tapi kan anakmu tiga, Nak" gumam Mama.
"ya tiga juga perutnya masih kecil-kecil kali Ma" Rafa terkekeh kegelian.
"oh ya, kabar Haidar gimana? Kamu kemarin udah hubungi Haidar kan?" tanya Mama.
"udah, tapi dia nya malah marah-marah. Padahal aku udah minta maaf Ma" gerutu Rafa, kembali teringat pada kekesalannya kemarin sore.
"ya kamu juga harus ngerti, dia kan lagi banyak kerjaan disana" Mama mencoba merapikan rambut Rafa dengan tangannya.
"ya tapi bikin emosi gitu Ma, kan bisa gitu kalo dia ga perlu bentak-bentak Rafa gitu. Mana ada cowok bentak-bentak istrinya, lagi hamil pula"
"ya udah ya udah, nanti juga kalo masalah disana selesai, Haidar bakal baik lagi kok" ujar Mama yang mencoba meredam emosi Rafa yang kembali naik. Tapi Rafa hanya diam saja.
-
Bel sekolah baru saja berbunyi, tanda jam istirahat tiba. Vina yang sedang duduk-duduk santai di ruangannya pun segera berjalan menuju kantin, sedari tadi pagi ia kepingin makan batagor kuah langganannya sejak SMA. Di depan ruang BK, Faris berdiri sambil tersenyum saat melihat Vina melangkah keluar ruangan.
"oy sendirian aja lu? Ibu-ibu yang lain pada kemana?" tanya Faris sambil melempar-lempar peluit di tangannya.
"guru yang lain tadi dapet jadwal ngisi di kelas, gue kebagiannya besok" jawab Vina, langsung melenggang meninggalkan Faris. Faris yang melongo melihat Vina yang pergi begitu saja tanpa mengajaknya segera berlari menyusul Vina.
"wah parah lu ninggalin gue, kan gue juga mau makan" gerutu Faris yang kini sudah berada disamping Vina.
"kan gue gak peduli" balas Vina ketus.
"idih, Bu Vina ini judes banget sih. Nanti murid-murid fans ibu ilfeel looh" goda Faris sambil merangkul Vina.
"ih gausah rangkul-rangkul ya" Vina melepas rangkulan Faris dengan kasar, mukanya kini ditekuk sebal.
"lah dulu juga waktu SMA lo sering gue rangkul" ujar Faris, lalu melipat kedua tangannya di dada.
"ya itu kan dulu, jaman SMA. Sekarang kan kita berdua udah gede, lagian diliatin sama murid-murid, ga takut apa murid-murid cewe yang nge-fans sama Pak Faris nanti kabur?" balas Vina. Faris hanya terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective's
Romance- Married with Mr. Detective Part 2 : Mr. Detective's Kelanjutan dari Married with Mr. Detective Baca disini https://www.wattpad.com/story/28555762-married-with-mr-detective "Jika bukan karena keegoisan diri, mungkin semuanya takkan serumit ini. Tap...