Suara mesin pengukur detak jantung masih berbunyi lemah, mengisi seisi ruangan yang cukup hening. Tak ada satupun yang diperbolehkan masuk ke dalam, kecuali suster dan dokter. Mama dan Papa hanya dapat mengawasi dari balik kaca saja, sambil menahan tangis melihat putri satu-satunya itu terbaring lemah di dalam sana. Audi sedang berdiskusi dengan Rendy, meminta penjelasan atas apa yang terjadi pada Rafa dan apa tindakan yang telah dilakukan tim dokter saat ini. Meskipun mereka telah memberikan donor pada Rafa, namun kondisi Rafa tak kunjung membaik.
Ivo dan Alfa sedang menunggu di ruang tunggu karena usia mereka belum cukup untuk bisa menengok sang kakak. Ivo sibuk memainkan gagdetnya sedangkan Alfa duduk dengan perasaan tak tenang. Meskipun masih dibawah umur, Alfa sudah cukup dewasa untuk menghadapi hal-hal seperti ini. Ia tahu bahwa kini kondisi kakaknya itu tengah berada diantara hidup dan mati. Ia bahkan bertekad untuk mengurus keponakan-keponakannya tersebut jikalau memang kakaknya tak dapat selamat.
"Kak haus ih, beliin minum!" rengek Ivo yang tiba-tiba menghentikan permainannya. Alfa terdiam tak memedulikan permintaan adiknya tersebut, pikirannya terlalu fokus pada kakaknya saat ini.
"kaaak..." rengek Ivo sekali lagi sambil menggoyang-goyangkan tangan kakaknya. Dengan sedikit kesal Alfa mengenyahkan tangan adiknya tersebut.
"ayo kaaak..." rengek Ivo lagi, Alfa baru akan mengeluarkan amarahnya ketika Hafizh datang membawa sekantung penuh berisi minuman dan snek.
"hey lagi berantem apa lagi sih? Nih kakak bawain makanan sama minuman, jangan pada berantem lagi" ujar Hafizh sambil menyodorkan kantungnya yang langsung disambut riang oleh Ivo. Hafizh menoleh pada Alfa, yang tak berkutik sedikitpun ingin ikut nimbrung dengan Ivo. Hafizh merasa heran, biasanya anak itu paling suka dengan snek ringan.
"hey, ada apa Fa?" tanya Hafizh sambil duduk di samping Alfa, menjulurkan tangannya ke sandaran Alfa namun tak menyentuh bahu Alfa sama sekali.
"kak.. apa bener Kak Rafa gak akan sadar lagi?" tanya Alfa dengan nada serius, membuat kakaknya tersebut hampir hilang kendali untuk tertawa terbahak-bahak, namun Hafizh tetap menjaga dirinya tetap tenang. Entah kenapa melihat Alfa yang biasanya merengek karena terlibat adu mulut dengan Ivo tersebut kini terlihat sangat dewasa dan serius.
"hey, gak boleh ngomong gitu. Kakak kamu baik-baik aja kok. Doain aja semoga Kak Rafa cepet sadar biar kita bisa kumpul kayak dulu lagi" jawab Hafizh.
"aku bisa kok bantu ngurusin anak-anaknya selama Kak Rafa sadar" lanjut Alfa dengan suara bergetar, membuat Hafizh ikut terharu. Hafizh mengacak-acak rambut Alfa, berusaha menenangkan adiknya tersebut yang terlihat cukup serius dengan ketakutannya akan kehilangan kakak perempuan satu-satunya tersebut.
"Fizh" Audi tiba-tiba muncul dengan wajah serius. Hafizh segera bangkit dari kursinya kemudian berjalan mendekati Audi.
"ada apa Di?"
Audi segera menjelaskan apa yang baru saja ia dengar dari Rendy. Adiknya tersebut tengah dalam kondisi kritis dan tim dokter telah melakukan semua prosedur yang dapat membantu mengembalikan kondisi Rafa, namun saat ini belum ada tanda-tanda membaik dari Rafa. Satu-satunya yang dapat menolong Rafa saat ini hanyalah dirinya sendiri.
Berita lainnya adalah berita mengenai anak Rafa, yakni keponakannya sendiri, yang tak dapat diselamatkan. Anak tertua Rafa itu kini tengah dimandikan dan dipersiapkan untuk dikembalikan pada keluarga untuk nantinya dikebumikan. Hati Hafizh mencelos mendengar berita tersebut, ia bahkan belum pernah mendengar tangis anak itu dan kini ia sudah meninggalkannya terlebih dahulu. Ia tak yakin bagaimana perasaan Rafa ketika mendengar anaknya tersebut telah tiada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective's
Romance- Married with Mr. Detective Part 2 : Mr. Detective's Kelanjutan dari Married with Mr. Detective Baca disini https://www.wattpad.com/story/28555762-married-with-mr-detective "Jika bukan karena keegoisan diri, mungkin semuanya takkan serumit ini. Tap...