Pagi-pagi sekali Hafizh sudah bangun. Meskipun itu hari Sabtu, dan tak ada jadwal kuliah, Hafizh tetap saja ingin bersiap lebih awal. Ia telah mengenakan pakaian terbaiknya, mencukur rambut-rambut halus di wajahnya agar tidak terkesan kotor, dan mengenakan wewangian favoritnya. Rasanya menggelikan, saat Hafizh mematutkan dirinya di cermin. Terakhir kali ia melakukan hal sekonyol ini adalah saat ia di SMA dulu. Hafizh jadi tertawa sendiri melihat dirinya didepan cermin.
Hafizh melihat jam yang melingkar di lengannya, lalu terperanjat dan buru-buru mengambil tasnya. Ini baru jam setengah delapan pagi, tapi Hafizh rasanya sudah sangat terlambat. Ia buru-buru menuju mobilnya dan melajukannya ke kampus. Ini hari Sabtu, tapi Hafizh sebegitu semangatnya untuk melajukan mobilnya ke rumah keduanya itu.
Setibanya disana, Hafizh segera memeriksa ponselnya, melihat apakah ada notifikasi pesan dari orang yang telah dinantinya. Tapi tak ada pesan apapun, membuat Hafizh jadi agak sedikit deg-degan. Ia mengedarkan pandangannya ke luar mobil, dan melihat sosok seorang gadis yang tengah berjalan membelakanginya. Dengan sekejap Hafizh tahu siapa gadis itu. Ayunan rambutnya yang terikat itu tak mampu membohongi Hafizh.
Hafizh segera keluar dari mobilnya. Langkah kakinya setengah berlari, sedangkan tangan kirinya dengan otomatis menekan tombol kunci sehingga pintu mobilnya pun segera terkunci. Hafizh mengikuti langkah kaki gadis didepannya itu, mengikuti kecepatan kaki gadis itu dengan tepat. Tanpa sadar seulas senyum menghiasi wajah Hafizh yang kegirangan, ia sudah tak sabar ingin mengejutkan gadis itu dari belakang.
Tiba-tiba gadis itu berhenti, membuat Hafizh sedikit terkejut, untung saja ia berhasil menghentikan langkahnya di jarak yang aman. Gadis itu terlihat membuka tas yang terselempang di badannya, mencari sesuatu yang sepertinya penting. Hafizh berusaha menahan tawa, gadis didepannya itu sangat menggemaskan baginya.
"Pak Hafizh?" tiba-tiba suara yang familiar terdengar dari balik tubuh Hafizh. Hafizh segera membalikkan tubuhnya, mendapati Aira sedang menatapnya kebingungan.
Sedetik kemudian Hafizh terperanjat hingga mundur satu langkah, terkejut melihat Aira malah ada dibelakangnya. Lalu siapa gadis didepannya tadi, yang ia pikir adalah Aira?Hafizh kembali menoleh ke depan, lalu melihat gadis tadi sudah berjalan jauh sambil memegangi ponsel di telinganya. Hafizh menutup matanya, lalu memukul kepalanya sekali. Kenapa ia bisa sebodoh itu sampai bisa menganggap gadis asing tadi adalah Aira.
"Pak, kok diem aja? Bapak lagi ngapain disini?" tanya Aira, kebingungan karena dosen didepannya itu malah tak membalas sapaannya.
"ah, nggak. Saya kan nungguin kamu" jawab Hafizh gelagapan. Ia paksakan seulas senyum di wajahnya, meskipun canggung. Malu sekali jika Aira tahu kejadian sebenarnya.
Hafizh langsung bisa melihat ada yang aneh dari Aira hari ini. Hari ini wajah gadis itu terlihat sedikit lebih cerah. Rambutnya yang ia biarkan terurai itu juga terlihat lebih feminim. Hafizh tidak sadar bahwa gadis didepannya itu bisa terlihat lebih cantik lagi dari biasanya.
"Pak, jadi kita mau pergi kemana ini?" tanya Aira.
Aira sebenarnya bingung, sejak kemarin Hafizh tidak memberi tahu tujuan mereka hari ini kemana. Hafizh hanya memberi tahu bahwa besok ia harus pergi, dan Aira harus ikut. Tapi Aira tak diberi tahu acara apa yang akan mereka datangi. Makanya, daripada salah kostum, lebih baik Aira mempersiapkan sejak awal. Ia menguraikan rambutnya, mengenakan bedak dan sedikit lipgloss agar tidak terlihat kusam. Ia juga tidak mengenakan kaos dan celana jeans seperti biasanya, tetapi mengenakan kemeja putih serta rok bahan selutut satu-satunya yang ia punya. Padahal ia sengaja menyimpan baik-baik baju ini untuk digunakan saat sidang kelulusan nanti. Tapi rasanya tidak etis jika diajak oleh dosen dan mengenakan pakaian kasual sehari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective's
Romance- Married with Mr. Detective Part 2 : Mr. Detective's Kelanjutan dari Married with Mr. Detective Baca disini https://www.wattpad.com/story/28555762-married-with-mr-detective "Jika bukan karena keegoisan diri, mungkin semuanya takkan serumit ini. Tap...