38

355 30 1
                                    

Langit Jakarta sore itu mulai mendung. Semburat jingga matahari sore yang cantik harus terima nasibnya tertutupi awan tebal yang siap menumpahkan air hujan kapan saja. Haidar masih mendiskusikan beberapa hal dengan Mas Gun dan Mas Iwan terkait hubungan kasus perdagangan manusia yang ditanganinya, dengan penggerebekan tadi siang bersama tim kepolisian. Beberapa nama yang termasuk dalam daftar pencariannya memang telah ditemukan dan terbukti tidak terkait dalam kasusnya, namun Haidar memiliki kecurigaan bahwa kasusnya dan kasus ini ada kaitannya. Maka dari itu ia meminta masukan dari dua seniornya tersebut.

Haidar masih sibuk mencorat-coret kertasnya, mencari hubungan antara kasus ini dan kasus miliknya. Terlalu banyak puzzle yang hilang yang membuat kasus ini semakin rumit. Otaknya benar-benar terasa seperti diperas habis-habisan untuk memikirkan hal ini.

"Dar, udah. Lanjut besok aja" tegur Mas Gun sambil menepuk bahu Haidar.

"iya, kamu itu baju belum ganti dari kemarin kan? Sana pulang, mandi, ganti baju, istirahat" tambah Mas Iwan.

Mendengar kedua seniornya berkata seperti itu, Haidar terdiam sejenak. Ia kemudian mengangguk membenarkan kata-kata kedua seniornya tersebut, lalu membereskan barang-barangnya. Mas Gun menghela napasnya.

"pantes aja kamu cepet naik pangkat dan banyak prestasi, orang kerjanya ngoyo banget. Tapi inget, kamu juga kan punya keluarga dirumah. Apalagi istrimu baru lahiran" ujar Mas Gun. Melihat Haidar masih muda dan penuh semangat itu, membuatnya teringat akan masa lalunya. Saat dirinya masih menjadi detektif muda, ia selalu bersemangat menyelesaikan kasus yang dilimpahkan padanya, hingga ia sering tidak pulang ke rumah. Alhasil, kini ia sudah lama menduda karena sang mantan istri tak mau memiliki suami yang gila kerja.

"satu yang saya sesali sampai saat ini Dar, saya nggak liat anak-anak saya tumbuh besar. Saya melewatkan banyak kesempatan untuk bersama anak dan istri saya karena terlalu sibuk kerja sewaktu dulu. Tiba-tiba saja anak-anak saya udah gede dan jarang mau diajak ngobrol sama saya, canggung katanya" ujar Mas Iwan, mengingat lagi bagaimana putra sulungnya yang baru masuk kuliah itu memilih bersekolah di luar kota agar bisa jauh dari ayahnya, sang adik pun sengaja mengikuti banyak kegiatan di luar sekolah agar sibuk dengan kegiatannya dan tak perlu bertemu dengan ayahnya yang tidak ia kenali.

Haidar tertegun, beberapa pekan terakhir pikiran Haidar memang tidak tenang. Terlalu banyak yang terjadi yang membuat otaknya serasa mau pecah. Dia memang bukan tipe orang yang pandai dalam multitasking, dia adalah tipe orang yang senang menyelesaikan pekerjaannya satu per satu secara baik. Dan dalam waktu yang bersamaan, ada 3 hal yang meminta pusat perhatiannya.

Haidar akhirnya pamit setelah selesai membereskan barangnya. Ia menghubungi Moza, menanyakan apakah jadwalnya hari ini sudah selesai. Kebetulan sekali Moza baru saja selesai dan sedang dalam perjalanan pulang. Alhasil, Haidar minta Moza menjemputnya dan mengantarnya ke rumah Rafa.

Tak berapa lama, mobil Moza sudah terlihat dari kejauhan. Haidar segera berjalan mendekati bahu jalan agar memudahkan Moza untuk menentukan tempatnya berhenti. Haidar segera masuk ke mobil Moza begitu Moza menginjak pedal rem.

"sorry ya gue ngerepotin, lagi banyak kerjaan banget" ujar Haidar yang segera melempar barangnya sekenanya ke jok belakang. Tangan kirinya ia gunakan untuk memijat-mijat kepalanya yang terasa berdenyut.

"gak apa-apa. Lo udah makan? Mau beli makan dulu sebelum balik?" tawar Moza.

"gak usah, gue balik aja. Udah 2 hari gue belum ganti baju" jawab Haidar.

Jalanan ibu kota yang biasanya padat, kali itu terbilang lengang. Rintik hujan satu persatu sudah mulai turun, lama-lama menjadi deras. Banyak pengendara motor menepi dan berteduh, beberapa diantaranya nekat menerjang derasnya hujan. Haidar yang mulai merasa pusing bukan main memilih untuk mengistirahatkan kepalanya, sambil mendengar rintik hujan mengenai atap mobil Moza.

Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang