Haidar berusaha membuka matanya meski terasa berat. Kamarnya gelap gulita, hanya ada seberkas cahaya berusaha masuk melalui tirai-tirai kamar. Ia berusaha menangkap gambar di sekitarnya. Dan ia segera bernapas lega saat masih bisa melihat wajah Rafa di pelukannya.
Rafa yang merasakan gerak-gerik kecil Haidar pun ikut terbangun. Rafa sebenarnya tak begitu mengantuk, karena tadi siang ia sudah tidur akibat efek samping obatnya. Maka dari itu ia tak benar-benar tidur, dan bisa merasakan bahwa Haidar sudah bangun.
"are you okay?" tanya Rafa sambil mengelus pipi Haidar. Haidar menutup matanya dan mengangguk pelan saja, tak mengeluarkan suara.
Hanya helaan napasnya yang dapat didengar Rafa, helaan napas yang terdengar sungguh lelah.
"I saw you on tv today, kok bisa?" tanya Rafa lagi, kali ini menepuk pipi Haidar sedikit bertenaga agar Haidar bangun dan menjawab pertanyaannya. Jahat memang, tapi Rafa benar-benar penasaran.
"inget Mas Gun sama Mas Iwan? Rekanku disini waktu dulu? They asked me to come" jawab Haidar dengan nada rendah.
"did you just say 'ku'? Lo kesambet setan mana?" ledek Rafa sambil terkekeh.
"you know what, don't you feel any awkwardness between us if we still use 'lo-gue' until the kids grow up?" gumam Haidar. Rafa hanya menggeleng, rasanya justru akan aneh jika ia memanggil Haidar dengan panggilan lain selain 'lo' atau 'Dar'. Meskipun Haidar memang jauh lebih tua dari Rafa, memanggil Haidar dengan panggilan 'Kak' saja, Rafa tak mau membayangkannya karena terlalu menggelikan.
"jadi lo bakal terus pake 'lo-gue' sama gue?" tanya Haidar. Rafa mengangguk sambil tersenyum. Mereka bukan pasangan seperti pada umumnya, Rafa merasa mereka berbeda.
"maybe in the future we'll refer each other as Ayah-Ibu or something like that in front of the kids, but still, manggil lo selain pake 'lo' atau nama, gue ngerasa geli aja. Kenapa emang? Lo ngga suka?" ujar Rafa, kini memainkan pipi Haidar. Jika Haidar berkata 'iya', dirinya akan segera menyerang pipi Haidar yang tirus itu.
"nggak kok, gue cuma baru sadar aja, orang-orang di sekitar kita ga ada yang refer istri atau suaminya pake 'lo' gitu. But that's okay for me, anything's fine as long as you feel the same" balas Haidar, dirinya sudah bangun 100% sekarang.
"and also..." Haidar melanjutkan kata-katanya, namun sempat terhenti karena ia ragu. Ia takut melihat ekspresi Rafa.
"... kata Moza, lo liat foto gue sama cewek?" tanya Haidar, akhirnya berani menyelesaikan kalimatnya. Rafa memang terlihat terkejut, namun ia berusaha menutupi keterkejutannya dengan mengiyakan pertanyaan Haidar secara normal.
"you know... she's my ex" lanjut Haidar. Jeda yang Haidar berikan membuat hati Rafa jadi tidak tenang. Rafa memang sudah menduga bahwa gadis itu memiliki hubungan spesial dengan Haidar, namun ia tidak yakin bahwa gadis itu adalah mantan kekasih Haidar yang diceritakan Moza sebelumnya.
"lo... gak marah?" tanya Haidar, sedikit menggoda Rafa. Haidar sudah lama tak melihat ekspresi kecemburuan Rafa, karena Haidar jarang sekali membuat Rafa cemburu. Atau mungkin juga karena Rafa sudah dewasa, sehingga ia lebih percaya pada Haidar sekarang.
"buat apa, cape-capein aja" gumam Rafa, lalu terkekeh. Haidar mencubit pipi Rafa lembut karena gemas. Meskipun sedikit kecewa karena Rafa menjawab pertanyaannya dengan dingin, tapi ada rasa senang dalam hatinya. Haidar semakin yakin, Rafa benar-benar percaya padanya sekarang.
Tidak, sebenarnya Rafa tidak sepenuhnya merasa tenang. Ada banyak perasaan uneasy yang timbul saat Haidar tak bersamanya. Tapi mau bagaimana lagi, Rafa sudah terlalu banyak membebani Haidar selama ini, hingga dirinya tak mau menunjukkan kecemburuannya yang mungkin bisa membebani pikiran Haidar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective's
Romance- Married with Mr. Detective Part 2 : Mr. Detective's Kelanjutan dari Married with Mr. Detective Baca disini https://www.wattpad.com/story/28555762-married-with-mr-detective "Jika bukan karena keegoisan diri, mungkin semuanya takkan serumit ini. Tap...