39.5

354 18 0
                                    

Hai guys! sorry nih kemarin-kemarin author sempet membuat kesalahan yang bikin beberapa readers bingung ya. Jadi sebenernya ini cerita kemarin masih dalam proses penulisan, tiba-tiba bukannya pencet save, author malah pencet publish, padahal belum beres ceritanya. Makanya ceritanya ke-publish dan kalian yang dapet notif pun bingung karena author buru-buru masukin cerita ini ke draft lagi. hehehe jadi mohon maaf yaa sudah membuat kalian bingung (_ _)

Selain itu juga, author minta maaf karena menghilang 3 (?) minggu ini. minggu-minggu kemarin author sibuk karena ada sodara yang nikahan jadi ikut sibuk juga. hiks, padahal yang nikah siapa tapi ini malah ikut sibuk... (trus author kapan #plak wkwkwk)

Oke jadi beberapa bab lagi ini cerita bakal beres guys, jadi mohon maaf sebelumnya kalo ceritanya kurang nendang (?) ya. makanya author juga butuh banget kritik dan saran dari kalian supaya author bisa lebih baik lagi ke depannya. Dan author juga udah nyiapin cerita baru yang bakal rilis abis cerita ini selesai. Penasaran kaaan? *taunya ngga* wkwk okee selamat membaca, makasih udah setia mengikuti sampe sini yaa! :) 


Aira belum pernah memilih pakaian selama ini, biasanya ia hanya butuh setengah jam untuk bisa menentukan pakaian mana yang ia inginkan. Tapi kali ini, bahkan mereka sudah dua jam berada di butik tersebut dan belum menghasilkan apa-apa. Tatapan Hafizh yang diberikan padanya setiap sehabis berganti selalu sama, tatapan puas dengan senyum terkembang. Tapi anehnya, setelah menatap seperti itu, Hafizh meminta Aira untuk kembali berganti pakaian. Aira bukan tidak ingin mengganti pakaiannya, tapi harga tiap potong pakaian yang ia kenakan lama-lama bisa membuat jantungnya benar-benar berhenti berdetak.

"mas, ini mau ambil berapa potong sih kok banyak banget yang dicoba?" gerutu Adriana setengah berbisik pada Hafizh.

"saya ambil semua Na, tapi jangan dibungkus sekarang. Yang dibungkus sekarang yang nanti dia pake aja" jawab Hafizh sambil tersenyum santai, membuat Adriana setengah terkejut.

"tuh kan bener, pasti pacarnya kan. Mana ada temen beliin baju banyak banget" timpal Adrianna menggoda.

"saya sih inginnya gitu Na, tapi ya kamu liat aja saya sama dia kan beda jauh" ujar Hafizh, kini terlihat murung.

"lah, kok gitu sih mas. Lagian, beda apanya sih?" tanya Adrianna. Matanya mengamati Hafizh dari ujung kaki ke ujung kepala, mencari perbedaan yang dimaksud Hafizh. Tentu saja Hafizh dan Aira berbeda, Hafizh kan laki-laki sedangkan Aira perempuan. Itu saja sudah membuat perbedaan besar.

"dia itu sebenernya mahasiswa saya, asisten penelitian saya. Jelas beda kan, dia mahasiswa, saya dosen, usia aja udah terpaut jauh" jawab Hafizh rendah diri.

"mas, cinta tuh nggak pandang usia. Kalo dua-duanya saling cinta dan saling memahami, perbedaan apapun pasti bisa dilalui" balas Adrianna.

"kamu mentang-mentang udah nikah pake ceramahin saya" gerutu Hafizh, membuat Adrianna tergelak.

"makanya cepet nyusul mas biar nggak diceramahin" balas Adrianna.

Tirai ruang ganti pun tersingkap, kali ini Aira sudah mengenakan kemeja garis-garis dengan celana bahan, bagian depan kemeja tersebut ia selipkan ke balik celananya. Berbeda dengan pakaiannya yang ia pakai sebelumnya, yang terkesan rapi dan formal, baju ini terlihat rapi namun tetap kasual. Hafizh masih tetap berusaha menyembunyikan decak kagumnya, meski pandangannya tak dapat berbohong. Adrianna hanya tersenyum melihat ekspresi Hafizh yang terlalu jelas menunjukkan kekagumannya pada gadis muda didepannya itu.

"sudah Pak?" tanya Aira sambil menepuk-nepuk bajunya lembut dan menarik bagian yang kusut agar lebih rapi. Hafizh hanya mengangguk sambil tersenyum.

"yaudah kamu tunggu disini ya, biar saya bayar dulu-" Hafizh sudah beranjak sambil memegang dompetnya dan mengacungkannya ke arah meja kasir saat Aira segera mengangkat kedua tangannya dan menghentikan Hafizh.

Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang