Bab 25

904 33 4
                                    

"Auction is over. Thank you for your participation. Please leave your room right now and go to the front office. Auction is over. Thank you for your participation. Please leave your room right now and go to the front office."

Suara seorang wanita dari speaker terdengar menggema di seluruh gedung. Haidar dan Mr. Watson segera berlari menuju lantai dua belas sebelum orang-orang keluar dari ruangan mereka dan menemukan kedua detektif tersebut.

Earphone yang terpasang di telinga Haidar dan Mr. Watson mulai berbunyi. Itu adalah suara James, C team leader yang baru saja tiba dengan pasukannya. Mr. Watson segera menempelkan microphonenya di kerah kemejanya.

"sir the cops are here" ujar James dengan suara agak berbisik.

"you are the leader now. Spread them from the first to the eleventh floor. I'm on twelfth floor with Mr. Haidar now. You know what you have to do" balas Mr. Watson, kemudian menekan tombol yang ada di microphonenya.

Keduanya kini sudah tiba di lantai dua belas. Dari hasil pengamatan Mr. Watson tadi, berdasarkan gambar sensor panas yang dikirim oleh Sam, ada sekitar sepuluh orang di ruangan tersebut, belum lagi terdapat dua penjaga pintu. Itu artinya, Haidar dan Mr. Watson masing-masing harus menangani enam orang. Ditambah lagi, senjata yang mereka bawa hanyalah sebuah 9mm Sig Sauer handgun dan 44 magnum revolver dengan peluru seadanya. Dan itu artinya, mereka harus bisa melumpuhkan tiap orang dengan satu peluru.

-

Prang!

Mama buru-buru lari ke dapur begitu mendengar suara pecahan kaca menggema di rumahnya. Ketika tiba di dapur, ia melihat Rafa sedang berdiri kebingungan. Matanya langsung menyapu sekujur tubuh Rafa, mencari apakah ada luka di tubuh anak perempuannya itu.

"Kamu ngapain sayang? Ada yang luka?" Tanya Mama sembari memegang kedua bahu anaknya, matanya masih jeli mencari-cari.

"Itu tadi mau minum Ma, tapi gelasnya meluncur gitu aja dari tangan aku. Eh jatoh deh" jawab Rafa sambil terkekeh.

"Duh kamu tuh ya bikin Mama panik aja. Lagian kalo kamu mau minum kan bisa minta bibi" gerutu Mama, detak jantungnya kini bisa ia atur normal kembali.

"Ya pengen aja Ma ambil sendiri. Oh ya Ma Rafa kan tadi lagi nyari barang-barang gitu di toko online, kira-kira barang yang bagus dijadiin kado pernikahan apa ya?" Tanya Rafa tiba-tiba.

"Emang siapa yang nikah?" Tanya Mama balik.

"Itu loh Ma, senior Rafa di tempat panahan dulu. Kak Dio, inget ga?" Jawab Rafa sambil berjalan ke kursi, tubuhnya yang berat tak bisa membuatnya berdiri lama.

"Oh yang ganteng itu ya? Emang nikah sama siapa?" Tanya Mama lagi, ikut duduk di samping Rafa.

"Ih Mama kepo banget dah. Dia nikah sama anaknya Pak Dani, Kak Annisa" jawab Rafa.

"Kapan nikahnya?" Tanya Mama ingin tahu.

"Besok"

"Kamu dateng?"

"Ya nggak lah Ma, ambil minum sendiri aja susah, gimana mau ke kondangan orang"

"Bagus..." Mama mengacaukan jempolnya sambil tersenyum tenang.

"Jadi, kadonya apa?" Gerutu Rafa, agak jengkel juga karena dari tadi pertanyaannya tak dijawab.

"Oh iya ya, apa ya?"

Rafa mendelik keki pada Mama, padahal ia pikir Mama sudah tahu jawabannya dengan mengobrol banyak. Rafa turun dari kursi kemudian mencari sapu.

"Eh mau ngapain? Udah biar bibi aja yang beresin nanti" sela Mama yang sudah tau niat Rafa, dia pasti ingin membereskan pecahan kaca di lantai.

Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang