Chapter 16 : Hazelyn Morris

1K 157 11
                                    

Gwen's POV

Dua hari setelah kejadian aneh itu, aku dan Tom sudah merencanakan apa yang akan kita lakukan untuk 'petualangan' kita ini.

Langkah pertama akan kita mulai hari ini.

Saat jam istirahat tiba, aku langsung melangkahkan kakiku menuju kelas Greyson pagi ini.

Ya, teman yang aku dan Tom maksud hari itu adalah Greyson.

Tepat setelah aku sampai di depan kelasnya, Greyson keluar dengan memikul ranselnya dibahunya.

"Sedang apa kau di sini?" tanyanya sambil menatapku.

"Aku butuh bantuanmu," ucapku lancar.

"Bantuan apa?" tanyanya dengan tampak bingung.

"Tapi jangan bicara di sini," jawabku.

Ia menghela nafas. "Kalau begitu, ayo ke rooftop," ucapnya sambil berlalu dan berjalan lebih dulu ke arah rooftop.

Aku masih berdiri di tempatku sambil memerhatikan punggung Greyson dengan ia yang terus berjalan menjauh. Di kepalaku terfikir, kenapa ia suka sekali ke rooftop? Apa tidak ada tempat lain untuk bicara? Aku saja bosan jika selalu ke sana.

Greyson berbalik. "Hey!" teriaknya membuat aku terperanjat kaget. "Kenapa kau malah diam di sana?! Ayo!" teriaknya lagi lalu kembali berjalan.

Aku mencibirnya saat ia berbalik badan membelakangiku, sedetik kemudian aku berlari ke arahnya sambil menyamakan langkah kaki kami.

Sesampainya kami di rooftop, Greyson mengajakku duduk di bangku beton yang menempel di tembok gedung sekolah.

"Jadi, kau ingin minta bantuan apa?" tanyanya saat ia baru saja duduk.

"Tapi apakah kau mau?" tanyaku sambil menatapnya.

Greyson menatapku santai. "Kalau aku mau, berarti kau akan ku bantu. Kalau tidak mau, ya tidak ku bantu. Simpel."

Aku mendengus. Bagaimana meminta bantuan pada manusia seperti Greyson? Dia sangat menyebalkan. Tapi, aku harus meminta bantuan pada siapa lagi selain dia? Hanya dia yang bisa mengetahui kejadian masa lalu lewat benda yang ia sentuh.

"Hey!" Seseorang mendorong pelipisku pelan dengan telunjuknya. "Kau mau minta bantuan apa?" tanyanya dengan sedikit kesal.

Aku menoleh pada Greyson yang sedang mengerutkan dahinya. "Aku ingin kau membantuku untuk mencari tahu bagaimana kehidupan masa laluku," ucapku dalam sekali tarikan nafas.

Ku tatap wajah Greyson yang perlahan mulai kebingungan.

"Kenapa kau tidak tanya saja pada orangtuamu? Mereka pasti tau lah," ucap Greyson sarkastik.

"Jika saja mereka mau memberitahuku, untuk apa aku meminta bantuan padamu?" ucapku kesal.

Greyson menoleh padaku. "Kenapa harus aku?"

"Oh ayolah! Sejak kapan kau jadi bodoh begini? Kau kan bisa mengetahui sejarah lewat benda yang kau sentuh? Masa seperti itu saja kau tidak mengerti?!" teriakku pada Greyson.

"Kau--"

"Jadi intinya, kau mau membantuku atau tidak?!" Aku menyela kalimat Greyson dengan kesal.

Ia diam, aku juga diam.

1 detik ... 2 detik ... 3 detik ...

"Oke baik, aku tak jadi--"

"Aku mau membantumu," sela Greyson.

Seketika senyuman mengembang di wajahku. "Benarkah? Terimakasih Greyson."

Greyson tersenyum lebar sampai semua giginya terlihat. "Sama-sama."

INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang