Prolog

3.9K 301 20
                                    

Flashback ...

Tennessee, USA, 3 Oktober 2000 | 09.00 a.m

Hari itu aku beserta Ayah dan Ibuku akan pergi berlibur. Kala itu aku masih berusia 2 tahun. Dan ku rasa, keseharianku sangat menyenangkan.

"Gwen! Ayo cepat!" panggil Ibuku dari dalam mobil.

Aku pun bergegas untuk mengambil Jiro (boneka beruang kecilku) yang tergeletak di sofa lalu berlari menuju mobil.

Aku duduk di kursi belakang dengan jendela yang dibiarkan terbuka setengah. Sebelumnya, Ibuku sudah memasangkan sabuk pengaman untukku. Dan beberapa detik kemudian, mobil pun berjalan.

Selama perjalanan kala itu tidak ada hal ganjil terjadi. Alunan musik jazz melantun dari MP3 player di dalam mobil.

Mobil berbelok ke kanan, menuju jalan yang rindang karena di kanan dan kirinya terdapat pepohonan yang daunnya menaungi jalan.

Namun setelah beberapa meter, Ayahku menghentikan mobilnya karena ia mendapat telpon dari seseorang. Yang jelas aku tidak tahu itu siapa.

Sampai pada saat mataku terkunci pada sebuah rumah kayu tua yang sudah reyot. Rumah itu memanjang ke samping, terdapat dua pintu masuk di depannya. Kaca jendelanya saja sudah tidak ada, dan halamannya dipenuhi daun-daun kering. Tampak sekali kalau rumah itu sudah sangat tua dan tak terawat.

Aku terus memandangi rumah itu, sampai pada saat mataku melihat sesuatu. Seorang perempuan bergaun putih sedang berdiri di dalam. Ia menatapku lewat jendela. Rambutnya berwarna hitam bergelombang yang sebagian menutupi setengah dari wajahnya, tapi tatapan matanya kosong. Perempuan itu hanya diam, bibirnya pucat dan pecah-pecah.

"Pengantin!" teriakku sambil menunjuk seorang perempuan yang ku perkirakan adalah seorang pengantin.

Ayahku yang baru saja selesai menelpon langsung menengok ke belakang. Begitu juga Ibuku.

"Siapa Gwen?" tanya Ibuku.

"Pengantin!" ucapku sambil menunjuk orang itu lagi. Kedua orangtuaku pun langsung menoleh ke arah yang ku tunjuk.

Di pengelihatanku, perempuan itu masih berdiri di sana. Tatapannya juga masih sama saja. Kosong.

"Dimana? Tidak ada siapa-siapa?" tanya Ayahku sambil mencari-cari.

"Ah, sudahlah. Ayo kita jalan saja. Mungkin dia hanya salah lihat," kata Ibuku.

Aku tidak menyahut. Aku hanya terdiam sambil menoleh perlahan saat mobil mulai berjalan.

Tapi aku berani bersumpah, perempuan itu masih ada di sana. Tatapannya mengikuti gerakan mobil yang perlahan menderu pergi.

 Tatapannya mengikuti gerakan mobil yang perlahan menderu pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author's note:

Selamat datang di fan fiction ku yang bertema horror ini. Beberapa ceritanya aku ambil dari kejadian asli yang aku alami sendiri.

Semua karakter tokoh dalam cerita ini adalah fiksi dan murni buatan aku sebagai penulis. Aku harap kalian suka dan selalu nunggu update ceritanya.

Mohon tinggalkan vote dan comment kalian ya sebagai bentuk dukungan kalian pada karya ini. Sampai jumpa di bab selanjutnya.

Salam,
Penulis.

INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang