Chapter 20 : Flashback

1.1K 149 51
                                    

Setelah Greyson berdiri tepat di depan piano itu, diletakkannya tangan kanannya pada bagian atas piano itu.

Dan seketika, semua bayangan masa lalu itu terputar kembali.

Flashback... (Greyson's POV)

Suatu pemandangan dengan efek sepia cokelat terlihat jelas di depan mataku memperlihatkan suatu suasana sekitar 13 tahun yang lalu.

Ku lihat ada sepasang suami istri dengan seorang anak perempuan berambut cokelat yang dengan senangnya berlari-larian menyusuri koridor ruangan.

"Dapat kau!" ucap sang Ayah ketika berhasil menangkap putrinya yang hendak melarikan diri.

Anak perempuan itu meronta minta diturunkan sambil tertawa dengan tawa khas anak kecil usia 7 tahun.

Aku tersenyum kecil melihat anak perempuan itu tertawa lepas dalam pelukan Ayahnya. Dan tak lama kemudian, sang Ibu pun menghampiri.

"Sudah cukup bermainnya, sekarang kita makan siang. Ayo," ajak sang Ibu sambil berjalan menuju dapur.

Aku yang sedari tadi berdiri di dalam ruangan ini pun memutuskan untuk berjalan keluar menghampiri Ayah dan anak itu.

"Hazel, kau semakin berat sekarang," ucapnya sambil menatap anaknya.

"Tentu saja, aku sudah besar sekarang."

Ayah itu tersenyum lalu menurunkan anaknya dari gendongannya. Sekarang aku tahu, anak perempuan itu bernama Hazel. Nama yang sama dengan warna matanya.

"Sekarang ayo kita ke ruang makan, Ibu sedang menyiapkan makan siang," ajak Ayahnya.

"Ayah duluan saja, aku akan menyusul. Aku ingin bermain sebentar di ruang musik."

Ayahnya mengangguk sambil tersenyum. "Baiklah."

Ayahnya pun pergi berlalu melewatiku, apa ia tidak bisa melihatku? Ku rasa iya.

Hazel berlari memasuki ruang musik yang aku tempati tadi. Dengan semangat, ia duduk di kursi piano lalu membuka penutup tuts pianonya. Aku pun kembali mengikutinya memasuki ruangan itu lagi.

"Ayo Milly, mainkan sebuah lagu untukku."

Seketika aku menjadi heran, dengan siapa ia bicara?

Beberapa detik kemudian, pintu ruangan tertutup perlahan disertai suara decitan pintu. Tirai jendela bergerak perlahan seakan-akan ada yang membelainya. Ku lihat Hazel, matanya mengikuti arah pergerakan dari tirai jendela itu.

"Ayolah Milly, jangan berlama-lama."

Seketika, tirai itu berhenti bergerak. Dan lima detik kemudian, tuts piano itu bermain sendiri tanpa disentuh oleh Hazel.

Aku tercekat, siapa yang memainkan tuts piano itu? Ku lihat Hazel sangat menyukai lagu itu, tapi aku tidak tahu itu lagu apa.

Hazel bersorak gembira sambil membentangkan tangannya, seketika pula angin berhembus di dalam ruangan, menerbangkan beberapa lembar kertas yang terdapat di meja.

Aku tersentak kaget lalu berjalan mundur sambil melindungi wajahku dari kertas-kertas yang beterbangan itu.

"Hazel?" suara Ayahnya memanggil dari luar. "Hazel kau sedang apa?"

Ku lihat gagang pintu bergerak ingin membuka pintu, tapi pintu seolah-olah terkunci sehingga tidak dapat dibuka.

Suasa ruangan semakin riuh, awan hitam mengepul menjadi satu dilangit-langit ruangan. Aku menoleh kesana-sini, Hazel menghilang.

"Kau mencariku ya? Greyson," ucap seorang perempuan yang tiba-tiba ada di depanku.

Aku bingung, aku tidak kenal siapa perempuan itu. Ia lalu datang mendekat, berhenti tepat di depanku. Mata berwarna cokelat hazel itu menatapku tajam penuh emosi.

Flashback end... (Author's POV)

Greyson membuka matanya, napasnya memburu cepat dengan keringat yang bercucuran melewati pelipisnya.

Greyson menoleh ke kanan saat ada seseorang mengguncang tubuhnya. Didapatinya wajah Gwen yang terlihat sangat khawatir dengan mata cokelat hazelnya yang berkaca-kaca.

"Kau kenapa?" tanya Greyson.

"Bodoh! Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu!" pekik Gwen.

Greyson menghela napas lalu mengangkat tangannya dari piano yang sedari tadi ia sentuh.

"Memangnya aku kenapa?" tanya Greyson.

Gwen memukul bahu Greyson dengan kesal. "Ku fikir kau kenapa tadi, sedari tadi kau ku panggil tapi kau tidak menoleh padaku sama sekali."

Greyson tersenyum. "Oh, ku kira aku kenapa." Greyson berjalan menuju salah satu sofa lalu duduk di sana. "Hanya itu?"

Gwen berjalan menghampiri Greyson. "Hanya itu kau bilang? Kau tahu aku sangat cemas tadi!"

"Cemas? Mengapa mencemaskanku?" tanya Greyson dengan tatapan yang tak bisa ditebak.

"K-kenapa menatapku begitu?" tanya Gwen salah tingkah.

"Hey, aku bertanya padamu. Kenapa kau balik bertanya?"

"Aku juga bertanya padamu, kenapa kau bertanya lagi?"

Greyson menutup mulutnya rapat-rapat. Melipat kedua tangannya didepan dada sambil menarik napas panjang lalu dihembuskan.

"Kalau begitu, aku ingin kembali ke kamar. Ku rasa aku sudah mulai mengantuk," ucap Gwen sambil beranjak dari tempatnya.

Greyson mengangguk dengan senyuman. "Baiklah, selamat tidur."

Gwen hanya memandangi Greyson beberapa detik sebelum akhirnya ia melangkah ke luar meninggalkan ruangan itu.

Greyson tersenyum selama memandangi tubuh Gwen dari belakang saat gadis itu berjalan meninggalkan ruangan.

"Kenapa aku jadi begini?" gumam Greyson.

"Kenapa aku jadi begini?" gumam Greyson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang