Satu

1K 45 5
                                    

Di sudut bibirnya selalu tertarik membentuk sebuah lengkungan berupa senyuman indah yang selalu ia tampakkan. Semua yang terjadi dalam hidupnya seolah tidak membuatnya gentar dan menyerah. Menurutnya, hidupnya terlalu indah untuk ia ratapi ataupun ia sia-siakan. Masih banyak hal yang lebih berarti dari sekedar memikirkan masalah yang sudah diatur oleh Sang Pencipta. Ia yakin, apapun yang menimpa dirinya adalah takdir yang harus ia jalani. Ia yakin, selepas ujian dan cobaan yang ia terima akan ada hikmah yang kelak ia syukuri. Ia yakin, dirinya tidak pernah sendiri karena ada Allah dihatinya yang selalu menuntun jalannya. Ia yakin, terang kan datang menggantikan gelap yang kini setia dalam hidupnya...

Keyakinannya takkan pudar walau mereka mengabaikannya, karena ia tau mereka hanya menilai yang terlihat oleh mata, tanpa mau melihat apa yang sebenarnya terjadi, apa yang hatinya rasakan, apa yang menjadi tujuan hidupnya... Padahal hanya sederhana, sesederhana ketika ia menghapus air matanya, lalu ia terbitkan senyum terbaiknya. Sebagaimana mentari menghapus gelapnya malam.

Ketika angin berbisik pada gelapnya malam
Ia sampaikan rasa rindu yang mendalam
Melampaui dalamnya lautan
Padanya yang kian menghilang
Membawa segenggam harapan
Hadirkan tanya tanpa jawaban
Sampai kapan ku sanggup bertahan?
Kembali, ku mengadu...
Rasa ini kembali mengusik hatiku...
Aku kalah oleh kata 'merindu'
Menyampaikan sebait doa pada Illahi, untuk sosok tanpa nama yaitu dirimu...

"semoga itu aku..." suara lirih seseorang membangunkan Aira dari alam lamunannya. Sebuah kertas yang telah ia goreskan tinta diatasnya segera ia genggam erat, tidak ia biarkan orang lain membaca isi hatinya lagi. Sudah cukup orang itu saja, yang selalu ingin tau isi hatinya.

"tidak sopan sekali kamu!" sentaknya kesal. Namun Arya malah tertawa melihat kekesalan Aira. "lagian, disini bukan tempatmu. Sana pergi, pergi, pergi!"

"jangan marah dulu... Aku kesini mau mengingatkanmu, sekarang sudah waktunya praktikum. Coba lihat sekelilingmu sudah kosong, dan kamu pasti bakalan kena hukuman karena terlambat ma..."

Setelah melihat seluruh ruangan kelasnya yang kini hanya berisi dirinya dan Arya, Aira segera berlari dengan cepat menuju tempat praktikum tanpa mendengar ucapan Arya yang belum selesai. Bahkan ia sampai lupa mengucapkan terima kasih pada Arya karena telah mengingatkannya.

"meski selalu terlupakan olehmu, namun aku akan selalu menjadi pengingatmu, bahwa akan selalu ada aku disekelilingmu, yang tidak pernah berniat melupakanmu... Karena bahagiaku, cukup dengan melihatmu tersenyum, terlebih itu karena aku..."

Takkan ada terang yang terlihat, jika dirimu masih selalu menutup mata.
Takkan ada bahagia yang terasa, jika dirimu masih menutup hati dari rasa syukur yang ada...

***_***

Cerita lain belum selesai, sudah bikin cerita baru... Maafkan penulis amatiran ini :D
Hanya ingin menuangkan ide yang terlintas di kepala, meski masih acak-acakan, hehe...

Seindah Senyum Aira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang